Anak Sering Melukai Diri Sendiri? Pelajari Penangannya

08 September 2022

Siapa yang tidak khawatir menemukan anak melukai diri sendiri? Misalnya membenturkan kepala ke tembok, menyilet tangan, atau menggunakan teknik-teknik tertentu untuk melukai diri. Fenomena self-harm ini kerap terjadi pada anak-anak di usia remaja,apakah hal ini wajar? Orang tua dan pengasuh mungkin merasa bingung, marah, dan mungkin putus asa, ketika mereka melihat tanda-tanda bahwa anak atau remaja mereka melakukan tindakan menyakiti diri sendiri (self-harm). Mereka menyadari bahwa anak mereka membutuhkan bantuan segera, tetapi banyak orang tua tidak tahu harus mulai dari mana.

Menurut Deborah Serani, PsyD dalam bukunya Depression and Your Child: A Guide for Parents and Caregivers, sekitar 15% anak-anak dan remaja melukai diri sendiri (self-harm). Self-harm adalah perilaku melukai diri sendiri dengan sengaja tanpa adanya maksud bunuh diri. Literatur menunjukkan bahwa perilaku menyakiti diri sendiri adalah karena ketidakseimbangan neurokimia dan menghasilkan pelepasan endorfin dalam tubuh yang dapat menyebabkan respons seperti euforia. Namun Serani menambahkan bahwa perilaku ini bisa menyebabkan kematian jika luka yang ditimbulkan sangat serius. Seperti, menggunakan benda tajam untuk melukai diri sendiri atau membenturkan bagian tubuh tertentu.

Jika anak menyakiti diri sendiri, apakah itu berarti dia berpikir untuk bunuh diri?
Hanya karena seorang anak atau remaja mulai menyakiti diri sendiri, tidak secara otomatis berarti bahwa ia berpikir untuk bunuh diri atau berharap untuk mati. Namun, penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa ketika tindakan tersebut berlangsung dalam waktu lama, anak-anak dan remaja menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk berpikir dan melakukan tindakan bunuh diri. Jadi orang tua dan guru harus mengambil langkah segera ketika mereka yakin anak-anak mereka menyakiti diri sendiri.

 Apa penyebab terjadinya self-harm? 

  1. Kebuntuan bahasa. Anak tidak tahu bagaimana mengutarakan perasaan dengan kata-kata. Sehingga memicu anak untuk melukai diri sendiri.
  2. Anak ingin mengekspresikan kebencian atau rasa malu.
  3. Ingin mengekspresikan pikiran negatif yang tidak bisa diungkapkan.
  4. Anak merasa tidak berdaya melakukan sesuatu.
  5. Ingin mencari perhatian.

Apakah ada mitos tentang self-harm yang harus ketahui orang tua?

  1. Menyilet nadi adalah satu-satunya bentuk cedera diri yang perlu dikhawatirkan.

2. Menyakiti diri sendiri biasanya disebabkan oleh pikiran untuk bunuh diri.

3. Anak-anak atau remaja yang melukai diri sendiri hanya mencari perhatian atau bersikap dramatis.

4. Self-harm hanya terjadi pada anak perempuan

5. Menjelaskan tentang perilaku self-harm membuat remaja mungkin tergoda untuk mencobanya.

Bagaimana Mengatasinya?

Tindakan berbahaya seperti melukai diri sendiri ini tentu harus dihentikan. Orang tua bisa mengatasi perilaku ini dengan beberapa cara, yaitu:

1. Buat Lingkungan Bermain Yang Aman

Jika anak Anda melukai diri sendiri, Anda dapat membantu dengan menghilangkan bahaya seperti pisau tajam, pisau cukur, racun, atau senjata, dan lainnya dari ruang tidur anak,kamar mandi, atau ruang privat lain. Meskipun mungkin sulit untuk menyembunyikan semua barang tersebut sepanjang waktu. Sangat penting jika anak memberi tahu Anda bahwa mereka memiliki pikiran atau dorongan untuk menyakiti diri sendiri, atau selama periode sulit dan penuh tekanan yang dapat memicu pikiran atau dorongan tersebut. Penting juga untuk menjaga agar pisau atau silet tidak dapat diakses dan semua obat dikunci, terutama jika anak Anda memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Bicaralah dengan dokter anak atau penyedia kesehatan mental Anda untuk membuat “rencana keselamatan”, termasuk cara praktis untuk mengatur ulang rumah Anda dan mendapatkan perawatan darurat jika sesuatu terjadi.

mengatasi anak yang suka melukai diri sendiri

2. Ajak Anak Bercerita

Saat melihat anak ingin menyakiti diri sendiri, alihkan perhatian anak dengan cerita. Ceritakan hal-hal yang pernah Parents dan anak alami. Ingatkan anak tentang hal tersebut. Misalnya, kenangan saat bermain bola di pantai atau melihat gajah di kebun binatang.

Ceritakan kembali tempat yang pernah Parents kunjungi bersama anak dengan detail dan jelas. Tujuannya agar kecemasan dan emosi yang dirasakan oleh anak bisa mereda.

3. Peluk Anak

Bantuan fisik seperti memeluk akan menenangkan anak. Peluklah anak dan hindarkan anak dari upaya memukul dirinya sendiri.

Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan dan perasaan yang aman dan penuh kasih pada anak. Pelukan juga akan melunakkan hati anak serta mengurangi frustrasi yang ia dirasakan.

4. Temukan Alasannya

Perilaku self-harm pasti memiliki suatu alasan. Pastikan untuk menemukan alasan dibalik self harm pada anak. Bantu anak memahami tentang situasi yang memicu stres atau perasaan negatif mereka.

Berani mencontohkan, jika pemicunya adalah karena jadwal ujian sekolah yang semakin dekat atau janji bertemu dengan dokter gigi –sedangkan anak tak pernah nyaman dengan dokter gigi. Katakan pada anak bahwa Parents memahami kecemasan dan ketakutannya. Namun ajarkan anak untuk mengatasi perasaan tersebut dengan cara yang lebih sehat tanpa melukai diri sendiri.

Contoh, jika anak merasa cemas karena ada jadwal ulangan, ajak ia untuk melakukan hal lain yang bisa membuatnya lebih santai dan melepaskan stressnya

5. Salurkan Kecemasan Anak

Serani menambahkan jika dorongan self-harm pada anak masih nampak, salurkan kecemasan anak dengan hal-hal yang lebih aman. Misalnya, merobek-robek kertas atau memukul bantal.

Parents juga bisa menyalurkan kecemasan anak dengan mengajaknya menari, berlari-lari, bahkan bermain kejar-kejaran dengan hewan peliharaan. Aktivitas fisik juga membantu anak untuk meluapkan kecemasan dan emosinya.

Baca Juga:
  1. Depresi Sampai Bunuh Diri, Orang tua Bisa Jadi Pemicunya
  2. Pahami Trauma Pasca Bencana yang Dirasakan Anak

Tentunya Parents bisa menyalurkan kecemasan anak dengan hal-hal lain yang lebih aman. Maka penting bagi setiap orang tua untuk mengetahui apa penyebab stress anak dan apa yang bisa membuatnya lebih rileks.

Self-harm atau perilaku melukai diri sendiri dianggap oleh para ahli sebagai perilaku yang cukup wajar pada anak. Namun, perilaku ini bisa menjadi tidak wajar dan butuh perhatian khusus apabila mencapai batas usia tertentu.

Tanda yang Harus Diwaspadai

Bentuk self-harm yang paling umum adalah mengiris kulit, jadi Anda mungkin melihat luka atau bekas luka di tangan, pergelangan tangan, perut, kaki, atau area lain di tubuh anak Anda. Akan ada menimbulkan luka dalam atau lusinan luka kecil di satu tempat. Penting untuk diingat bahwa anak-anak sering menyembunyikan luka mereka dengan memakai banyak perhiasan atau baju lengan panjang (bahkan dalam cuaca panas), sehingga bekas luka dan luka mungkin tidak terlihat atau mudah terlihat.

Tanda-tanda halus lain yang harus diwaspadai mungkin termasuk gejala depresi (seperti perasaan putus asa atau tidak berharga yang berlebihan, gangguan tidur, dan tingkat energi yang rendah). Ini karena anak-anak yang mengalami depresi berisiko lebih tinggi untuk terlibat dalam self-harm.

Bentuk lain dari menyakiti diri sendiri

Membenturkan kepala, luka bakar, mencabut rambut, atau menggaruk kulit secara berlebihan hingga mengeluarkan darah, itu adalah bentuk self-harm. Beberapa anak memukul dirinya sendiri, memasukkan benda ke lubang tubuh, meminum zat berbahaya seperti pemutih atau deterjen, atau mencoba mematahkan tulang mereka dengan sengaja. Dalam beberapa kasus, anak-anak atau remaja hanya dapat menyakiti diri sendiri satu kali, tetapi mereka yang terus melakukan self-harm sering kali melukai diri sendiri dengan lebih dari satu cara.

Berapa Batas Usia “Normal”Anak Melukai Diri Sendiri?

Survei menyebut usia umum anak menyakiti diri sendiri berkisar antara umur 16 bulan sampai 2 tahun. Sering kali, seorang anak di usia tersebut frustrasi dengan kosakata yang terbatas untuk mengekspresikan dirinya. Saat anak berusia 3 tahun, rata-rata anak sudah meninggalkan perilaku ini.

Segera konsultasikan dengan dokter jika anak memiliki kecenderungan melakukan self-harm saat mencapai usia di atas 3 tahun. Sebaiknya juga kumpulkan data tentang perilaku anak sebelum konsultasi dengan dokter.

Misalnya, catat penyebab terjadinya self-harm, berapa lama anak melukai diri sendiri, dan hal apa saja yang anak lakukan saat melukai diri sendiri. Catatan ini akan mempermudah dokter untuk mendiagnosis penyebab self-harm pada anak. Diagnosis sedini mungkin dapat membantu anak mengatasi masalah yang dihadapinya.

Untuk menyadari adanya kecenderungan melakukan self-harm, Anda juga bisa mengikuti Workshop MASTER Self-Harm: Memahami Kerapuhan Remaja. Ingin info lebih lanjut? Kontak Momin di sini

 

Bagaimana Menurut Anda?
+1
3
+1
4
+1
1
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket