Selama pandemi ini anak kita seringkali menggunakan headphone selama di rumah? Mungkin selama proses belajar di rumah, video call dengan teman atau hanya sekedar menonton film dan mendengarkan musik favoritnya?
Menggunakan headphone untuk aktivitas belajar online memang membuat anak merasa nyaman karena anak lebih fokus untuk belajar. Namun, terlalu lama menggunakan headphone dengan volume yang keras akan mengganggu pendengaran anak loh, Parents!
Benarkah Gangguan Pendengaran Anak Bisa Disebabkan oleh Headphone?
Meskipun belum banyak yang meneliti bahwa gangguan pendengaran anak paling utama disebabkan karena headphone, namun satu studi di Belanda memberikan fakta yang mengarah demikian.
Dalam suatu penelitian di Belanda pada anak berusia 9-11 tahun, 14% anak mengalami gangguan pendengaran dan sekitar 40% dilaporkan sering menggunakan headphone. Penelitian ini tentunya membutuhkan lebih banyak waktu untuk menjawab apakah headphone memang memiliki kontribusi utama dalam gangguan pendengaran anak.
Bagaimana Parents Tahu Anak Mengalami Gangguan Pendengaran?
Pada orang dewasa, gangguan pendengaran diawali dengan gejala kesulitan mendengar bunyi bernada tinggi. Saat pendengaran kita terganggu, bunyi akan terdengar tidak jelas, terdengar berdengung (tinnitus), hingga telinga yang terasa tersumbat.
Namun tidak demikian dengan anak-anak. Anak-anak tidak bisa menjelaskan semua gejala-gejala tersebut. Sebagai gantinya, mereka umunya menggunakan istilah seperti “angin yang bertiup di telinga”, “suara lebah berdengung”, hingga “suara seperti peluit” saat mereka mengalami gangguan pendengaran. Gejala-gejala inilah yang perlu diperhatikan orang tua.
Apa yang Perlu Dilakukan Parents?
- Batasi Volume Suara
Hal pertama yang perlu dilakukan Parents adalah membatasi volume suara yang didengarkan anak-anak, misalnya saja suara musik, film atau video. Aplikasi seperti pengukur suara dapat membantu untuk memahami volume di berbagai lingkungan dan aktivitas. Sehingga orang tua bisa memahami batasan volume suara dari tiap perangkat yang boleh didengar anak-anak.
Perhatikan juga suara yang dihasilkan oleh headphone anak. Perlu dipahami bahwa setiap headphone memiliki kualitas suara yang berbeda-beda. Untuk itu, sebelum anak menggunakan headphone, orang tua perlu :
- Mencoba headphone terlebih dahulu untuk mengetahui seberapa keras suara yang dihasilkan.
- Periksa apakah anak masih mendengar suara kita dengan nada normal dengan jarak 1 lengan saat mereka mendengarkan suara lain melalui headphone. Jika anak masih mendengar kita, maka suara yang dihasilkan headphone tersebut masih aman bagi anak.
2. Atur Durasi
Mengatur lamanya anak mendengar suara juga mampu menghindarkan anak dari gangguan pendengaran. Menurut aturan, kita boleh mendengarkan suara sebesar 85dB (decibels) selama 8 jam dalam satu hari, atau setara dengan suara truk sampah selama 8 jam. Namun jika suara yang didengarkan meningkat menjadi 88dB, maka lamanya mendengarkan suara tersebut hanya 4 jam.
Itulah mengapa orang tua wajib mengatur lamanya suara-suara keras yang didengar oleh anak. Ingat, suara keras tersebut bukan hanya dihasilkan saat anak menggunakan headphone, namun juga bisa didengar anak di lingkungan sekitar.
Orang tua perlu konsisten dalam menerapkan aturan ini. Pemberian contoh bagi anak sangat diperlukan agar anak juga menjaga kesehatan organ pendengarannya dengan tidak terlalu lama mendengar suara yang keras.
Baca juga:
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini