Dikit-dikit nangis, lari ke tempat sepi menjauh dari teman-teman. Kata orang anakku terlalu cengeng. Duh,gimana ya biar nggak gitu terus?
Kira-kira inilah perasaan Ibu-Ibu yang memiliki anak sering menangis dan terkesan cengeng. Banyak orang tua yang merasa khawatir saat melihat anaknya terlalu sensitif. Tak hanya khawatir orang tua pun merasa cemas menghadapi anak-anak yang terlalu sensitif ini.
Namun, ada sisi lain, ternyata anak yang terlalu sensitif cenderung welas asih, lembut dan kreatif. Hal ini disampaikan oleh Linda Dunlap, Ph.D, seorang profesor psikologi Marist College, New York. Menurutnya, anak-anak yang terlalu sensitif ini hanya membutuhkan bimbingan dari kedua orang tua untuk membantu mengelola emosinya.
Perasaan yang terlalu sensitif sebenarnya bukanlah gangguan mental, melainkan hanya tipe temperamen yang dimiliki oleh seseorang termasuk anak-anak. Setidaknya ada sekitar 20% dari populasi manusia yang memiliki tipe temperamen ini.
Kenapa sih Anak yang Terlalu Sensitif Sering Menangis?
Ya, anak dengan perasaan sangat sensitif memang sering kali menangis Parents. Hal ini karena, anak-anak, terlebih di usia pra sekolah belum mampu mengekspresikan perasaannya dengan kata-kata. Akhirnya hanya air mata saja yang bisa keluar.
Apa Saja Ciri- Ciri Anak Terlalu Sensitif?
Psikolog Elaine Aron dalam bukunya “The Highly Sensitive Child” mengungkapkan bahwa setidaknya ada 5 ciri-ciri anak sensitif:
1. Anak-Anak Mengambil Lebih Banyak Informasi dari Lingkungannya
Anak-anak yang terlalu sensitif mampu mendengar suara samar-samar dari orang lain, mendeteksi aroma halus, mampu melihat detail gambar bangunan yang tidak mampu dilihat anak lain. Tak hanya itu, anak yang terlalu sensitif bisa saja tidak tahan menggunakan jenis kain tertentu.
2. Anak-anak yang Lebih Teliti
Kebanyakan anak yang terlalu sensitif mampu memproses informasi lebih teliti. Inilah yang menyebabkan mereka memiliki reaksi yang berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain mungkin tidak mampu memahami informasi dengan teliti, sehingga mereka hanya bereaksi biasa-biasa saja.
3. Memiliki Empati yang Tajam
Anak-anak yang terlalu sensitif memiliki perasaan dan empati yang tajam. Mereka mampu memahami emosi orang-orang di sekitar mereka.
4. Mudah Lelah
Anak-anak yang terlalu sensitif ternyata mudah lelah daripada anak-anak lain. Sehingga mereka membutuhkan waktu lebih banyak untuk istirahat.
5. Rentan Terhadap Tantrum dan Patah Hati
Ya, karena perasaan yang cenderung lembut, anak-anak yang terlalu sensitif ini mudah sekali tantrum atau marah-marah. Mereka juga sering kali patah hati. Biasanya dipicu oleh banyaknya informasi yang didapat.
Apa Yang Harus Parents Lakukan?
1. Jangan Langsung Bertindak Saat Anak Menangis
Pernahkah Parents melihat anak menangis atau hampir menangis? Kebanyakan reaksi kita adalah langsung menghampiri anak sebelum menangis dan segera menyelesaikan masalah mereka. Ada juga Parents yang justru menenangkan anak yang menangis dengan mengatakan, “Sudah dek, jangan menangis terus.”
Baca Juga :
- Memahami Situasi yang Menyebabkan Anak Diam-Diam Menangis
- Tips untuk Ayah: Menenangkan Bayi Menangis
Sebaiknya hindari melakukan hal tersebut pada anak yang terlalu sensitif. Anak-anak yang terlalu sensitif sangat mudah membaca emosi dari orang sekitar. Nah, saat Anda berusaha menenangkannya, anak memahami bahwa Anda sedang tegang dan bahwa tangisannya adalah masalah besar. Hal ini pun justru membuat anak semakin menangis.
Alih-alih langsung menghampiri anak saat menangis atau hampir menangis, alihkan emosi anak dengan gurauan atau humor. Humor yang Anda buat akan membuat anak merasa tenang. Anda juga bisa mengajak anak untuk menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Cara seperti ini cukup berhasil untuk menenangkan anak.
2. Alihkan Perhatian dengan Berhitung
Jika Anda memiliki anak yang sensitif, Anda harus pandai-pandai mengalihkan perhatian anak. Cara lain untuk membendung air mata anak-anak dengan perasaan sensitif adalah dengan mengajak anak untuk menghitung angka 1-10 dengan suara yang lantang.
Cara ini dipercaya mampu membuat anak lebih tenang. Bahkan sebelum anak mencapai hitungan ke 10 anak sudah mampu tersenyum kembali. Hal ini bahkan disarankan oleh Dr. Dunlap. Menurutnya anak usia 3-4 tahun masih membutuhkan konsentrasi dan fokus tinggi untuk menghitung. Sehingga dengan metode ini, emosi anak akan teralihkan.
3. Bujuk Anak Parents
Jangan sampai kehabisan ide untuk menenangkan anak yang terlalu sensitif ya,Parents. Cara lain untuk menghadapi anak yang terlalu sensitif adalah dengan membujuknya. Saat anak merasa sedih, usahakan untuk membujuk anak dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Jangan lupa untuk bertanya “Apa yang bisa Ibu atau Ayah lakukan untukmu agar kamu tidak sedih lagi?” jika anak bahkan tidak punya ide, Anda bisa mengingatkan anak tentang hal yang membuatnya senang. Misalnya mengundang teman dekat main ke rumah, membaca buku cerita atau aktivitas lainnya.
Apakah Perasaan Terlalu Sensitif Akan Dibawa Hingga Dewasa?
Salah satu hal yang membuat orang tua khawatir tentang anak-anak yang memiliki perasaan terlalu sensitif adalah pertanyaan “apakah sikap ini akan dibawa hingga dewasa?”
Perasaan terlalu sensitif ini sebenarnya tidak akan dibawa sepenuhnya hingga dewasa. Saat anak mulai dewasa, emosi yang dimiliki akan semakin matang, sehingga anak yang terlalu sensitif tidak lagi selalu cengeng atau menangis.
Tak hanya itu, saat anak memasuki usia 6-7 tahun, anak mulai sadar bahwa teman-teman akan lebih senang bermain dengan anak yang tidak banyak menangis. Inilah yang akan mengubah anak dengan sendirinya.
Dr. Dunlap bahkan memiliki pengalaman dengan anaknya yang berumur 10 tahun. Menurutnya walaupun anaknya tersebut masih cukup sensitif, namun Ia tidak pernah lagi menangis atau cengeng di tempat umum. Sebaliknya, perasaan yang sensitifnya tersebut disalurkan saat anak Dr. Dunlap sedang memainkan biola.
Nah, bagi Anda yang memiliki anak terlalu sensitif di usianya yang cukup dini tak perlu khawatir lagi. Anak-anak dengan perasaan yang sensitif justru memiliki sisi positif yang seharusnya bisa membuat orangtua lebih lega,bukan?
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini