Semuanya baik-baik saja, anak kita ceria, bermain dan tertawa, sampai kita memberi tahu si kecil kalau ini sudah saatnya tidur. Dan ia berubah menjadi penuh kemarahan, berteriak dan menangis. Jika ini terjadi setiap malam, perjuangan sehari-hari ini bisa membuat kita lelah, jengkel dan trauma, anak pun akan merasakan hal yang sama.
Jadi, apa yang harus dilakukan orang tua? Dan apa yang menyebabkan perubahan perilaku ini? (Dan, mungkin yang paling penting, haruskah Anda mengkhawatirkan anak Anda?)
Mengapa anak saya berteriak pada waktu tidur?
Sebagai orang tua, sepertinya setiap hari anak Anda melakukan hal-hal baru dan berkembang dari bayi menjadi balita. Bagian dari perkembangan ini mungkin termasuk perubahan kebutuhan, pola, dan preferensi tidur mereka.
Tidur adalah bagian penting dari perkembangan, karena memberikan otak cara untuk memproses informasi baru. Penelitian telah menunjukkan bahwa tidur yang berkualitas dapat membantu perkembangan kognitif dan emosional. Maka, penting untuk mencari tahu apa penyebab tantrum balita kita.
1. Sakit
Tiba-tiba menangis atau berteriak sebelum tidur dapat disebabkan oleh penyakit, seperti pilek, gigi tumbuh, atau demam.
Jika balita Anda hanya merasa tidak enak badan, mereka mungkin tidak ingin sendirian.
Namun, jika ini adalah penyakit, umumnya (mudah-mudahan) akan berlalu dengan cepat, dan Anda tidak perlu khawatir tentang masalah tantrum sebelum tidur. Jika ada masalah kesehatan yang berkelanjutan, sebaiknya periksakan dengan dokter anak Anda.
2. Merasa terlalu dingin, panas, atau gatal
Perasaan tidak nyaman akan membuat anak menolak tidur. Pastikan kamar tidur mereka tetap sejuk , tidak lembab , tidak ada serangga seperti kutu di kasur, nyamuk, atau bulu hewan (jika anak punya alergi) di kamar tidur dan kasur.
Pertimbangakan juga baju tidur mereka. Beberapa anak lebih suka memakai baju tanpa lengan atau kaos dan celana pendek saat tidur, sedangkan di yang lain lebih suka tidur dengan celana panjang dengan selimut.
3. Kecemasan akan perpisahan (separation anxiety)
Umum bagi anak-anak untuk melewati fase kecemasan perpisahan di mana mereka takut berpisah dari orang dewasa yang dipercaya dan terutama orang tua mereka. Kecemasan ini dapat menyebabkan tantrum pada waktu tidur.
Pertimbangkan cara untuk meyakinkan si kecil bahwa saat Anda mungkin akan meninggalkan ruangan, tidak berarti akan meninggalkannya. Beberapa balita merespons dengan baik metode sleep training dimana orang tua tidur dekat mereka atau mengecek secara berkala keadaan balitanya.
Orang tua bisa juga memberi balita Anda selimut atau barang khusus yang membuat mereka merasa terhubung dengan Anda bahkan ketika Anda tidak berada di sana secara fisik.
4. Baru belajar mandiri
Saat anak Anda menjadi lebih percaya diri dengan kemampuan mereka dan ingin menjelajahi dunia, Anda mungkin akan melihat bahwa mereka lebih tegas dan ngotot tentang apa yang mereka inginkan. Ini menjelaskan kenapa mereka enggan diminta untuk tidur terjadwal.
Kepribadian balita Anda juga menjadi faktor. Beberapa anak lebih sensitif atau reaktif terhadap perubahan atau tantangan. Mengenali preferensi si kecil dapat membantu Anda mengatasi hambatan tidur.
Cobalah memberi pilihan ke dalam rutinitas sebelum tidur untuk memberi anak rasa mandiri. Opsi seperti, “Apa kakak ingin membaca buku ini atau buku ini?” atau
“Adek ingin memakai piyama biru atau kaos merah?”, hal ini dapat membantu menciptakan rasa mandiri dan merdeka.
5. “Aku nggak capek”
Berapa banyak dari Anda yang kerap mendengar alasan ini dari si kecil saat diminta tidur ?
Seiring bertambahnya usia anak, mereka mungkin membutuhkan lebih sedikit tidur daripada saat mereka masih bayi. Di sisi lain, jika anak Anda melewatkan tidur siang atau Anda “menghilangkan” jam tidur siangnya, Anda mungkin merasa perlu untuk menidurkan si kecil lebih awal di malam hari untuk memastikan mereka cukup tidur.
Rata-rata kebutuhan tidur yang direkomendasikan berdasarkan usia dalam periode 24 jam adalah sebagai berikut:
- Di bawah 1 tahun: 12–15 jam tidur
- Usia 1–2 tahun: 11–14 jam tidur
- Usia 3-5 tahun: 10–13 jam tidur
Jika Anda mencari informasi lebih lanjut tentang jumlah tidur yang tepat untuk si kecil, lihat artikel ini, dan jangan ragu untuk berbicara dengan psikolog atau dokter anak Anda.
Yang harus dihindari saat memulai rutinitas waktu tidur balita
Kesalahan 1: Mendadak mengubah rutinitas
Inti dari rutinitas adalah bahwa hal itu harus konsisten. Jika Anda terlalu banyak mencoba-coba untuk membuat rutinitas waktu tidur anak, ia akan semakin sulit beradaptasi dan merasa tidak ada jadwal yang pasti.
Kesalahan 2: Mengabaikan isyarat anak Anda
Sebagian besar orang tua berusaha menetapkan rutinitas yang sesuai dengan jadwal orang dewasa, tetapi jika ini yang Anda lakukan, saat anak mengantuk lebih awal atau belum jadwalnya tidur, dan Anda tidak merespon, tantrum akan timbul.
Kesalahan 3: Membuat rutinitas Anda terlalu lama
Hanya Anda yang bisa menentukan berapa lama rutinitas sebelum anak tidur. Hal-hal seperti mandi sebelum tidur atau minum susu, gosok gigi, cuci kaki hingga ganti baju, memang biasa. Tetapi jika rutinitas Anda berlangsung lebih dari satu jam, Anda dan anak akan lebih sulit melakukannya secara teratur, karena bisa saja anak sudah mengantuk lebih dulu.
Saran-saran dari kami ini mungkin tidak langsung berhasil, tetapi jaga komitmen Anda tetap kuat. Jika masalah tidur si kecil tampaknya terlalu besar untuk dipecahkan, silakan konsultasikan dengan psikolog perkembangan anak di Tanya Ahli School of Parenting.
Tag: anak, bed time, sulit tidur, tantrum
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini