Masih ingatkah Parents dengan pernikahan sepasang anak usia 13 dan 15 tahun di Tapin, Kalimantan Selatan? Atau pernikahan seorang siswi SD usia 12 tahun dengan seorang remaja usia 21 tahun di Sinjai Utara? Bahkan kasus yang paling heboh di awal tahun 2008 antara Syekh Puji dengan anak usia 12 tahun asal Semarang?
Tidak jauh dari hari Anak Nasional bulan Juli lalu dan memperingati hari Kemerdekaan Indonesia, mari kita pikirkan sejenak mengenai kemerdekaan anak Indonesia yang masih banyak kekurangan di berbagai aspek. Apa Parents juga mulai merisaukannya?
Masalah pernikahan anak memang belum bisa diselesaikan dengan baik. Bahkan sekarang nampak makin menjamur. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan masyarakat kita?
Faktanya kasus pernikahan dini pada anak bukan hanya terjadi di Indonesia tapi juga di negara-negara lain.
Data dari plan-international.org, UNICEF mencatat 38% anak perempuan asal Afrika mengalami pernikahan dini. Tidak hanya itu, 30% anak di Asia Selatan, 17% di Timur Tengah dan Afrika Utara, 11% di Eropa Timur dan Asia, serta 25% di Amerika Latin juga mengalami pernikahan dini.
Jumlah ini hampir setara dengan 12 juta anak perempuan menikah sebelum usia 18 tahun. Atau setara dengan 1 pernikahan per 2 detik.
Pemerintah Indonesia sendiri sudah mengatur batas minimal usia pernikahan pada UU No. 1 Tahun 1974 yaitu 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk pria. BKKBN pun menambahkan usia ideal perempuan yaitu 21 tahun dan laki-laki 25 tahun. Hal ini didasarkan pada tingkat kedewasaan seseorang dalam membina keluarga.
Kenyataannya saat ini masih banyak terjadi kasus pernikahan dini pada anak. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak, atau KPPPA menyebutkan, sebanyak 340 ribu anak Indonesia menikah dini dalam setahun. Jumlah tersebut menempati peringkat tujuh sedunia.
Mengapa Pernikahan Dini Banyak Terjadi di Indonesia?
Alasan di balik pernikahan dini pada anak ini beragam. Parents mungkin berpikir alasan pernikahan dini pada anak hanya seputar ekonomi. Namun banyak sekali hal yang memicu terjadinya pernikahan dini ini. Simak penjelasanya berikut ini:
Pola Pikir
Masih banyak orang tua di luar sana yang takut jika anaknya “tidak laku”. Rasa malu memiliki anak perempuan yang belum menikah sedangkan di keluarga lain sudah, juga menjadi dasar pernikahan dini pada anak.
Pola pikir ini juga dipicu karena kebiasaan atau tradisi tertentu. Banyak orang tua mengijinkan pernikahan dini pada anak karena dulu mereka pun menikah pada usia sangat dini. Karena pola pikir inilah, pernikahan dini dianggap sangat wajar, terutama di daerah pedesaan.
Ketakutan orang tua terhadap hubungan anak dan sang kekasih pun menjadi faktor terjadinya pernikahan dini. Orang tua takut jika anak mereka melakukan perbuatan yang dilarang agama. Sehingga lebih baik segera dinikahkan.
Keinginan Anak
Bukan hanya faktor dari orang tua, namun keinginan anak juga menjadi faktor pemicu pernikahan dini. Timbulnya keinginan menikah muda pada anak bisa muncul karena pengaruh yang diperoleh dari film atau media lain.
Masalah Ekonomi
Ekonomi menjadi pemicu yang kuat dalam terjadinya pernikahan dini pada anak. Dilansir dari bbc.com Rohika Kurniadi Sari, asisten deputi Hak Anak Atas Pengasuhan Keluarga dan Lingkungan menjelaskan bahwa orang tua dianggap tidak siap mengawal tumbuh kembang anak termasuk di dalamnya masalah ekonomi.
Menurutnya, orang tua cenderung melakukan penyelesaian yang salah. Mereka pikir dengan menikahkan putra putri mereka akan menguntungkan bagi ekonomi keluarga. Karena keluarga tidak perlu lagi membiayai anak yang sudah menikah.
Ketidaksetaraan Gender
Anak perempuan dianggap tidak memiliki hak yang sama dengan anak laki-laki di beberapa daerah. Mereka dianggap hanya dibutuhkan untuk memasak bagi suaminya kelak. Sehingga menikahkan anak perempuan saat usia dini tidak menjadi masalah bagi sebagian orang.
Pernikahan dini yang banyak terjadi sekarang ini memiliki dampak yang cukup serius. Apa saja dampak dari pernikahan dini pada anak?
Rawan Konflik
Emosi pada anak masih belum stabil. Emosi yang tidak stabil ini mudah memicu konflik yang bisa berujung pada perceraian. Konflik yang terjadi pun bisa menimbulkan perilaku kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
UNICEF mencatat angka KDRT pada pernikahan dini sebesar 67%. Angka ini lebih besar dari pernikahan dengan usia ideal yaitu 47%.
Pendidikan Terhambat
Motivasi belajar akan semakin menurun seiring dengan pernikahan. Anak yang mengalami pernikahan dini mulai disibukkan dengan pekerjaan – pekerjaan rumah tangga. Inilah yang menjadi penghambat terbesar untuk melanjutkan pendidikan.
Kanker Leher Rahim
Perempuan memiliki resiko lebih besar terserang kanker leher rahim jika menikah di bawah usia 20 tahun. Pada usia ini sel-sel leher rahim belum matang sehingga saat terpapar Human Papilloma Virus, pertumbuhan sel akan menyimpang dan menjadi sel kanker.
Angka Kematian Anak Meningkat
Kurangnya pengetahuan tentang kehamilan serta perawatan pasca kelahiran anak menjadi pemicu terjadinya kematian pada anak. Anak yang melakukan pernikahan dini dianggap belum cukup dewasa dan bertanggung jawab terhadap janin yang dikandung.
Upaya Pencegahan Pernikahan Dini
Dampak pernikahan dini pada anak memang sangat serius dan tidak boleh dipandang sebelah mata. Mungkin Parents bertanya-tanya bagaimana pernikahan dini pada anak ini bisa dicegah?
Ubah Pola Pikir
Hal mendasar untuk mencegah pernikahan dini pada anak adalah dengan mengubah pola pikir baik pada orang tua maupun anak. Pemerintah Indonesia sudah memiliki program pencegahan pernikahan dini.
Langkah yang diambil pemerintah adalah dengan membentuk (Puspaga) Pusat Pembelajaran Keluarga. Puspaga akan mendampingi keluarga dan akan menekan pola pikir keluarga tentang pernikahan dini pada anak.
Perhatian Orangtua
Pencegahan terhadap pernikahan dini pada anak bukan hanya kewajiban pemerintah, tapi kewajiban kita bersama. Orangtua bisa selalu mendampingi anak agar anak tidak memiliki pola pikir untuk menikah di usia dini.
Dampingi anak saat melihat film atau media lainya. Pastikan film yang ditonton sesuai dengan umur anak. Apabila anak sudah beranjak remaja, Parents bisa menyelipkan penjelasan tentang resiko pernikahan dini sambil menonton film atau ketika diskusi keluarga.
Bekali Anak dengan Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan anak diharapkan anak memiliki pengetahuan lebih tentang bahaya pernikahan dini. Anak akan diberi keterampilan sosial dan pengetahuan yang lebih sehingga akan mengubah pola pikir tentang pernikahan dini.
Mari bantu anak-anak kita memperoleh kemerdekaan. Jauhkan mereka dari segala bentuk pernikahan dini. Biarkan anak melalui berbagai fase perkembangan seperti bermain, bersosialisasi dan belajar. Ubah pola pikir kita sekarang juga. Parents bisa memulainya dari lingkungan seperti keluarga dan teman.
Baca juga:
- Yuk, Kenali Lebih Jauh Apa Itu Kanker Serviks!
- Hal-Hal ini Bisa Menyelamatkan 5 Tahun Awal Pernikahan Anda
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini