Sekolah Terlalu Dini, Anak Bisa Stres?

01 Mei 2020

Siapa yang masih bingung kira-kira berapa usia ideal anak masuk TK atau PAUD? Apakah Parents sudah menyekolahkan anak sejak usia 3 tahun? Atau bahkan lebih muda ? Bagaimana dengan reaksi anak?

Beberapa anak mungkin tidak menunjukkan reaksi tertentu. Beberapa yang lain bisa saja menunjukkan reaksi tertentu. Misalnya sering ngompol walaupun sudah tidak pernah ngompol selama jangka waktu yang cukup lama, sulit tidur di malam hari, dan lebih “nempel” pada orang tua. Sebenarnya ini adalah “alarm” yang harus diwaspadai oleh orang tua. 

Apa sih sebenarnya yang terjadi? Yuk, simak lebih lengkap di sini!

Telah banyak studi yang menemukan fakta bahwa, anak-anak yang berusia terlalu dini bisa saja stres. Beberapa stres tersebut disebabkan karena anak berada di lingkungan asing. Misalnya, penitipan anak ( daycare) atau setingkat TK dan playgroup (PAUD). 

Studi dari Norwegian University of Science, menemukan fakta bahwa anak-anak yang berada di daycare memiliki hormon kortisol lebih tinggi sekitar 25% di pagi hari. Sedangkan saat mereka kembali ke rumah di sore hari, hormon tersebut menurun.

Hormon kortisol juga disebut “hormon stres”. Semakin banyak hormon ini diproduksi oleh tubuh. Maka semakin tinggi stres seseorang. Menurut penelitian tersebut, anak-anak yang berada di lingkungan asing lebih dari 8 jam, mengalami lebih banyak stres.

Kenapa bisa stress?

Banyak diantara orang tua yang bertanya, kenapa anak bisa stres? Padahal di sekolah anak bertemu dengan teman sebayanya. Anak bahkan bisa bermain-main dengan teman-temannya.

Prof May Britt Drugli dari Norwegian University of Science menjelaskan alasan dibaliknya. Menurut Prof. Drugli, anak-anak yang masih sangat kecil belum memiliki kemampuan bahasa dan kemampuan bersosialisasi dengan banyak orang, termasuk dengan teman-teman sebayanya. Ia menegaskan, hal inilah yang menyebabkan mereka stres, karena mereka merindukan orang tua.

Anak yang berusia dini, misalnya usia 3 tahun akan sulit membangun kelekatan dengan teman-teman sebayanya. Hal ini karena perkembangan sosial, emosi dan bahasa anak tersebut dan teman-teman sebayanya belum ‘mumpuni’. Sehingga anak merasa kurang nyaman dan aman.  

Tahapan bermain anak berusia dini yaitu “parallel play” (bermain sendiri namun di sebelahnya ada anak lain) dan belum masuk ke tahap bermain “cooperative play” (bermain bersama teman). Sehingga anak bisa saja mengalami kesulitan saat bermain dengan teman sebayanya, terutama terkait dengan emosi mereka. 

Apa Saja Sih Ciri Anak yang Mengalami Stress di Usia Dini? 

Anak yang mengalami stres memiliki perilaku yang berubah diluar kebiasaan. Misalnya anak mengompol, perubahan pola tidur, mimpi buruk, mengisap jempol, dan memutar-mutar rambut. Selain itu, anak yang mengalami stres juga bisa menunjukkan gejala fisik, seperti sakit perut dan sakit kepala.

Perubahan pun bisa terjadi saat anak berada di sekolah. Misalnya anak jadi menyendiri dan tidak mau bermain dengan teman-teman sebaya. Beberapa anak lain juga menjadi sulit berkonsentrasi dan tidak mampu menyelesaikan tugas sekolah atau perintah guru dengan baik.

atasi stres anak karena sekolah

Bagaimana Mengatasinya?

  • Pilih Waktu Yang Tepat Anak Bersekolah

Pemilihan waktu yang tepat untuk memasukkan anak ke sekolah formal sangat penting. Sebaiknya Parents melihat kesiapan anak masuk sekolah. Kesiapan anak untuk masuk ke sekolah formal bukan hanya dilihat dari usia anak. Namun yang lebih penting adalah perkembangan sosial emosional anak. Termasuk kemampuannya dalam berbahasa.

  • Observasi Respon Anak Pada Lingkungan Baru

Sebaiknya, orangtua mulai mengobservasi respon anak pada lingkungan baru. Caranya dengan menanyakan pada anak tentang lingkungan barunya. Misalnya, “Tadi adek main apa ya di TK? Mama mau tau dong?” Saat anak merespon pertanyaan tersebut dengan menceritakan secara positif. Maka anak boleh dikatakan sudah siap berada dilingkungan yang baru.

Baca Juga :

  1. Bimba atau TK?
  2. Sekolah Untuk Bayi: Ya atau Tidak?
  • Kurangi Waktu Sekolah atau Penitipan Anak

Jika anak masih menunjukkan gejala stres selama 3 minggu. Sebaiknya Parents mengurangi waktu sekolahnya atau mengurangi waktu anak di penitipan anak. Beberapa anak memang membutuhkan waktu yang berbeda untuk berada di lingkungan baru.

Cobalah untuk memasukkan anak di TK atau PAUD pada hari-hari tertentu saja. Selebihnya, biarkan anak berada di rumah dekat dengan orangtua atau anggota keluarga lain yang memang sudah terbiasa dengan anak.

  • Percayalah Pada Intuisi Orangtua

Sebaiknya mulai percaya pada intuisi Anda. Jika Parents mulai melihat anak mengalami perubahan perilaku ke arah yang cenderung negatif dan Parents merasa ia tertekan atau tidak nyaman setelah jangka waktu tertentu masuk TK atau PAUD, sebaiknya anda pikirkan kembali keputusan untuk menempatkan anak di lingkungan baru.  

  • Beri Lebih Banyak Pelukan dan Ciuman Pada Anak

Pelukan dan ciuman pada anak bisa membantu anak mengurangi stres dan membantu anak menghadapi hari-harinya. Sebaiknya sering-sering lah memeluk anak dan menciumnya. Hal ini juga bermanfaat untuk membuat anak rileks dan tenang.

Jadi, kapan anak mulai siap sekolah?

Usia 3 hingga 5 dianggap sebagai usia prasekolah. Namun bukan berarti setiap anak usia 3 tahun sudah siap untuk bersekolah. Lebih baik menunggu sampai mereka berusia 4 tahun atau lebih untuk bersekolah dan lebih baik jika sekolah yang dipilih adalah play based learning (belajar lewat bermain). Anak-anak juga perlu untuk belajar beberapa hal sebagai persiapan masuk sekolah. Pendidikan usia dini atau pra-sekolah memang kini dianggap sebagai tonggak perkembangan, bukan berarti perlu dilakukan berdasarkan usia .Usia hanyalah salah satu dari banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh orang tua saat memutuskan apakah dan kapan seorang anak siap untuk sekolah.

Setiap anak memang memiliki kesiapan yang berbeda dalam menghadapi lingkungan yang baru. Termasuk kesiapannya untuk masuk TK, KB atau penitipan anak. Sebaiknya gunakan waktu Parents untuk mengobservasi kesiapan anak. Usahakan tidak memasukkan anak di sekolah hanya karena ikut-ikutan orang lain atau sekadar trend. Ingat, kesehatan mental anak sama pentingnya dengan kesehatan fisiknya.

 

Bagaimana Menurut Anda?
+1
10
+1
1
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket