Semua remaja menghadapi beberapa bentuk stres, namun banyak dari mereka yang mengalami stres dengan level lebih berat dibandingkan stres yang dialami oleh orang dewasa. Mari kita pertimbangkan, apakah pemicu stres remaja ini juga dirasakan anak remaja Anda.
Menurut data dari Asosiasi Psikolog Amerika (APA), dalam survei mengenai level stres, remaja ternyata memiliki stres level yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Hasil survei menunjukkan bahwa remaja telah mengidentifikasi bahwa tingkat stres mereka tidak sehat, namun mereka justru meremehkan dampak stres yang berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik mereka.
Sumber stres yang paling sering dilaporkan untuk usia remaja berasal dari sekolah yang mencapai (83%). Beberapa isu terkait ekspektasi untuk masuk perguruan tinggi yang terbaik, atau memutuskan apa yang harus dilakukan setelah sekolah menengah juga memberikan dampak stres tersendiri yang mencapai (69%). Masalah keuangan keluarga juga menyumbang stres bagi mereka sebanyak (65%).
Tak hanya itu, menurut APA, isu lain yang menyebabkan stres pada remaja adalah seringnya terjaga di malam hari (35%), makan berlebihan atau makan makanan tidak sehat (26%), dan melewatkan makan (23%) karena stres dalam sebulan terakhir.
40% remaja bahkan melaporkan bahwa mereka merasa mudah tersinggung atau marah, 36% sering merasa gugup atau cemas, 36% sering merasa lelah, dan 31% melaporkan bahwa mereka kewalahan akibat stres dalam sebulan terakhir. Lebih dari seperempat remaja (26%) mengatakan bahwa mereka bertengkar dengan teman sekelas atau rekan satu tim saat stres dalam sebulan terakhir. Para remaja melaporkan bahwa selama masa sekolah, mereka memiliki tingkat stres rata-rata 5,8 pada skala 10 poin, dibandingkan dengan tingkat 4,6 selama musim panas.
Tanda-tanda mengalami stres
Banyak remaja sedang berjuang dengan tingkat stres yang signifikan sehingga bisa mengganggu pembelajaran, hubungan, dan area fungsi lainnya. Stres dapat terwujud dalam berbagai cara, dan beberapa gejala stres mirip dengan perilaku remaja normal. Untuk itu, stres bisa tersirat pada kebiasaan remaja. Beberapa tanda stres pada remaja yang tersirat pada perilakunya, yaitu:
Perubahan emosi: Anak remaja Anda mungkin tampak gelisah, cemas, dan atau depresi. Perhatikan perubahan perilaku.
Perubahan fisik: Remaja yang mengalami stres cenderung lebih sering sakit dan mengeluh sakit kepala, sakit perut, serta nyeri.
Perubahan perilaku: Terlihat perubahan dalam kebiasaan makan atau tidur, dan menghindari aktivitas normal sehari-hari.
Perubahan kognitif: Anda mungkin memperhatikan penurunan konsentrasi, kelupaan, dan atau munculnya kecerobohan.
Pemicu Umum Stres pada Remaja
Stres pada remaja dapat dipicu oleh sejumlah faktor. Hasil survei mengenai stres di Amerika menunjukkan bahwa ada beberapa sumber stres yang umum terjadi pada populasi remaja. Cara terbaik untuk memahami bagaimana anak remaja Anda memproses stres dan dari mana stres itu berasal adalah dengan melakukan komunikasi yang terbuka dan jujur tentang stres. Penting bagi orang tua untuk “menormalkan” konsep stres dan memberdayakan remaja untuk menggunakan strategi koping adaptif.
Berikut ini adalah beberapa sumber stres yang mungkin terjadi pada remaja Anda:
- Stres Akademik
Dari nilai harian, nilai ujian, hingga mendaftar ke perguruan tinggi, remaja mengalami tingkat stres tinggi terkait dengan aktivitas sekolah. Banyak remaja khawatir tentang bagaimana caranya memenuhi tuntutan akademis, menyenangkan guru dan orang tua, serta mensejajarkan diri dengan teman sekelas mereka. Keterampilan manajemen waktu yang buruk atau perasaan terbebani oleh banyaknya pekerjaan juga dapat menyebabkan stres akademis.
2. Stres Sosial
Remaja sangat menghargai kehidupan sosialnya. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka bersama teman-teman. Penindasan seperti bullying yang terjadi di lingkungan pertemanan mereka adalah sumber stres yang jelas pada remaja. Padahal, belajar untuk mengelola konflik yang sehat dan menjaga hubungan bukanlah tugas yang mudah bagi remaja yang sedang berkembang. Tekanan teman sebaya merupakan stres tambahan selama masa remaja. Dalam upaya menjalin dan mempertahankan persahabatan, remaja dapat melakukan perilaku di luar zona nyamannya untuk bisa membaur dengan teman sebayanya.
3. Perselisihan Keluarga
Apapun yang sedang terjadi di dalam keluarga dapat mempengaruhi psikologis remaja. Harapan yang tidak realistis, masalah perkawinan, hubungan saudara yang tegang (termasuk intimidasi saudara), penyakit dalam keluarga, dan tekanan finansial dalam keluarga semuanya dapat memicu lonjakan stres pada remaja.
4. Peristiwa yang Terjadi di Dunia
Penembakan di sekolah, aksi terorisme, dan bencana alam tidak hanya dikhawatirkan para orang tua, tetapi juga memicu stres bagi remaja. Remaja sering kali mengetahui publikasi berita selama 24 jam, dan mendengar sedikit demi sedikit berita menakutkan, baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini dapat membuat remaja khawatir akan keselamatan mereka dan keselamatan orang yang mereka cintai. Akibatnya, stres pada remaja tak terhindarkan.
5. Peristiwa Traumatis
Kematian anggota keluarga atau teman, kecelakaan, sakit, atau pelecehan fisik atau emosional yang berkepanjangan dapat berdampak permanen pada tingkat stres remaja. Penting juga untuk diperhatikan bahwa kekerasan dalam kencan remaja mempengaruhi stres pada remaja sekitar 10%.
6. Perubahan Hidup yang Signifikan
Layaknya orang dewasa, remaja mengalami stres karena perubahan hidup yang signifikan. Pindah hingga memulai sekolah baru, dan perubahan tatanan keluarga (termasuk perceraian dan keluarga campuran) dapat memicu stres bagi remaja. Tidak tahu bagaimana menghadapi perubahan besar sangat membebani dan bisa membingungkan bagi remaja yang sedang berkembang.
Anda bisa membantu meredakan stress dengan mencarikan solusi atas masalah yang sedang dihadapinya atau memberikan dukungan psikologis. Mengurangi tuntutan kepada anak serta mengurangi sikap perfectionist juga bisa meringankan beban anak. Jadi, jangan lelah berdiskusi dengan anak tentang apa yang sedang mereka rasakan, lalu arahkan anak-anak dengan cara yang halus. Ini akan membuat anak merasa lebih terarah dalam menjalani kesehariannya.
Baca Juga:
- Anak Sering Melukai Diri Sendiri? Pelajari Penanganannya
- Depresi Pada Orang Tua akan Berdampak Buruk Pada Anak
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini