Jika dulu ada orang bertanya apa yang paling aku takutkan, maka jawabannya bisa beragam. Mulai dari takut hewan A, B, C, D, takut ketinggian, takut naik sepeda, takut dimarahi Ayah, takut tidak lulus ujian dan lain sebagainya. Tapi sekarang setelah aku dewasa dan hampir memiliki anak, jawabanku hanya satu. Ya, aku takut menjadi seorang Ibu.
Entah mengapa nyali ku menjadi ciut saat memikirkannya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda merasakan hal yang sama?
Lalu, apa yang kau takutkan Bu? Bukankah menjadi Ibu berarti menjadi seseorang yang Berani?
Iya berani, tapi keberanian ini seakan luntur saat mendengar teman-teman lain bercerita tentang pengalaman melahirkan yang “katanya” terasa begitu menyakitkan.
Keberanian juga luntur saat mendengar teman-teman “kewalahan” merawat buah hati, di tengah kesibukan menjadi seorang Ibu yang bekerja.
Keberanian ini bahkan luntur saat mendengar teman-teman memiliki “masalah” dengan mertua dan suami.
Tapi,
Tahukah engkau, Bu? Bahwa menjadi berani bukan berarti tidak memiliki rasa takut.
Tahukah engkau, Bu? Bahwa menjadi berani juga bukan berarti berpura-pura tidak memiliki rasa takut.
Dan tahukah engkau, Bu? Bahwa menjadi berani bukan berarti lebih kuat daripada Ibu-Ibu yang lain?
Ingat!
Menjadi berani berarti masih merasa takut, tapi tetap melakukan apa yang sudah dimulai.
Menjadi berani berarti tetap melakukan tes kehamilan, meskipun merasa takut jika hasilnya NEGATIF.
Menjadi berani berarti tetap menantikan kabar bahwa engkau bisa mengadopsi anak, meskipun engkau takut tidak bisa merawatnya sebaik Ibu kandungnya.
Menjadi berani berarti tetap melihat dengan bangga perubahan bentuk badan saat hamil, meskipun takut merasa jelek.
Menjadi berani berarti bersikap sabar merasa sakit dan tidak nyaman selama 9 bulan, meskipun seringkali engkau menangis, mengeluh, marah-marah, tapi kau tetap berani.
Menjadi berani juga berarti tetap bertahan meskipun rasa sakit saat persalinan membuatmu berteriak, menangis, dan minta tolong.
Menjadi berani juga berarti sendirian membawa buah hati check up pertama kali ke dokter, sendirian memandikan buah hati tanpa pertolongan ibu atau mertua, dan berada di rumah sendirian dengan buah hati, meskipun engkau takut terjadi sesuatu, tapi kau tetap melakukannya.
Menjadi berani berarti memutuskan untuk berhenti kerja dan memilih merawat buah hati, meskipun engkau takut berhadapan dengan atasan.
Menjadi berani juga berarti tidak menghiraukan suara-suara sumbang dari tetangga tentang gaya Parenting yang engkau terapkan, meskipun engkau takut bahwa apa yang dibicarakan tetangga itu bisa jadi benar.
Menjadi berani juga berarti berusaha melepaskan genggaman buah hati saat Ia pertama kali belajar berjalan, meskipun engkau takut Ia terjatuh.
Menjadi berani berarti merasa siap mengantarnya sekolah pertama kali, dan pulang tanpanya.
Menjadi berani berarti mendengarkan dengan baik rencananya pergi melihat dunia, meskipun engkau takut Ia tidak akan kembali lagi ke pelukanmu.
Menjadi berani berarti melihatnya hidup bersama seseorang, meskipun orang tersebut tidak kau sukai.
Menjadi berani berarti merasa bahagia melihatnya menjadi seorang Ayah dan Ibu, meskipun engkau merasa takut jika Ia melakukan kesalahan yang sama sepertimu dulu.
Dan suatu saat Bu, kau akan melihat kembali kebelakang dan menyadari bahwa engkau telah berhasil merawat buah hatimu!
Untuk semua hal yang selama ini kau takutkan dan kau anggap mustahil terjadi, ternyata sudah kau selesaikan dengan baik.
Setiap hari kau akan terbangun dengan sedikit keberanian dibandingkan hari sebelumnya, Bu. Dan tanpa kau sadari segala hal tentang “menjadi seorang Ibu” semakin kau kuasai.
Jadi, apa yang kau takutkan Bu? Menjadi Ibu adalah menjadi berani, dan kau sudah sangat berani melakukannya!
Artikel Terkait:
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini