Kita semua tentu tahu bahwa menjadi orangtua bukanlah hal yang mudah. Kita bertanggung jawab atas pola asuh yang kita terapkan pada anak-anak. Ketika anak-anak melakukan kesalahan, tak jarang kita sebagai orang tua merasa telah salah mendidik anak. Lalu, apakah kondisi ini membuat kita menjadi orang tua yang buruk?
Dikutip dari webmd.boots.com, setidaknya ada 10 dilema yang dialami oleh orangtua. Dr. Rob Hick dokter kesehatan keluarga dari Inggris memberikan solusi atas dilema yang dialami oleh para orangtua.
Apakah Saya Orang Tua yang Buruk?
- Apakah Saya Orang Tua yang Buruk? Saya Sering Berteriak Kepada Anak
Setiap orangtua setidaknya pernah berteriak ke anak-anak mereka, entah karena mereka melakukan sesuatu yang berbahaya atau melakukan hal-hal yang membuat Anda terganggu. Anda mungkin akan merasa cara tersebut adalah hal yang wajar. Akan tetapi, cara ini justru tidak bagus untuk perkembangan si kecil dan bisa membuatnya menjadi kontraproduktif.
Bagaimana Solusinya?
Berteriak pada anak memang bukanlah cara yang baik untuk menasihati mereka. Akan tetapi, bukan berarti Anda adalah orang tua yang jahat karena memarahi anak. Asalkan Anda tidak sering memarahi anak dengan berteriak, hal ini masih dimaklumi.
Namun, jika Anda terlalu sering berteriak pada anak, efeknya adalah anak-anak akan berhenti mendengarkan Anda dan kemungkinan besar anak akan meniru kebiasaan Anda. Cara terbaik untuk menahan diri agar tidak berteriak adalah belajar sabar dan pikirkan strategi terbaik lainnya yang mudah dimengerti anak tanpa harus berteriak.
- Apakah Saya Orang Tua yang Buruk? Anak Saya Menjadi Pecandu Smartphone
Sebagai orangtua, Anda mungkin akan merasa frustasi jika melihat anak-anak tidak bisa jauh dari smartphone. Anda akan menyalahkan diri sendiri. Kemudian Anda akan khawatir kelak anak menjadi seseorang yang antisosial. Bagaimana mengatasi hal ini?
Bagaimana Solusinya:
Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. Ketika anak-anak sudah mulai menampakkan gejala kecanduan gadget, alihkan perhatian mereka dengan mengembangkan bakat dan kemampuannya. Batasi penggunaan smartphone dan berikan aturan yang jelas, misalnya tidak ada smartphone pada saat makan (dimanapun, juga saat makan di luar rumah), saat kumpul keluarga , dan waktu-waktu yang bisa kita sepakati sebelumnya dengan anak.
- Apakah Saya Orang Tua yang Buruk? Anak Saya Lebih Suka Junk Food
Setiap orangtua pasti ingin memberikan makanan sehat untuk anak-anak mereka. Bagaimana bila anak-anak terlanjur suka makanan junk food seperti burger, pizza, coklat, dan lain sebagainya? Pada awalnya, Anda memilihkan junk food untuk anak karena praktis. Anda tidak akan menyangka bahwa anak malah akan kecanduan makanan cepat saji. Bagaimanapun, junk food adalah makanan yang tidak sehat dan akan menjadi masalah jika dikonsumsi secara rutin.
Bagaimana Solusinya?
Tak perlu merasa anda adalah orangtua yang buruk karena memberikan junk food. Alasan anak-anak suka junk food adalah karena lezat. Padahal, banyak juga makanan sehat lainnya yang juga lezat. Untuk mengatasi masalah ini, jangan langsung menghentikan kebiasaannya mengonsumsi makanan cepat saji. Perlahan-lahan, kenalkan pada anak-anak jenis makanan sehat. Menurut penelitian, setidaknya Anda harus menawarkan 10 kali makanan pada anak sebelum ia benar-benar menyukainya. Jadi, Anda harus lebih sabar. Bisa juga dengan mengedukasi mereka bahwa junk food tidak seharusnya dimakan tiap hari karena ada efek-efek kesehatan.
- Apakah Saya Orangtua yang Buruk? Anak Saya Sangat Kasar
Bagaimana jika Anda mendapati anak Anda berperilaku kasar? Apakah Anda akan memarahinya lalu menyalahkan diri sendiri? Perilaku anak seringkali meniru orang tuanya. Anak yang tumbuh menjadi pribadi yang kasar mungkin juga meniru dari orang-orang di sekitarnya. Sebelum perilaku anak terlanjur mendarah daging, Anda harus menemukan solusi untuk mengubah perilaku anak.
Bagaimana Solusinya?
Misalnya, anak memaki, jelaskan pada anak bahwa Anda tidak menyukai cara yang bicara seperti itu. Cara Anda untuk memberi penjelasan pada anak pun harus diperhatikan. Jangan berteriak atau memarahinya di depan umum. Jelaskan dengan perlahan dan dengan kepala dingin. Pastikan juga tidak menggunakan kekerasan fisik seperti memukul atau menampar.
- Apakah Saya Orangtua yang Jahat? Saya Terus Memarahi Anak
Tanpa sadar, orangtua sering tidak sabar dan memarahi anak-anak mereka. Sesaat setelah memarahi anak, orang tua kemudian merasa bersalah. Di sisi lain, orang tua takut anaknya akan dendam dan membencinya.
Bagaimana Solusinya?
Tak perlu menyalahkan diri sendiri terus menerus. Bahkan, orangtua paling sabar pun pernah pernah memarahi anak-anak mereka. Cobalah jelaskan pada anak bahwa meskipun Anda telah memarahinya, Anda tetap menyayangi anak Anda. Jangan lupa beritahu letak kesalahannya dan buat anak-anak mengerti.
Jika Anda pernah begitu menyesal karena telah memarahi anak-anak, sebisa mungkin kontrol emosi agar tidak lagi memarahinya. Bagaimanapun, menasihati anak dengan cara memarahinya tidak akan pernah berhasil. Anak tidak benar-benar paham letak kesalahannya. Ia mungkin hanya takut kepada Anda.
- Apakah Saya Orangtua yang Buruk? Saya Sering Tak Punya Waktu Berkualitas
Apakah Anda merasa tidak pernah ada kesempatan untuk sesekali bersama anak Anda? Entah hanya bermain, membaca, atau sekedar berbicara? Selama 24 jam, ada banyak tuntutan kesibukan yang membuat Anda tidak bisa menghabiskan waktu bersama anak. Wajar jika kemudian hubungan kedekatan antara orangtua dan anak menjadi berkurang. Apakah Anda merasa telah menjadi orangtua yang buruk?
Bagaimana Solusinya?
Terkadang, Anda perlu melakukan reboot terhadap pola asuh dan prioritas Anda. Lihatlah bagaimana weekend Anda berlalu selama ini. Apakah Anda ada waktu untuk menemani mereka? Jika Anda terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai-sampai hari minggu pun tak ada waktu untuk anak, ini akan buruk untuk perkembangannya. Setidaknya, luangkan weekend untuk dihabiskan bersama keluarga.
- Apakah Saya orangtua yang buruk? Anak Saya Tidak Menyukai Saya
Ketika anak-anak tumbuh dewasa, mereka mungkin akan lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya daripada Anda. Ini normal. Bukan berarti Anda telah melakukan kesalahan sehingga anak tidak mau bersama Anda, tetapi justru sebaliknya. Anda telah berhasil mendidiknya menjadi anak yang percaya diri dan mandiri.
Bagaimana Solusinya?
Tak perlu terlalu menyalahkan diri sendiri. Berbahagialah karena anak sudah tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri. Ikuti terus perkembangannya. Jangan ragu untuk terus menyayangi mereka. Berapapun usianya, anak-anak tetap membutuhkan kasih sayang Anda.
- Apakah Saya Orangtua yang Buruk? Saya Tidak Tahu Cara Mendisiplinkan Anak
Berapapun usia anak, tugas orangtua adalah mendisiplinkan anak. Akan tetapi, banyak orangtua yang salah dalam melakukan tugas ini. Karena bingung harus dengan cara apa lagi mendisiplinkan anak, orangtua malah memukulnya. Beberapa saat kemudian, timbul rasa bersalah yang menghantui orangtua.
Bagaimana Solusinya?
Jangan pernah memukul anak dengan harapan mendisiplinkan mereka. Hal ini tidak akan berhasil. Memukul anak justru bisa membuat anak meniru kebiasaan buruk Anda. Tak hanya itu, anak-anak juga malah bisa semakin menentang Anda.
Untuk mencoba mendisiplinkan anak, buatlah aturan dan batasan yang jelas. Buat disiplin sesuai usia mereka. Jelaskan dulu perilaku anak yang keliru sebelum menghukum mereka. Buat mereka mengerti kesalahan mereka. Hukuman pun harus dibuat serealistis mungkin. Jangan terlalu membebani mereka dengan hukuman yang Anda berikan.
- Apakah Saya Orangtua yang Buruk? Anak Saya Tidak Mendengarkan Saya
Beberapa orangtua merasa stres karena mendapati anak-anak mereka tidak mau mendengarkan mereka. Apapun yang orangtua katakan, anak-anak seolah tidak dengar apapun. Ini pun membuat Anda frustasi dan merasa gagal jadi orangtua yang baik.
Bagaimana Solusinya?
Tipe anak pemberontak biasanya memang memiliki pendengaran yang selektif. Tipe anak seperti ini memang menguji kesabaran orangtua. Agar anak-anak mau mendengarkan Anda, mulailah dengan memperhatikan nada suara Anda. Kemudian beri pendekatan yang tepat supaya anak mau mendengarkan Anda. Hal ini jauh lebih baik dari memarahi mereka terus menerus.
- Apakah Saya Orangtua yang Buruk? Saya “Menitipkan” Anak ke Pengasuh
Sekarang ini banyak orangtua, baik ayah maupun ibu, yang sama-sama bekerja full time. Hal ini dilakukan dengan berbagai alasan, mulai dari mencukupi ekonomi keluarga hingga masalah pilihan hidup. Tidak mudah memang meninggalkan anak di rumah. Meski ada pengasuh atau kakek neneknya, orangtua kadang khawatir dan merasa bersalah karena meninggalkan anak-anak mereka. Belum lagi bila lantas ada masalah perbedaan gaya parenting dengan “si mbak” atau kakek-neneknya.
Bagaimana Solusi?
Tak perlu terlalu merasa bersalah. Ingat-ingat lagi apa tujuan Anda hingga memutuskan untuk bekerja. Semua yang Anda lakukan adalah yang terbaik untuk anak. Untuk perbedaan pola asuh, bisa dicari solusi dan titik temu terbaik agar tidak menjadi masalah di karakter anak kelak, juga tidak menyinggung baik pengasuh maupun kakek-nenek yang ikut menjaga anak.
- Apakah Anda Orangtua yang Buruk?
Jelas tidak. Terkadang, kita mungkin meragukan kemampuan kita. Akan tetapi, kita selalu bisa melewati setiap fase pertumbuhan anak. Di dunia ini, tidak ada yang namanya orangtua sempurna. Orangtua yang baik adalah mereka yang terus mencintai anak mereka, yang selalu belajar memberikan yang terbaik, dan mencoba terus ada untuk mereka.
Terus bersemangat ya, Parents!
Baca Juga:
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini