Menghadapi Anak yang Tidak Bisa Menerima Kekalahan (Overly-Competitive)
  • Seorang anak berusia 9 tahun memainkan game Candy Crush, gagal berulang kali, lalu ia membanting ponselnya. 
  • Seorang anak berusia 6 tahun bermain  dengan dua saudaranya, ia kalah dan berlari mengadu ke ibunya bahwa saudaranya curang. 
  • Seorang anak 14 tahun keluar dari klub basket karena pelatihnya memintanya untuk lebih bekerja sama dengan teman satu timnya dan ia tampak sering “main sendiri”. 
  • Seorang anak berusia 18 tahun menolak untuk kuliah karena ia gagal di ujian masuk di satu universitas idamannya. 

Apakah Parents pernah menjumpai kasus-kasus ini ?

Benarkah mereka anak-anak yang tidak bisa menerima kekalahan ? 

Efek Positif Kompetisi 

Menjadi pemenang dan momen kemenangan memang memiliki efek positif dan akan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi banyak anak. Pun bisa menjadi motivasi mereka untuk lebih berkembang. 

Kompetisi dapat membantu anak Anda terus mendorong kemampuannya dan melakukan yang terbaik. Memiliki satu tujuan adalah pendorong kepercayaan diri yang sangat besar. Ditambah lagi, mereka belajar bahwa dibutuhkan kerja keras untuk terus mencapai tujuan mereka.

Namun, kerap dijumpai anak-anak yang mudah menyerah, enggan bersaing lagi setelah kalah, dan ada pula yang tidak bisa menerima kekalahan sehingga melampiaskannya dengan cara negatif. 

Oleh karena itu, penting untuk memahami apa yang membuat anak menjadi kompetitif, bagaimana mendorong persaingan yang sehat, dan bagaimana mengelola anak yang sangat kompetitf (overly-competitive) .

Tanda-tanda Anak Anda Mungkin Over-Kompetitif

Tidak sulit untuk melihat anak-anak yang sangat kompetitif, berikut beberapa petunjuknya:

  • Mereka cenderung kritis secara negatif tentang diri mereka sendiri.
  • Anak Anda pamer tentang diri mereka sendiri saat mereka punya kesempatan untuk melakukannya.
  • Menganggap curang untuk menang bukan sebagai hal yang buruk.
  • Anak tidak memiliki rasa hormat terhadap teman atau lawannya dalam kompetisi.
  • Anak berusaha keras untuk menjadi yang terbaik.
  • Mereka mengamuk, membalas, atau merengek ketika mereka tidak menang.

Yang Sebaiknya Dilakukan

1. Fokus pada hal positif 

Tunjukkan cinta dan dukungan tanpa syarat kepada anak Anda ketika mereka kalah. Ini akan membantu mereka kalah dengan positif. Ajari mereka bahwa berusaha dan mencoba lebih penting daripada sekadar menang. 

2. Contohkan bagaimana menang atau kalah yang positif 

Jadilah contoh dan tunjukkan kepada mereka bagaimana mengendalikan emosi mereka – saat kalah ataupun menang. Puji usaha anak Anda dan bantu mereka memahami pentingnya menghormati peserta lain dan juga menghargai usaha kompetitornya. Menang dengan rendah hati dan kalah dengan sportif adalah kunci. 

3. Carilah kesempatan untuk mengajar 

Gunakan hal-hal yang dapat mereka amati di dunia sekitar untuk membuat mereka melihat kerugian menjadi over-kompetitif. Bantu mereka untuk memahami bahwa tidak layak merusak hubungan pribadi atau melukai hanya untuk menjadi pemenang.

4. Ajari anak Anda fokus yang tepat untuk kompetisi 

Puji upaya mereka, bukan hasilnya. Bantu mereka menghubungkan kesuksesan mereka dengan usaha untuk melakukan yang terbaik secara personal. 

5. Biarkan anak Anda menjalani kehidupan mereka sendiri 

Biarkan mereka memilih kegiatan apa yang ingin mereka kejar dan pada tingkat apa mereka ingin bersaing. Kemudian mereka bisa bangga dengan keberhasilan diri sendiri dan belajar dari kekalahannya.

overly competitive

 

Yang Perlu Dihindari

  1. Jangan mengukur kesuksesan pengasuhan Anda dengan apa yang dicapai anak 

Parents mungkin tergoda untuk memaksakan ide sendiri pada anak dan menganggap keberhasilan anak sebagai tolok ukur kesuksesan pola asuh. Tetapi ini bukanlah hal yang bijak, dan berpeluang mengganggu kesehatan mental anak-anak

2. Jangan biarkan persetujuan Anda bergantung pada kesuksesan mereka 

Jangan pernah membuat anak Anda merasa bahwa kasih sayang orang tuanya bergantung pada bagaimana mereka jadi lebih baik dari orang lain. Membebani anak dengan tuntutan semacam ini dapat menyebabkan mereka menghindar dari aktivitas apapun yang mereka pikir akan membahayakan posisinya.

3. Jangan mendorong untuk menyombongkan diri 

Berhati-hatilah dalam berbicara tentang prestasi anak atau pencapaian Anda sendiri. Jika mereka mendengar Anda membual tentang mengalahkan orang lain, mereka mungkin belajar untuk meniru itu. Ajari mereka untuk bangga dengan pencapaian mereka, tetapi tidak perlu menertawakan orang lain.

4. Jangan mendorong persaingan 

Ini mungkin seperti hal yang remeh, tetapi membujuk anak-anak Anda ke dalam perlombaan dengan saudaranya — untuk membersihkan mainan misalnya, akan mendorong persaingan. Sebaliknya, pujilah pencapaian anak Anda – pujilah mereka untuk sesuatu yang spesifik – tanpa mengadu domba mereka dengan orang lain apalagi dengan saudaranya.

Menjadi terlalu kompetitif dapat menyebabkan anak Anda melihat semua orang sebagai ancaman dan hambatan untuk tujuan mereka. Mungkin juga membuat mereka berpikir bahwa satu kegagalan saja bisa membuat mereka tidak akan pernah sukses dalam hidup mereka. Ini bukan pandangan yang sehat. Jadi, jelaskan kepada mereka – persaingan bukanlah segalanya dan kekalahan bukanlah akhir dari dunia. 

 

Baca Juga:

  1. Mental Anak Kuat dengan Kompetisi Sehat
  2.  Atasi Iri Hati yang “Menjangkiti” Anak
Bagaimana Menurut Anda?
+1
15
+1
3
+1
1
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket