Parents, bagaimana tanggapan Anda jika Anda tahu teman main si kecil ternyata berperilaku kurang baik ? Misalnya, Anda melihat teman si kecil membanting mainan ketika marah atau memukul anak Anda saat sedang bermain bersama. Apa yang akan Anda lakukan?
Sebagai orangtua, insting kita tentu akan melindungi anak dari teman-temannya yang berperilaku kurang baik. Anda mungkin akan melarang anak bermain dengan temannya tersebut. Hal ini dilakukan supaya anak tidak terpengaruh oleh perilaku buruk teman-temannya.
Perlukah membatasi pertemanan si kecil? Bagaimana jika si kecil sudah terlanjur nyaman dan dekat dengan teman-temannya tersebut?
Sebagai orangtua, rasanya sangat wajar jika kita merasa khawatir saat anak-anak berada di lingkungan pertemanan yang kurang baik. Orangtua mana pun pasti sepakat bahwa teman sangat berpengaruh pada pembentukan karakter anak. Akan tetapi, jika orangtua terlalu membatasi hubungan pertemanan yang sudah dibuat oleh si kecil, inipun tentu kurang baik.
Saat memasuki dunia sekolah, anak-anak berproses mencari jati dirinya sendiri. Anak pun mulai berusaha lepas dari kontrol orang tuanya. Jika orangtua terlalu mencampuri urusan anak, apalagi dengan cara yang keliru, tentu anak akan benar-benar lepas kontrol.
Bagaimana Menyikapi Teman-Teman Anak yang Anda Nilai Buruk?
Bagaimanapun, kita tidak mungkin membiarkan anak untuk terus bermain dengan teman-temannya yang kita nilai berperilaku kurang baik. Jika kita diam saja, perilaku kurang baik teman-teman si kecil tentu akan berpengaruh padanya. Apa yang bisa orangtua lakukan?
1. Tanya dan Dengarkan
Cobalah bertanya kepada anak mengapa ia senang berteman dengan anak yang anda anggap nakal tersebut. Perhatikan dengan baik jawaban anak Anda. Bisa jadi, anak memerlukan perlindungan dari temannya. Mungkin juga anak tidak mempunyai teman lain selain teman itu. Bahkan, ada juga yang alasannya sederhana, yaitu si teman tersebut mempunyai mainan yang anak Anda tidak memilikinya.
Tanyakan juga bagaimana karakter temannya itu di mata anak. Kadang,teman anak yang kita nilai buruk atau nakal, tetapi di mata anak, temannya ini justru baik dan menyenangkan.
Apa pun jawaban yang diberikan oleh anak, Parents bisa mencari tahu apakah benar temannya ini baik atau tidak. Jangan menjadi orangtua yang hanya menghakimi tanpa mendengarkan. Kumpulkan fakta-faktanya terlebih dahulu, baru memberikan putusan.
2. Cobalah Mengenal Teman-Teman Anak
Bukalah pintu rumah Anda lebar-lebar supaya teman-teman anak mau bermain di rumah Anda. Ketika teman-teman anak datang ke rumah, Anda bisa mengenal mereka secara pribadi dan mereka pun mengenal anda. Setelah mengenal mereka secara lebih dekat, Parents bisa menilai secara objektif bagaimana karakter teman-teman anak.
3. Jalin Komunikasi dengan Orangtua
Selain mengenal karakter anak, Anda juga perlu menjalin komunikasi dengan orangtua mereka. Bagaimanapun, sebagian besar perilaku dna karakter anak dibentuk oleh orangtua mereka. Jika Anda merasa teman-teman anak berasal dari keluarga yang baik, Anda pun tidak perlu terlalu khawatir.
4. Waspadai Perubahan
Hal yang harus diwaspadai berkaitan dengan hubungan pertemanan si kecil adalah jika anak menunjukkan tanda-tanda perubahan. Misalnya, anak mulai suka membolos, pulang telat, atau berkata-kata kasar setelah bergaul dengan teman-teman yang Anda tidak sukai. Perubahan negatif ini jelas harus disikapi dengan baik.
Ungkapkan rasa khawatir Anda terhadap perubahan si kecil. Jangan terang-terangan melarang mereka untuk bergaul dengan teman-temannya. Akan tetapi, jelaskan perbuatan negatif yang mereka lakukan dan apa konsekuensinya. Tegaskan juga nilai dan peraturan dalam keluarga yang harus anak patuhi.
5. Libatkan Diri
Jika perubahan perilaku anak sudah tidak bisa ditoleransi, mau tidak mau orangtua harus melibatkan diri. Tidak mudah menghentikan pertemanan anak. Mereka pasti akan berontak jika Anda melarangnya berteman dengan teman-teman yang disukai anak. Apa yang bisa Anda lakukan?
Perubahan negatif yang sudah di luar batas harus segera ditindaklanjuti. Anda harus berani melakukan tindakan yang tegas, misalnya dengan menemui orangtua anak, pihak sekolah ataupun memindahkan sekolah anak .
Cara terakhir yang dijelaskan di atas memang terlalu ekstrim. Oleh karena itu, cara terakhir di atas hanya boleh dilakukan jika perubahan anak memang sudah tidak bisa dikontrol.
Mencegah Lebih Baik dari Mengobati
Sebelum anak-anak terjerumus pada pergaulan yang salah, orangtua perlu memberikan pemahaman tentang perlunya selektif dalam memilih teman. Apa yang bisa Parents lakukan? Berikut ini kita memberi pemahaman tentang perlunya selektif dalam memilih teman.
1. Hilangkan Sifat Overprotektif
Kalimat kritikan seperti “Mama gak mau kamu berteman dengan si A” sebaiknya tidak dilontarkan kepada anak, apalagi jika tidak menjelaskan dengan baik apa alasannya. Mengapa? Bukannya menjauh, anak-anak justru akan semakin dekat dengan teman tersebut. Kalimat tersebut juga menandakan bahwa Anda adalah orangtua yang protektif.
Daripada melarang secara instan, lebih baik biarkan anak merasakan dampak dari perbuatannya. Jika anak berteman dengan teman-teman yang kurang baik, lama kelamaan anak akan merasa tidak nyaman dengan sendirinya. Bukan tidak mungkin ia akan ikut terlibat dalam sebuah masalah dan mendapat hukuman.
Setelah belajar dari pengalaman tersebut, orangtua bisa memberikan nasihat kepada anak bahwa lingkungan pertemanan yang baik akan membawa anak menjadi baik, begitupun sebaliknya.
2. Tanamkan Sifat Menghargai Diri Sendiri
Bisa jadi anak terpaksa berteman dengan teman-temannya yang nakal karena takut dikucilkan. Atau mungkin rasa rendah diri anak mengakibatkan anak mudah dibully oleh temannya.
Berdasarkan hal tersebut, penting sekali menanamkan sifat menghargai diri sendiri. Dengan cara ini, anak tidak akan takut dikucilkan jika pendapatnya berbeda dengan teman sebayanya. Anak-anak yang punya kepercayaan diri yang kuat juga akan lebih dihargai oleh teman-temannya.
3. Berikan Pujian
Jika anak-anak berada di lingkungan pertemanan yang positif, Anda bisa memberikan pujian secara tidak langsung. Misalnya, “Wah, bagus. Si A sepertinya teman yang baik dan bertanggung jawab”. Pujian tersebut lebih baik daripada kalimat, “Mama senang kamu berteman dengan si A”.
Itulah beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk memberikan pemahaman agar anak selektif memilih teman. Bagaimanapun, kita tidak bisa 24 jam berada di dekat anak. Memberikan pondasi yang kuat pada anak menjadi penting sebagai bekal anak agar tidak terjerumus pada lingkungan yang kurang baik.
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini