“Sejak selalu dibully oleh teman di sekolah, Sandy menolak untuk bersekolah. Mungkinkah dia mengalami trauma?”
Sebagai orang tua tentu kita merasa khawatir saat si kecil mengalami kejadian traumatik. Apalagi jika kejadian traumatik tersebut sampai mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Nah, pertanyaannya kemudian, apakah trauma itu sama dengan rasa takut?
Trauma itu berbeda dengan rasa takut. Menurut National Institute of Mental Health, trauma merupakan sekumpulan pengalaman yang membekas dan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada diri seorang yang biasanya tercermin dalam perilaku tidak wajar apabila berkaitan dengan stimulus tertentu. Sedangkan rasa takut adalah kecemasan terhadap objek nyata dan umumnya terjadi saat objek tersebut dihadapkan pada anak.
Apa yang Memicu Trauma pada Anak?
- Pengalaman / perlakuan yang tidak menyenangkan : kekerasan seksual, fisik, emosional yang diperoleh di lingkungan rumah, sekolah, dsb ; kehilangan seseorang, kecelakaan
- Tinggal di wilayah perang atau pengungsian
- Melihat orang lain menjadi objek kekerasan
Apa Saja Tanda (emosional) yang Muncul Akibat Trauma?
- Terkejut. Seseorang yang mengalami trauma biasanya tidak mempercayai bahwa suatu bencana atau peristiwa telah terjadi.
- Takut. Seseorang akan merasa ketakutan pasca trauma. Misalnya takut kematian, takut peristiwa terulang kembali
- Ketidakberdayaan. Seseorang merasa tidak memiliki kendali terhadap sesuatu.
- Kesedihan. Merasa sedih kehilangan hal yang berharga
- Isolasi. Merasa tidak ada orang yang mengerti keadaan kita.
- Marah dan frustasi
- Rasa Bersalah. “Seandainya tidak naik bus pasti tidak terjadi kecelakaan.”
- Mimpi buruk. Selalu bermimpi tentang peristiwa yang terjadi.
Apa Saja Tanda (Fisik) yang Muncul Akibat Trauma?
- Sulit berkonsentrasi
- Tidak nafsu makan termasuk kehilangan berat badan.
- Detak jantung yang meningkat
- Penurunan prestasi di sekolah
- Menarik diri dari keluarga dan teman
- Sakit perut
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Pusing atau sakit kepala
Apa yang perlu dilakukan Orang tua untuk menghadapi trauma pada anak?
- Pahami
Pahami trauma pada anak dan selalu ingatkan anak bahwa kita ada untuk mereka. Jangan lupa berikan pemahaman bahwa orang tua akan selalu memberikan dukungan pada anak-anak.
- Dorong anak untuk selalu dekat dengan keluarga
Selalu ingatkan pada anak bahwa mereka bisa menceritakan semua hal pada orang tua dan keluarga terdekat.
- Membuat aktivitas rutin
Jangan lupa membuat aktivitas rutin untuk anak agar mereka merasa lebih nyaman dan aman bersama dengan orang tua.
- Tetap mendampingi dengan sabar
Orang tua diharapkan tetap mendampingi anak dengan sabar, meskipun anak mengalami perubahan perilaku.
- Batasi obrolan terkait hal traumatik
Khususnya bagi anak berusia 6/7 tahun kebawah, sebaiknya hindari membicarakan hal yang memicu peristiwa traumatik pada anak. Sedangkan bagi anak-anak yang sudah lebih besar, orang tua bisa mulai membicarakan hal traumatik melalui permainan, cerita atau gambar. Tujuannya agar anak mampu menghadapi peristiwa traumaik secara perlahan
Peristiwa traumatik bisa saja dialami oleh anak-anak dan menyebabkan aktivitas keseharian mereka terganggu. Nah, apabila anak mengalami tanda-tanda fisik dan emosi tertentu akibat peristiwa traumatik, sebaiknya segera konsultasikan trauma anak pada ahlinya.
Baca Juga:
Rekomendasi Tanya Ahli:
Menangani Trauma Pada Anak bersama Ahli Rini Juanita Bakri H., M.Psi
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini