Bersikap Defensif, Apakah Buruk?

23 Desember 2021

“Defensif” berarti “Menjaga atau melindungi dari serangan atau cedera.”

Contohnya, suatu negara dapat melakukan tindakan militer untuk mempertahankan diri. Atau orang tua mungkin membela anak mereka dari bahaya. Ketika Anda bersikap defensif dalam arti psikologis, Anda sering berusaha membela diri dari seseorang atau sesuatu yang penting bagi Anda.

Tapi apa yang sebenarnya Anda lindungi?

Biasanya, Anda melindungi ego Anda sendiri saat bersikap defensif. Anda ingin berpikir bahwa Anda adalah orang yang baik, cerdas, atau menyenangkan, dan Anda ingin orang lain berpikiran sama. Anda ingin membenarkan keputusan yang telah Anda buat, hal-hal yang telah Anda lakukan, atau bahkan siapa Anda sebagai seorang pribadi.

Apakah bersikap defensif itu normal?

Setiap orang menggunakan strategi bertahan dari waktu ke waktu, dan itu normal jika Anda diserang. Namun, beberapa orang merasa perlu mengenakan baju zirah pertahanan lengkap hanya untuk mengobrol. Beberapa orang merasakan hal ini karena mereka pernah mengalami pelecehan emosional di masa lalu. Yang lain merasa seperti ini karena mereka merencanakan sesuatu.

Mengapa kita memiliki sikap defensif?

Lagi-lagi karena ingin melindungi sesuatu atau seseorang — dan orang tersebut bisa jadi diri sendiri. Namun lebih dari itu, otak kita terhubung untuk melindungi diri dari ancaman, dan itu hal yang baik, karena jika tidak, kita tidak akan berdaya. Di sisi lain, pertahanan psikologis bisa cukup merusak. Ini adalah jenis perilaku yang sangat kompleks. Ini didasarkan pada kombinasi kepercayaan Anda, sikap Anda, perasaan Anda, dan kepribadian Anda.

apakah sikap defensif itu buruk?

Kapan sikap defensif mulai dialami?

Sikap defensive pada seseorang biasanya mulai terlihat di awal kehidupan. Saat kita masih muda, kita mungkin telah belajar perilaku defensif dari orang lain. Khususnya saat merasa terancam. Seperti yang kadang-kadang dilakukan semua orang, kita menemukan cara untuk menangkis ancaman itu sehingga bisa merasa lebih aman.

Seiring bertambahnya usia, kita lebih lihai menerapkan perilaku defensif baik ketika mengenali ancaman di lingkungan, atau bahkan saat hanya mengantisipasi ancaman. Dan seringkali, pertahanan yang diandalkan bukanlah yang dibutuhkan sekarang, tetapi hanya yang dipelajari di masa lalu.

Apakah bersikap defensif itu buruk?

Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa biasanya orang yang melakukan perilaku defensif tidak melakukannya karena alasan jahat. Satu-satunya perhatian mereka mungkin adalah merasa lebih baik tentang apa yang terjadi. Namun, perilaku defensif biasanya berbahaya bagi orang yang melakukannya dan pihak penerima.

Singkatnya, mekanisme pertahanan secara inheren bukanlah hal yang buruk, tetapi kadang-kadang mereka digunakan secara tidak tepat, atau dengan cara yang mencegah individu untuk berkomunikasi secara efektif.

Apakah saya sering berperilaku defensif?

Beberapa contoh perilaku berikut cenderung perilaku yang mengarah pada sikap defensif:

  1. Kata-kata dan tindakan Anda difokuskan untuk menilai, mengkritik, atau mengevaluasi lawan bicara.
  2. Kata-kata dan tindakan Anda tampaknya dirancang dengan hati-hati untuk tujuan tertentu selain untuk berinteraksi dengannya.
  3. Kata-kata dan tindakan Anda tampaknya diarahkan untuk mengendalikan orang lain.
  4. Anda menekankan bahwa Anda lebih unggul dari orang lain.
  5. Anda begitu yakin bahwa Anda mengetahui jawaban yang benar dan kebenaran yang sebenarnya sehingga tidak bersedia menerima kemungkinan bahwa Anda mungkin salah atau bahkan mendengarkan pihak lain.

Baca Juga:

  1. Kecemasan dan Serangan Panik itu Sama?

2. Strategi Hidup Lambat, Bantu Bertahan di Dunia yang Serba Cepat

Bagaimana mengelola sikap defensif diri sendiri ?

Pertama, kita perlu memahami alasan mengapa kita merasa terancam sehingga bersikap defensif. Salah satu caranya adalah dengan menulis jurnal pribadi. Melalui menulis jurnal, kita bisa menulis peristiwa apa saja yang kemungkinan membuat diri sendiri merasa terancam dan tak nyaman. Setelah memahami dimana letak ancaman yang dirasakan, barulah kita bisa mencoba menanganinya. Dalam beberapa kasus, mungkin pilihan terbaik adalah dengan menghindari subjek yang membuat kita merasa terancam. Namun, tetap penting untuk tidak menarik diri secara emosional. 

Jadi, Anda mungkin perlu belajar bagaimana berkomunikasi dengan lebih efektif dan positif. Konseling individu secara privat dengan ahli juga bisa membantu Anda dalam mempelajari apa yang ada di balik sikap defensif Anda. Tak hanya itu, mengembangkan strategi untuk mengurangi sikap defensif melalui penulisan jurnal pribadi juga bisa cukup membantu Anda. 

Bagaimana Menurut Anda?
+1
3
+1
3
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket