Menjelaskan Konsep Terorisme pada Anak

17 Mei 2018

Gencarnya berita tentang aksi terorisme mau tidak mau terkonsumsi juga oleh anak-anak. Antusiasme orangtua menyaksikan berita terorisme juga membuat anak semakin penasaran tentang siapa sebenarnya teroris dan apa itu terorisme. Kita tentu tahu, konsep terorisme tidak sederhana. Anak-anak mungkin tidak sepenuhnya mengerti apa artinya meski kita sudah berusaha menjelaskannya berkali-kali.

Anak yang terpapar berita terorisme bisa terkena dampak psikologis yang cukup membahayakan. Penjelasan yang kurang tepat bisa membuat mereka semakin takut atau justru malah menyalahkan pihak tertentu.

Karena rentannya anak-anak terhadap berita terorisme, orangtua harus punya strategi khusus untuk menjelaskan konsep terorisme. Kemendikbud RI pun telah menjelaskan bagaimana cara berbicara kepada anak berkaitan dengan konsep terorisme. Berikut ini penjelasan dari Kemendibud RI

Panduan untuk Orangtua di Rumah

  1. Cari tahu apa yang anak pahami tentang terorisme. Setelah itu, beri penjelasan singkat tentang apa yang sebenarnya terjadi, meliputi fakta yang sudah terkonfirmasi. Ajak anak untuk tidak mempercayai isu-isu yang sifatnya masih spekulatif atau belum pasti kebenarannya.
  2.  Jauhkan anak dari paparan media sosial atau televisi yang menampilkan gambar atau video mengerikan tentang terorisme, terutama pada anak-anak di bawah usia 12 tahun. Paparan gambar-gambar mengerikan bisa menimbulkan secondary trauma.
  3. Identifikasi rasa takutnya. Sangat wajar jika anak mengalami rasa takut karena aksi teror yang belakangan ini muncul. Jelaskan padanya bahwa aksi kejahatan terorisme sangat jarang, tetapi ia tetap harus waspada. Tenangkan hatinya. Jangan sampai anak merasakan takut yang berlebihan.
  4. Bantu anak untuk bisa mengungkapkan perasannya tentang kejahatan teroris. Apabila anak merasa marah, arahkan rasa marahnya pada sasaran yang tepat, yaitu pada pelaku kejahatannya, bukan golongannya. Hindari prasangka yang cenderung menjelek-jelekkan golongan tertentu.
  5. Jalani kegiatan sehari-hari secara normal untuk memberikan rasa aman pada anak. Kebersamaan dan komunikasi antara orangtua dan anak penting untuk mendukung si kecil.
  6. Ajak anak berdiskusi dan mengapresiasi kinerja para polisi, TNI, dan juga petugas kesehatan yang telah melindungi, melayani, dan membantu kita. Diskusikan hal-hal yang sifatnya positif, misalnya kesigapan dan keberanian polisi dalam melawan pelaku teror.

menjelaskan konsep terorisme

Bagaimana Menyederhanakan Konsep Terorisme pada Anak Usia Dini

Anak-anak usia di bawah tujuh tahun biasanya belum begitu peduli dengan hal-hal yang terjadi di luar dirinya. Akan tetapi, jika anak sudah terlanjur terpapar berita terorisme, ia pun mungkin saja akan menjadi peduli dan ingin tahu tentang terorisme. Orangtua bisa memakai bahasa yang sederhana untuk menjelaskan. Buatlah analogi seperti pahlawan dan penjahat. Teroris adalah penjahatnya. Sementara pahlawannya adalah polisi atau orang-orang yang berusaha menolong korban.

Selanjutnya, beri ruang bagi anak untuk mengungkapkan pendapatnya. Tanyakan bagaimana perasaannya saat melihat aksi terorisme. Seperti yang telah dijelaskan oleh Kemendikbur RI di atas, jelaskan pada anak bahwa aksi terorisme tidak ada kaitannya dengan golongan atau agama tertentu. Lalu, yang paling penting, sebisa mungkin kontrol paparan media massa yang memberitakan aksi terorisme. Pastikan anak-anak tidak merasa cemas yang berlebihan.

Efek Paling Buruk Paparan Berita Terorisme pada Anak

Gejala mental yang mungkin timbul karena paparan berlebihan konten-konten aksi terorisme adalah secondary trauma. Gejala mental ini adalah salah satu jenis trauma yang muncul karena mendengar berita atau cerita tentang peristiwa tertentu tanpa mengalami langsung. Menurut Anastasia Satriyo, M. Psi., anak-anak yang mengalami secondary trauma menjadi lebih murung, ketakutan, mudah sedih, takut pergi ke tempat ramai, membicarakan kematian, lebih sering menangis, dan mengalami gangguan konsentrasi.

Secondary trauma bukan masalah sepele. Anak-anak yang mengalami gejala ini akan kehilangan masa kecil yang bahagia. Oleh karena itu, supaya anak tidak sampai mengalami dampak buruk akibat paparan berita terorisme, jadilah orangtua yang menemani anak belajar dan jauhkan media massa yang menampilkan berita-berita yang sifatnya spekulasi.

Bagaimana Menurut Anda?
+1
0
+1
0
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket