Anak Tunggal Manja?

Pernahkah Anda mendengar bahwa anak tunggal kerap diberi label sebagai anak yang egois, dimanja, mengalami kesulitan berbagi dan bersosialisasi dengan anak lain, hingga susah berkompromi? Mungkin Anda bahkan pernah mendengar bahwa anak-anak tunggal tumbuh dalam kesepian?

Ciri-ciri tersebut disebut sebagai “sindrom anak tunggal”. Apakah yang disebut “sindrom anak tunggal” membuat Anda semakin ingin memberi anak Anda adik? Atau malah ketika membaca ciri-ciri sindrom tersebut Anda merasa “ Saya anak tunggal, tapi tidak seperti itu kok! “

Sebenarnya, label-label yang “menempel” pada anak-anak tunggal ini tidak selalu benar. Pada kenyataanya banyak anak tunggal yang malah mengalami hal sebaliknya. Alih-alih dimanjakan, cukup banyak yang anak tunggal yang harus mandiri dan sangat bisa berbagi karena mereka dibesarkan dan diajarkan untuk itu.  Jadi, darimana asal stereotip negatif tentang anak tunggal berasal ?

Stereotip Sifat Anak Tunggal

Stereotip negatif yang terkait dengan anak tunggal memiliki sejarah panjang, sejak jaman Victoria di Inggris dan munculnya psikologi anak sebagai bidang studi akademis.

Pada akhir 1800-an dan awal 1900-an, beberapa psikolog menerbitkan karya tulis yang membentuk dasar persepsi tentang anak tunggal. Di antara mereka adalah perintis psikolog anak G Stanley Hall, yang, bersama dengan anak didiknya, menerbitkan survei yang melatarbelakangi ‘sifat’ anak tunggal yang dipercaya masyarakat selama ini.

mitos anak tunggal

Sebuah kutipan dari G Stanley Hall menyebut bahwa menjadi anak tunggal adalah “penyakit”.

Rekan dari Stanley Hall, E. W. Bohannon menggunakan kuesioner untuk mempelajari dan mengkategorikan anak-anak dengan sejumlah ciri yang berbeda. Bohannon menggunakan hasil survei (tetapi berbeda dengan survei saintifik seperti yang berkembang sekarang) untuk menyimpulkan bahwa anak-anak tunggal memiliki “tendensi aneh yang jelas merugikan”.

Hasil penelitian keduanya mendorong gagasan bahwa anak-anak akan lebih baik jika memiliki saudara kandung.

Beberapa penelitian dan studi setuju dengan Hall dan Bohannon sampai tingkat tertentu. Namun kini ada anggapan bahwa temuan mereka tidak ilmiah dan cacat -hingga membuat sindrom anak tunggal sebagai mitos.

Pada data yang dikumpulkan pada abad ke-21, studi Hall & Bogannon ini dianggap keliru. Toni Falbo, seorang psikolog di The University of Texas di Austin, menentang gagasan bahwa seseorang membutuhkan saudara kandung untuk tumbuh menjadi orang yang baik. Dalam surveinya tahun 1986, ia meneliti lebih dari 200 studi tentang subjek tersebut, dia menyimpulkan bahwa karakteristik anak-anak dengan dan tanpa saudara kandung tidak berbeda. Satu-satunya perbedaan, dia menemukan, adalah bahwa anak tunggal tampaknya memiliki ikatan yang lebih kuat dengan orang tua mereka dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki saudara kandung.

Hasil penelitian dari Hall & Bogannon telah dipatahkan.  Douglas Downey dari  Ohio State University dalam sebuah hasil penelitiannya tentang anak tunggal menyimpulkan, “(Hanya) ada sedikit risiko untuk tumbuh tanpa saudara kandung.”

Anak tunggal Kesepian & Kekanakan? 

Kerap dipandang rentan dengan kesepian dan tidak berkembang keterampilan sosialnya, pada kenyataanya ada “keuntungan” menjadi anak tunggal :

1.Sisi Kedewasaan: 

Anak-anak tunggal menunjukkan tingkat kedewasaan yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa ini terkait dengan durasi anak tunggal yang menghabiskan banyak waktu dengan orang tua dan orang dewasa lain, maka mereka pun cenderung meniru perilaku orang dewasa.

2.Sisi Kecerdasan: 

Anak-anak tunggal menunjukkan skor kecerdasan dan motivasi yang tinggi. Perhatian penuh yang mereka terima dari orang tua membantu mereka menjadi lebih cerdas dan pandai berbicara.

Baca Juga :

  1. Si Sulung Haruskah Selalu Ulung?
  2. Sindrom Si Anak Tengah Selalu Mengalah?
  3. Sindrom Si Bungsu Si Perayu

3.Sisi Pendidikan:

Orang tua dari anak tunggal umumnya menginvestasikan waktu mereka untuk berinteraksi dengan anak-anak dan mengajari mereka hal-hal baru.Dari faktor finansial, karena beban keuangan yang lebih rendah, keluarga dengan satu anak dapat memberikan pendidikan terbaik untuk anaknya.

4.Sisi Kreativitas: 

Karena tidak memiliki saudara kandung, anak tunggal banyak menghabiskan waktu sendirian, maka untuk menghibur diri , mereka menciptakan permainan baru dan imajinasi untuk menghilangkan rasa bosan. Sebab itu, anak tunggal cenderung kreatif.

5.Sisi Kepercayaan diri: 

Orang tua dari anak tunggal memberikan seluruh perhatian, cinta, dan penghargaan mereka kepada anak mereka. Ini membantu anak tunggal menjadi lebih percaya diri dan membangun citra diri yang positif.

Bagaimana membesarkan anak tunggal yang keluar dari mitos?

Menjadi orang tua dari anak tunggal, mungkin Anda mungkin ingin tahu bagaimana cara membesarkan anak yang bisa mematahkan mitos-mitos anak tunggal. Berikut beberapa tips cara membesarkan anak tunggal:

1.Mendorong interaksi sosial

Anak tunggal yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain sendiri atau dengan teman khayalan. Hal ini dapat menyebabkan mereka berjuang dalam interaksi sosial mereka. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan sosial dengan teman sebaya dan menghabiskan waktu dengan seseorang seusia mereka.

2.Tunjukkan nilai persaudaraan yang berharga

Anak-anak dengan saudara kandung belajar nilai-nilai persaudaraan lewat interaksi dengan saudara mereka. Anak-anak tunggal mungkin kehilangan pengalaman tersebut. Namun orang tua bisa menunjukkan nilai-nilai persaudaraan seperti berkompromi, berbagi, menerima kekalahan maupun bagaimana seharusnya saudara saling menyayangi.

3.Mengajarkan Kemandirian 

Anak tunggal kerap bergantung secara berlebihan pada orang tua mereka. Meskipun wajar bagi anak-anak untuk bergantung pada orang tua mereka, ketergantungan yang berlebihan bisa menjadi tidak sehat. Jadi, ajarkan anak mengatasi masalah tertentu secara mandiri, ini akan membantu mereka menangani konflik secara efektif serta mengajari mereka tanggung jawab dan kemandirian.

4.Hindari membebani mereka

Anak tunggal kerap diberikan ekspektasi tinggi oleh orang tua. Ini dapat memberikan tekanan yang tidak semestinya pada mereka, menyebabkan stres. Berikan harapan-harapan yang realistis. Sekalipun anak tunggal kerap menunjukkan kedewasaan dan berperilaku seperti orang dewasa, tetapi penting untuk diingat bahwa mereka masih anak-anak. Biarkan mereka menikmati masa kecil mereka.

5.Dukung mereka di saat-saat sulitnya

Anak-anak tunggal bisa menjadi sangat kritis terhadap diri sendiri dan menganggap diri mereka bertanggung jawab atas segala sesuatu, seperti nilai yang buruk atau tugas rumah tangga yang tidak selesai . Mereka mungkin tidak mengungkapkannya secara langsung, karena itu butuh orang tua yang mendukung dan terbuka agar anak tunggal bisa menuangkan perasaan dan tidak merasa sendirian.

Bagaimana Menurut Anda?
+1
19
+1
3
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket