“Aku pasti dapat nilai jelek Mah, karena gak bisa Matematika!”
“Aku ini Bodoh, gak bisa baca! Tidak seperti teman-teman lain!”
“Bagaimana jika aku tidak naik kelas Bu?”
Sebagian besar anak-anak yang sedang berkutat dengan tantangan belajar cenderung mengalami stres dan kecemasan. Stres karena kurang bisa mengikuti materi pelajaran yang disampaikan oleh guru atau merasa cemas jika nilai ulangan mereka jelek, hingga takut kalau-kalau tidak bisa naik kelas. Akibatnya, anak-anak merasa buruk tentang diri mereka sendiri.
Jika kondisi ini terus dibiarkan dan berlanjut, maka bisa saja kesehatan mental anak-anak akan terganggu. Lalu, bagaimana menangani tantangan ini?
CBT (Cognitive Behavioral Therapy) merupakan salah satu alternatif perawatan yang bisa orang tua lakukan untuk anak-anak.
Apa itu CBT?
Menurut APA (American Psychological Association) CBT (Cognitive Behavioral Therapy) merupakan bentuk perawatan psikologis yang telah terbukti efektif untuk berbagi masalah termasuk depresi, gangguan kecemasan, masalah penggunaan alkohol/narkoba, masalah pernikahan, gangguan makan, dan penyakit mental lainnya.
Apakah CBT bisa Diterapkan pada Anak?
CBT merupakan jenis terapi yang bisa membantu orang dari segala usia, termasuk anak-anak dan remaja. CBT akan berfungsi dengan maksimal pada anak-anak yang sudah memahami pola pikir, yaitu sekitar usia 6 atau 7 tahun.
CBT yang diterapkan pada anak mampu membantu mereka untuk berpikiran lebih positif terkait proses belajar. Misalnya, anak yang sering berpikiran “saya bodoh”, melalui CBT pikiran itu akan diubah menjadi “Saya ahli dalam banyak hal, masalah belajar yang saya alami memang membuat belajar lebih sulit, namun saya sama cerdasnya dengan teman-teman lain.”
Bagaimana CBT Bekerja?
CBT berfokus pada bagaimana pikiran dan emosi mempengaruhi perilaku. CBT didasarkan pada konsep bahwa pikiran, perasaan, sensasi fisik dan tindakan seseorang saling berhubungan. Terapi ini bertujuan untuk membantu seseorang mengatasi masalah besar melalui cara yang lebih positif dengan memecahnya menjadi bagian-bagian lebih kecil. CBT mengajarkan seseorang untuk mengubah pola negatif dengan cara memperbaiki perasaan.
Menurut APA, terapi pada CBT biasanya melibatkan upaya untuk mengubah pola perilaku, misalnya dengan:
- Menghadapi ketakutan seseorang daripada menghindarinya
- Menggunakan permainan peran untuk mempersiapkan interaksi yang berpotensi menimbulkan masalah dengan orang lain
- Belajar menenangkan pikiran dan merilekskan tubuh
Namun, tidak semua CBT menggunakan ketiga strategi di atas. Sebaliknya, ahli terapis dan pasien akan bekerja sama secara kolaboratif mengembangkan pemahaman masalah dan mengembangkan strategi pengobatan.
CBT menekankan untuk membantu individu belajar menjadi terapis bagi diri sendiri. Melalui latihan dalam sesi serta PR untuk dilakukan di luar sesi, pasien akan dibantu untuk mengembangkan keterampilan coping. Keterampilan coping ini membantu pasien untuk mengubah pemikiran, emosi dan perilaku negatif menjadi hal yang lebih positif.
Baca Juga:
1. Perkembangan Anak Bisa Gagal akibat TOXIC STRESS
2. Selective Mutism Bukan Berarti Tidak Bisa Bicara
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini