Jika Anda adalah seorang anak tengah, atau memiliki anak, kakak, adik yang merupakan anak tengah, Anda mungkin bertanya-tanya apakah sindrom anak tengah itu benar-benar ada. Sindrom anak tengah sendiri ialah sebuah sindrom yang mempercayai bahwa anak tengah merupakan bagian dari keluarga yang dikesampingkan atau bahkan benar-benar diabaikan. Oleh sebab itu, beberapa anak mungkin akan memiliki kepribadian yang khas ketika ia menjadi anak tengah.
Lalu, apakah sindrom anak tengah benar-benar ada dan bagaimana menurut keilmuan tentang sindrom ini?
Apakah sindrom anak tengah benar-benar ada?
Sindrom anak tengah lahir dari banyaknya kasus sama yang muncul pada anak tengah. Barangkali bukan hanya segelintir anak yang merasa tersisihkan ketika ia berada di tengah-tengah kakak dan adiknya.
Pun yang dialami oleh Ara dalam film Keluarga Cemara 2. Dulu, pernah sekali ia menjadi anak bungsu dan mendapat limpahan kasih sayang dari Emak dan Abah. Sampai kemudian lahirlah Agil dan dunia seolah berhenti berporos untuknya.
Abah yang mulai sibuk bekerja, Emak yang mencurahkan kasih sayangnya untuk si bungsu, serta sang teteh, Euis yang mulai beranjak dewasa, ketiganya seperti bersama-sama meninggalkan Ara. Perasaan tersisih dan kesepian itulah yang kemudian membuat Ara menyibukkan diri untuk bereksplorasi bersama kawannya.
Ketika Abah tidak lagi selalu ada untuknya seperti sedia kala dan sang teteh yang menginjak masa pubertas menginginkan ruang privasi sendiri, membuat label “anak tengah anak yang terlupakan” juga melekat pada Ara. Menengok jalan cerita dari film yang akan tayang di bioskop 23 Juni 2022 mendatang ini seolah menunjukkan bahwa sindrom anak tengah memang benar-benar ada.
Setali mata uang dengan apa yang dikemukakan oleh seorang psikolog, dokter, terapis, sekaligus pendiri awal aliran psikologi individual, Alfred Adler. Pada tahun 1964, Alfred Adler mengembangkan sumber terpercaya tentang pentingnya urutan kelahiran terhadap pengembangan kepribadian. Menurut teori tersebut, ia menyatakan bahwa meskipun anak-anak lahir dari keluarga yang sama, urutan kelahiran mereka sangat mempengaruhi perkembangan psikologis.
Menurut teori urutan kelahiran Adler, seorang anak mungkin memiliki beberapa karakteristik kepribadian, bergantung pada urutan kelahiran mereka. Sebagai contoh, anak tertua yang otoriter dan merasa sangat kuat karena tingginya harapan yang sering ditetapkan oleh orang tua. Anak termuda yang diperlakukan seperti bayi, manja, dan tidak bisa mengatasi saudara kandung lainnya. Sementara anak tengah ditemukan sulit berbaur karena terjepit di antara yang lebih muda dan yang lebih tua.
Teori ini membuka jalan untuk melihat lebih dalam bagaimana urutan kelahiran mempengaruhi perkembangan psikologis seseorang.
Baca juga :
1. Si Sulung Haruskah Selalu Ulung?
2. Review Film Keluarga Cemara, Keluargaku adalah Harta Terindahku
Karakteristik anak tengah
Bagaimana menjadi seorang anak tengah mempengaruhi kepribadian dan hubungan seseorang? Berikut ini adalah beberapa gagasan umum tentang karakteristik anak tengah..
-
Kepribadian
Anak tengah memiliki kepribadian yang sering dibayang-bayangi oleh saudara kandung mereka yang lain. Kakaknya berkemauan keras, adiknya adalah anak tersayang, dan anak tengah seolah ditinggalkan di antara keduanya. Kepribadian mereka tumpul oleh saudara-saudara kandung mereka.
Anak tengah mungkin sulit untuk merasa sederajat dengan kakak atau adik mereka. Kakak sering memikul lebih banyak tanggung jawab, dan adiknya diurus dengan baik oleh orang tua. Dengan banyaknya hal yang diterima oleh anak pertama dan anak terakhir, anak tengah seolah luput dari perhatian orang tua.
-
Persaingan
Anak tengah sering kali merasa perlu bersaing dengan adik atau kakaknya untuk mendapatkan perhatian orang tua. Mereka bersaing untuk mendapatkan perhatian kakak-adik, karena mereka sering diabaikan. Namun demikian, saat mereka mendapati diri mereka berada di tengah-tengah dalam banyak hal, mereka juga dapat menjadi pembawa kedamaian.
-
Pilih kasih
Anak tengah umumnya tidak merasa bahwa mereka adalah anak favorit keluarga. Ada sikap pilih kasih bagi anak tertua yang dianggap istimewa, atau bagi anak termuda yang dianggap sebagai bayi. Lalu anak tengah jatuh di suatu tempat di antara keduanya.
Bagaimana pengaruhnya ketika mereka tumbuh dewasa?
Ternyata, sindrom anak tengah dapat memiliki pengaruh panjang sampai anak tumbuh menjadi orang dewasa. Jika anak tengah memiliki ciri-ciri di atas, menjadi anak tengah dapat menimbulkan efek negatif yang berkepanjangan. Kepribadian mereka akan berkembang menjadi sifat yang sama ketika mereka dewasa.
Sebagai contoh, anak tengah yang merasa diabaikan mungkin akan terus berjuang dan tidak pernah merasa cukup pantas. Kepribadian mereka akan tumpul jika dibandingkan dengan kepribadian orang dewasa lain di sekitar mereka. Mereka juga sulit merasa bahwa mereka bisa menjadi sahabat atau rekan yang dikasihi.
Teori ini membuka jalan untuk melihat lebih dalam bagaimana urutan kelahiran mempengaruhi perkembangan psikologis seseorang.
Penelitian Mengenai Sindrom Anak Tengah
Terlepas dari kepercayaan terhadap sindrom anak tengah, ilmu pengetahuan seputar proses kelahiran ini masih terus dijelajahi. Para peneliti telah menguji dampak aturan kelahiran pada banyak sumber yang dikondisikan, termasuk OCD, skizofrenia, depresi, autisme, dan bahkan anoreksia. Sebagian besar penelitian ini mencakup semua kemungkinan kelahiran, termasuk dampak dari menjadi anak tengah.
Salah satu kepercayaan yang paling umum mengenai anak-anak yang lahir sebagai anak tengah adalah bahwa mereka memiliki hubungan yang jauh dengan orang tua. Menurut sebuah sumber tepercaya dari seorang siswa tahun 2019, kemungkinan kecil untuk anak-anak yang lahir di urutan tengah dapat leluasa berbicara dengan orang tua mereka tentang masalah mereka.
Pada awal tahun 1998, riset mendapati bahwa anak-anak yang dilahirkan di urutan tengah mengatakan bahwa mereka paling dekat dengan ibu mereka. Namun seiring berjalannya waktu dan kembali dilakukan survei, hasil berubah di mana sebagian besar dari mereka akan berpaling dari orang tua mereka.
Sumber terpercaya lainnya pada survei 2016 mempelajari efek dari tata kelahiran pada 320 siswa sarjana. Dalam tinjauan mereka, para peneliti mendapati bahwa anak tengah lebih cenderung tidak terlalu berorientasi pada keluarga dibandingkan dengan apa yang kakak mereka lakukan. Mereka juga cenderung lebih mengembangkan sifat perfeksionis, yang dicirikan oleh hasrat yang konstan untuk menjalankan segala sesuatu seperti yang direncanakan.
Para penggagas penelitian lain menyingkapkan adanya hasil survei yang berbeda di mana urutan kelahiran dapat berpengaruh pada kondisi emosional. Mereka menjelaskan bahwa sebuah penelitian pada tahun 2003 mendapati bahwa anak tengah lebih cenderung mengalami depresi. Namun, sebuah penelitian lanjutan pada 2016 mendapati bahwa anak yang tertua tampaknya lebih cenderung menderita penyakit mental seperti depresi.
Apa yang harus orang tua lakukan untuk anak tengah mereka?
Untuk menangkal perhatian Parents yang berlebih atas anak sulung dan anak bungsu, anak tengah juga perlu mendapatkan perhatian yang sama supaya mereka dapat menerima keberadaan diri mereka sendiri di dalam keluarga. Untuk itu, orang tua perlu mendukung anak tengah dengan melakukan beberapa hal berikut.
-
Tunjukkan bahwa mereka tidak dibedakan.
Jika anak Anda berbuat salah, Anda perlu menandaskan bahwa hukuman mereka tidak berkaitan dengan kakak-adik mereka, dan itu tidak mengubah fakta bahwa Anda masih peduli kepada mereka. Menjelaskan alasan di balik hukuman sangat penting ketika berurusan dengan seorang anak tengah.
-
Jangan tinggalkan mereka.
Berikan anak tengah Anda cukup perhatian sehingga mereka tidak merasa perlu untuk bertindak. Seperti contoh, dengan memberikan pujian atas lukisan mereka yang luar biasa, akan membuat si anak tengah lebih giat menekuni hobi mereka daripada berbuat onar yang dimaksudkan untuk mencari perhatian.
-
Luangkan waktu sendirian dengan anak tengah.
Atur jadwal quality time bersama anak tengah. Dengan berfokus pada mereka, Anda meyakinkan bahwa mereka sama pentingnya dengan saudara kandung mereka, dan menjaga mereka dari merasa kesepian atau ditinggalkan.
-
Mengapresiasi prestasi mereka
Yakinkan anak Anda dengan kalimat seperti, “kamu sangat membanggakan” atau “kamu hebat karena bisa mencapai semua ini”. Akuilah prestasi pribadi mereka sebagai sesuatu yang patut dirayakan.
-
Biarkan mereka tumbuh berbeda dari kakaknya.
Anak tertua Anda mungkin adalah juara lomba matematika, meskipun akan baik ketika anak tengah mengikuti jejak mereka, namun menjadi sama dan berkompetisi dengan saudara berpotensi menimbulkan perasaan kebencian dan rendah diri. Sebaliknya, anjurkan anak untuk menemukan bakat mereka sendiri, entah itu akademis, atletik, atau artistik.
-
Mempertahankan komunikasi yang terbuka.
Jika anak tengah Anda merasa diabaikan, mereka mungkin tidak mengatakan apa-apa. Untuk memperbaiki hal ini, bicarakanlah kepadanya tentang pengalaman sebagai anak tengah. Katakanlah, “maaf, Ibu dan Ayah belum bisa menemani kakak karena harus mengurus bayi. Jika kakak merasa ditinggalkan, beri tahu kami ya, kak.”
-
Mengabadikan momen.
Pastikan bahwa album foto keluarga memuat gambar anak tengah Anda. Mungkin ini terlihat begitu sederhana, tapi pasti akan menyenangkan hati si anak tengah. Jangan biarkan dia jatuh ketika melihat ribuan gambar dari kakak atau adiknya dan hanya ada beberapa fotonya. Juga pastikan Anda mengambil foto anak tengah seorang diri tanpa kakak atau adiknya.
Pada akhirnya, keberadaan anak tengah adalah kehendak kita sebagai orang tua. Mereka tidak minta untuk lahir di antara kakak dan adiknya. Pun mereka tidak pernah mau diperlakukan berbeda. Untuk itu, orang tualah yang bertanggung jawab untuk menghindarkan anak tengah dari perasaan-perasaan terkucilkan. Anggaplah mereka sama berharganya seperti kakak dan adiknya. Toh, bukankah dulu Parents pernah sangat mendambakan kelahirannya?
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini