Setelah bayi terlahir, sebagai orang tua kita sangat bersemangat untuk mengajarkan bahasa pertama pada mereka. Tak jarang orang tua bersemangat untuk mendengar kata pertama dari bayi. Untuk mewujudkannya, orang tua mulai menstimulasi bayi untuk meningkatkan kemampuan bahasanya — sehingga kemampuan bahasanya pun segera meningkat.
Tapi, mengapa kita tidak melakukan hal yang sama dengan matematika? Mengapa anak baru terekspos pelajaran matematika saat masuk sekolah?
Mungkin Anda akan menjawab, “Karena bayi masih terlalu kecil untuk belajar matematika”. Padahal tidak demikian. Menurut Dr. Hari Krishna, PhD (IISc) seorang konsultan pendidik, Ayah sekaligus peneliti mengungkapkan bahwa bayi juga bisa belajar matematika.
Bagaimana Bayi Belajar Matematika?
Sebelum mengajarkan bayi matematika, kita harus menyadari bahwa matematika adalah bahasa dan sama seperti bahasa lainnya — bayi juga dapat belajar matematika secara alami. Bayi belajar bahasa secara alami melalui interaksi dengan orang lain, sedangkan mulai mengembangkan kemampuan matematika dan pemahaman angka melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.
Banyak konsep matematika fundamental yang bisa dipahami oleh bayi, jauh sebelum mereka bersekolah. Dan kabar baiknya adalah bahwa orang tua bisa membantu bayi mengembangkan kemampuannya tersebut. Dengan begitu saat sekolah nanti anak cenderung tidak mengembangkan kecemasan terhadap matematika di tahun-tahun berikutnya.
5 Tahap Bayi Belajar Matematika
#Step 1:
Sama seperti saat bayi mengasosiasikan kata dengan objek tertentu, misalnya “ini bola”, bayi juga melakukan hal yang sama saat belajar matematika. Saat mengajarkan bayi menghitung objek tertentu, ia akan menghubungkannya sebagai “sebuah angka”. Inilah yang disebut dengan “one to one correspondence”.
#Step 2:
Pada tahap selanjutnya, bayi akan belajar bahwa angka memiliki nama dan bahwa nama-nama ini muncul dalam urutan seperti “satu, dua, tiga, dst” — serta urutannya tidak pernah berubah. Ini yang disebut sebagai “stable number word order” atau urutan kata angka stabil.
#Step 3:
Begitu bayi mempelajari urutan angka, mereka belajar bahwa jika mereka menghitung objek — maka angka yang mereka hentikan sama dengan jumlah objek tersebut. Inilah yang disebut dengan “cardinality”
#Step 4:
Pada awalnya, bayi kaku dalam menghitung dan hanya menghitung dari awal sampai akhir. Namun seiring dengan perkembangannya, bayi akan memahami bahwa tak peduli dari mana mereka mulai menghitung — selama mereka menyebutkan angka dengan urutan yang benar — jumlah objek ini tidak akan berubah. Inilah yang disebut dengan “Order Irrelevance”
#Step 5:
Pada akhirnya, bayi akan menyadari bahwa bahkan objek yang berbeda dapat dihitung sebagai satu set atau kumpulan objek. Ini disebut sebagai abstraksi.
Pada Usia Berapa Bayi Belajar Angka?
Bagian otak yang digunakan untuk mempelajari angka mulai berkembang pada saat bayi berusia 1 tahun. Kondisi ini berbeda dengan kemampuan belajar bahasa yang sudah hadir sejak mereka lahir. Maka dari itu, jika anak dihadapkan dengan literasi dan numerasi selama tahap awal ini, otak yang haus informasi dengan cepat akan menyerapnya. Kondisi ini akan mengembangkan kemampuan linguistik dan pemahaman angka secara alami.
Aktivitas Sehari-Hari untuk Dukung Anak Belajar Matematika
Usia 1-2 Tahun
Saat bayi berusia 1-2 tahun — Anda bisa membantu anak belajar matematika dengan menghitung semua benda yang mereka lihat. Misalnya, banyaknya bola, banyaknya sepeda atau banyaknya kucing yang mereka temui di taman. Kegiatan ini membantu dalam mencapai dua tujuan pembelajaran. Pertama, bayi belajar bahwa angka dapat digunakan untuk menghitung sesuatu. Kedua, bayi belajar bahwa ada kata untuk setiap angka.
Usia 2-4 Tahun
Saat bayi berusia 2 tahun ajak mereka mengumpulkan balok atau benda lainnya (yang aman untuk anak) dan susun benda-benda tersebut dalam satu baris. Kemudian mulailah menyusunnya dalam 2 deretan benda, diikuti dengan 3 deretan benda. Aktivitas ini membantu bayi mempelajari cardinality yang dipelajari pada #step3 sebelumnya.
Usia > 4 Tahun
Pada usia > 4 tahun, anak dapat belajar menggunakan angka (hingga 10) untuk menghitung serangkaian objek tertentu. Dari sini, keterampilan tingkat tinggi berikutnya seperti ‘ketertiban’ dan ‘abstraksi’ berkembang dengan cepat. Beberapa kegiatan yang membantu anak prasekolah mengembangkan kemampuan ini adalah menggunakan angka untuk berhitung dalam konteks yang berbeda. Misalnya, menghitung ketika suatu tindakan diulang beberapa kali. Anda bisa bertanya pada anak “Berapa kali adek bisa memantulkan bola? Berapa anak tangga yang kita naiki? Berapa banyak anak tangga yang akan kita turuni? Mari kita hitung semua benda bulat di ruangan ini? Berapa banyak benda berwarna merah yang dapat adek lihat di gambar ini?”
Otak bayi menyerap banyak informasi selama tahun-tahun pertama kehidupan. Setiap pengalaman dengan lingkungan sekitar mengarah pada koneksi saraf baru di otak bayi dan membentuk arsitektur otak yang berkembang. Pengalaman berulang menciptakan koneksi saraf yang kuat dan bertahan lebih lama.
Maka wajar jika kita mengenalkan konsep matematika sejak dini, pengalaman tersebut akan bertahan lebih lama sehingga kelak saat dewasa anak diharapkan tidak merasakan kecemasan saat menghadapi pelajaran matematika. Langkah ini tentunya sama dengan saat kita ingin anak gemar membaca — sehingga kita akan mengenalkan anak dengan buku sejak dini.
Baca Juga:
- Nggak Bisa Matematika Artinya Diskalkulia?
- Bayi Ternyata Punya Pengetahuan Fisika! Ini Penjelasannya!
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini