Bahayanya Self-Diagnosis Kesehatan Mental

02 Juli 2020

Di zaman yang terbatas waktu ini, dengan banyak kesempatan untuk Google apa pun, timbul “godaan” bagi orang-orang untuk mencari kesimpulan sendiri tentang penyakit mereka. 

Inilah yang dinamakan dengan “self diagnosis” alias diagnosa sendiri. 

Orang mencari tahu dan membuat kesimpulan tentang penyakit mereka, tanpa menemui dokter atau ahli kesehatan yang lain.  Dan ini bisa sangat berbahaya, terutama jika seseorang mendiagnosa kesehatan mentalnya sendiri.

Ketika melakukan diagnosa kesehatan mental sendiri, pada dasarnya Anda berasumsi bahwa Anda tahu seluk-beluk diagnosis, atau paham bagaimana satu hal berarti adalah “gejala” penyakit mental tertentu. 

Misalnya, orang dengan perubahan suasana hati sering berpikir bahwa mereka mengalami gangguan bipolar. Namun, perubahan suasana hati adalah gejala yang dapat menjadi bagian dari banyak hal klinis yang berbeda: gangguan kepribadian dan depresi berat, adalah dua contoh diagnosa lainnya.

Ahli jiwa dapat membantu Anda membedakan apakah “swing mood” yang Anda alami adalah dari normal ke rendah atau rendah ke tinggi, dan dengan mempertimbangkan berapa lama suasana hati berubah, ahli jiwa dapat membuat diagnosis yang tepat. Yang bahaya adalah ketika Anda mendiagnosa sendiri dan mencoba menjadi “ahli jiwa”.

Bahaya Terbesar Self-Diagnosis :

  • Salah Menyimpulkan Penyakit  

Salah satu bahaya terbesar self-diagnosis kesehatan mental adalah bahwa Anda mungkin tidak tahu bahwa ada penyakit medis yang “menyamar” sebagai sindrom psikiatri . 

Jadi, semisal Anda memiliki gangguan panik, Anda mungkin tidak tahu bahwa ada diagnosis hipertiroidisme atau detak jantung yang tidak teratur. 

Yang lebih serius lagi adalah kenyataan bahwa beberapa tumor otak mungkin disertai dengan perubahan kepribadian atau psikosis atau bahkan depresi. 

Jika Anda menganggap bahwa Anda mengalami depresi dan “mengobati” sendiri, Anda mungkin akan “kehilangan” penyakit yang sebenarnya Anda derita.

  • Kurang Percaya Ahli 

Adalah fakta bahwa untuk mengetahui dan melihat diri kita sendiri, tetapi kadang-kadang, kita membutuhkan cermin. Ahli kejiwaan adalah cermin itu.

Self-diagnosis merusak peran ahli. Walaupun psikiater / psikolog umumnya sangat antusias mendapatkan informasi yang detail dan sudah disusun, namun yang paling penting adalah mempercayai ahli/dokter Anda. 

Tetapi self-diagnosis umumnya membuat informasi yang kita sampaikan ke dokter jadi bias. Misalnya karena kita percaya bahwa kita menderita gangguan bipolar, maka kita akan menyampaikan gejala yang kita percayai terkait penyakit tersebut. Meskipun sebenarnya ada gejala lain yang kita rasakan, tetapi urung kita sampaikan. 

apa bahaya self diagnosis?

  • Overdiagnosis 

Bahaya lain dari self-diagnosis adalah bahwa Anda mungkin berpikir ada yang “lebih salah” dengan diri Anda, daripada yang sebenarnya terjadi. Inilah yang disebut “overdiagnosis” 

Misalnya, Anda menderita insomnia dan kelelahan, namun Anda menganggap masalahnya lebih dari sekedar insomnia dan menyimpulkan sendiri Anda sedang mengalami depresi berat. Dengan demikian, Anda dapat memperburuk keadaan mental sendiri dengan membuat kesimpulan yang lebih mengkhawatirkan.

  • Penyangkalan

Self-diagnosis  juga jadi masalah ketika Anda menyangkal tentang gejala-gejala yang sedang dialami. Anda mungkin berpikir bahwa kelelahan dan nyeri dada yang dialami akibat suasana hati yang buruk, tetapi seorang dokter dapat menyarankan untuk melakukan EKG dan mengungkapkan kemungkinan penyakit jantung koroner. 

  • Menganggap Enteng Masalah 

Ada beberapa sindrom yang mungkin seperti bukan masalah meskipun sangat mengganggu kehidupan Anda. Misalnya, gangguan delusional. Orang biasanya tidak menyadari dan tidak menganggap bahwa itu adalah hal serius, yang sebenarnya mengancam hidup mereka.

Gangguan kepribadian pun banyak yang tidak serta merta dianggap hal serius yang memerlukan perawatan dari ahli kejiwaan. Padahal penyakit-penyakit ini akan lebih mudah ditangani jika lebih awal didiagnosa dengan tepat. 

Self diagnosis dapat memiliki dampak negatif yang luar biasa pada diri Anda. Dan karena beberapa sebab di atas, walaupun banyak membaca adalah hal yang bermanfaat dan informatif, sebaiknya tetap konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan jiwa. Khususnya, jika Anda mengalami gejala tertentu yang berkaitan dengan kesehatan mental Anda.

Baca Juga:

  1. Benarkah Sedih itu Tidak Sehat?
  2. Apakah Trauma = Takut?
Bagaimana Menurut Anda?
+1
1
+1
0
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket