6 Perilaku Anak yang Tidak Boleh Dimaklumi

Dalam pengasuhan sehari-hari, seringkali orang tua secara tidak sengaja mengabaikan beberapa perilaku anak yang cenderung negatif, dengan alasan, “ah… masih anak-anak”, “namanya juga anak-anak, maklum”. Padahal, perilaku anak yang seringkali dimaklumi oleh orang tua bisa saja menjadi tantangan yang jauh lebih berat dalam pengasuhan di masa mendatang bagi orang tua.

Apa saja perilaku anak yang tidak boleh dimaklumi oleh orang tua?

1. Suka Memotong Pembicaraan 

Perilaku pertama yang tidak boleh dimaklumi oleh orang tua adalah saat anak suka memotong pembicaraan. Anak Anda mungkin sangat bersemangat memberitahu sesuatu atau mengajukan pertanyaan. Tapi, membiarkannya ikut campur dalam percakapan Anda tidak akan mengajarinya memperhatikan dan menghormati orang lain saat sedang berbicara. 

Jika kebiasaan ini terus berlanjut tanpa adanya pendisiplinan dari orang tua, anak-anak akan berpikir bahwa dia berhak mendapatkan perhatian — bahkan saat orang lain sedang berbicara. Anak juga cenderung tidak bisa mentolerir rasa frustasi, karena apa yang ia ingin sampaikan harus segera diungkapkan, apapun situasinya. Kondisi ini tentu tidak baik bagi si kecil dan bisa terbawa hingga dewasa nanti. 

Bagaimana mengatasinya?

Untuk mengatasi perilaku anak ini, Anda bisa menjelaskan pada anak lain kali saat Anda ingin berbicara dengan teman atau berbicara dengan anggota keluarga yang lain. Jelaskan pada anak bahwa dia perlu diam sementara waktu dan membiarkan Anda berbicara. Bagi anak berusia dini, Anda juga bisa memberinya mainan atau aktivitas tertentu — sementara Anda sedang berbicara. 

Jika anak mulai menarik lengan untuk memotong perbincangan, katakan “tunggu di sana (menunjuk tangga atau sudut ruangan tertentu) sebentar ya dek, nanti Ayah/Ibu akan menghampiri setelah selesai berbicara.” 

2. Terlalu Kasar Saat Bermain

Perilaku lain yang tidak boleh dimaklumi oleh orang tua adalah saat anak sering bermain terlalu kasar bersama dengan teman atau saudaranya di rumah. Misalnya saja tindakan mendorong, mencubit, atau bahkan berteriak dengan kata-kata kasar. Jangan sampai, Anda menganggap perilaku ini adalah hal wajar bagi anak-anak. Justru, jika Anda tidak ikut campur menasehati anak untuk tidak bermain kasar maka bisa saja akan terjadi pertengkaran antar anak. 

Tak hanya itu, “anggapan wajar” yang dijadikan patokan oleh orang tua justru mengirimkan pesan pada anak bahwa menyakiti teman atau orang lain itu dapat diterima. 

Bagaimana mengatasinya?

Jika suatu saat anak bermain kasar dengan teman atau saudara, maka jangan segan untuk menghampiri anak dan menarik anak dari situasi tersebut. Jelaskan padanya bahwa perilakunya bisa menyakiti teman atau saudara. Anda bisa menambah penjelasan dengan mengatakan bagaimana jika teman atau saudara juga melakukan hal yang sama padamu? Jangan lupa jelaskan pada anak bahwa tindakan apapun yang menyakiti orang lain tidak diperbolehkan. 

Di waktu bermain berikutnya, ingatkan anak untuk tidak bermain kasar. Ajarkan anak berbagai ekspresi atau frasa kalimat yang mampu mendukungnya menjelaskan apa yang dia inginkan saat bermain dengan teman-teman. Hal ini akan membantu anak mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata yang lebih positif daripada berperilaku kasar seperti mencubit atau mendorong.  

3. Pura-Pura Tidak Mendengarkan Saat Anda Berbicara

Jika anak sering berpura-pura tidak mendengarkan saat Anda berbicara, maka jangan memaklumi perilaku ini. Misalnya saja saat Anda meminta anak menjemur handuk basah berkali-kali dan berkali-kali juga tidak dilakukan karena berpura-pura tidak mendengar. Akibatnya karena jengkel, Anda membantunya menjemurkan handuk yang basah. Kondisi ini justru akan mengirimkan sinyal pada anak bahwa “tidak masalah tidak mendengarkan orang tua, toh setelah ini Ayah/Ibu akan membantuku” 

Bagaimana mengatasinya?

Alih-alih berteriak dan menyuruh anak berkali-kali — mungkin dari ruang sebelah, dekati anak dan beritahu dia apa yang perlu dilakukan. Usahakan untuk membuat eyes contact saat berbicara dengan anak. Anda juga bisa menyentuh bahu anak untuk menarik perhatiannya jika ia sedang melakukan sesuatu atau saat anak tidak memperhatikan Anda. Apabila cara ini tidak juga berhasil, berikan konsekuensi pada anak.  

perilaku anak yang tidak boleh dimaklumi

4. Kurang Sopan

Anda mungkin tidak mengira anak Anda akan memutar matanya atau menggunakan nada yang kurang sopan sampai dia berusia praremaja, tetapi perilaku lancang sering kali dimulai saat anak prasekolah. Beberapa anak mungkin melakukan ini karena meniru anak yang lebih besar lainnya untuk menguji kesabaran orang tua — Dan beberapa orang tua mengabaikannya karena menganggap perilaku ini wajar serta akan membaik dengan sendirinya. 

Namun tahukah Anda bahwa  perilaku ini bisa semakin parah jika terus dibiarkan. Kondisi terburuknya mungkin, Anda akan mendapati anak kelas 3 SD berperilaku sangat tidak sopan. Tentunya, ini bukan Anda harapan sebagai orang tua bukan?

Bagaimana mengatasinya?

Buat anak Anda sadar akan perilakunya. Katakan padanya, misalnya, “Saat kamu memutar mata seperti itu, sepertinya kamu tidak menyukai apa yang Ayah/Ibu katakan.” Idenya bukanlah untuk membuat anak Anda merasa buruk, tetapi untuk menunjukkan bagaimana penampilan atau suaranya. Jika perilakunya berlanjut, Anda bisa menolak untuk berinteraksi dan pergi. Katakan, “Ibu/Ayah tidak mendengarmu saat kamu berbicara seperti itu. Saat kamu siap untuk berbicara dengan baik, Ibu/Ayah akan mendengarkan.”

5. Membesar-Besarkan Sesuatu

Sepertinya bukan masalah jika  anak mengatakan bahwa ia sudah membereskan mainan atau buku sekolahnya pada Anda. Tapi akan menjadi masalah jika ia mengatakan telah pergi ke Walt Disney pada teman-temannya, padahal anak bahkan belum pernah naik pesawat. Ya, hal ini mungkin terkesan sepele dan merupakan bahan candaan anak-anak, namun penting bagi orang tua untuk tidak mendukung segala jenis kebohongan atau ketidakjujuran lainnya. 

“Berbohong bisa menjadi otomatis jika anak Anda belajar bahwa itu cara mudah untuk membuat dirinya terlihat lebih baik, untuk menghindari melakukan sesuatu yang tidak ingin dia lakukan, atau untuk mencegah mendapat masalah karena sesuatu yang sudah dia lakukan”, kata Jerry Wyckoff,Ph.D seorang psikolog lulusan University of Kansas   

6. Suka Mengambil Tanpa Izin

Anda mungkin akan senang saat anak usia 2 tahun bisa mengambil snack sorenya sendiri di meja makan tanpa perlu Anda bantu. Tapi bagaimana jika anak Anda yang berusia 8 tahun, mengambil snack di rumah teman-atau tetangga tanpa meminta izin terlebih dahulu? Tentu, hal ini adalah perilaku yang tidak sopan. 

Bagaimana mengatasinya?

Jelaskan pada anak bahwa ada banyak aturan tak tertulis yang perlu dipatuhi dalam kehidupan ini. Salah satunya adalah meminta izin sebelum mengambil sesuatu, khususnya jika hal tersebut dilakukan di rumah orang lain. Hal ini juga berlaku saat anak mematikan TV atau AC di dalam rumah. Anak bisa bertanya apakah ia boleh mematikan AC karena udara terlalu dingin. 

Perilaku-perilaku anak yang awalnya dianggap wajar bagi orang tua, mungkin karena alasan anak masih kecil — bisa menjadi perilaku negatif saat dewasa kelak. Maka penting bagi orang tua untuk tidak mengabaikan beberapa perilaku di atas. 

Baca Juga:

  1. Anak Remaja Memberontak, Wajar?
  2. Anak “Caper” : Memahami Perilaku Negative Attention
Bagaimana Menurut Anda?
+1
17
+1
0
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket