Siapa yang tidak mengenal IQ atau Intelligence Quotient? Banyak dari Anda bahkan sudah mengenalnya jauh sebelum memiliki anak. Tak jarang nih, hampir semua orang pernah menjalani tes IQ baik di sekolah, maupun di tempat kerja. Lalu, bagaimana dengan EQ atau Emotional Intelligence? Sudahkah Anda mengenal baik mengenai EQ?
Apa sih Bedanya IQ dan EQ?
IQ bisa dipahami sebagai skor angka yang berasal dari tes kecerdasan standar. Pada tes IQ ini, skor akan dihitung dengan membagi usia mental seseorang dengan usia kronologisnya, kemudian akan dikalikan dengan angka 100. Jadi, saat seorang anak dengan usia mental 15 dan usia kronologis 10, maka memiliki skor IQ 150. Tes IQ tradisional, menilai kemampuan kognitif melalui kosa kata, pemahaman membaca, kemampuan penalaran, dan matematika.
IQ sendiri mewakili beberapa kemampuan, seperti:
- Pemrosesan visual dan spasial
- Pengetahuan tentang dunia
- Fluid reasoning dan quantitative reasoning
- Memori jangka panjang dan memori jangka pendek
Sementara EQ bisa dipahami sebagai skala yang mengukur level kecerdasan emosional seseorang. Kecerdasan emosional yang dimaksud adalah kemampuan seseorang untuk memahami, mengendalikan, mengevaluasi dan mengekspresikan emosi.
Sama seperti skor IQ, skor tes EQ 100 dianggap sebagai skor rata-rata, skor 115 dianggap mengagumkan, namun skor 85 menunjukkan ada beberapa tantangan yang sedang dihadapi seorang anak.
EQ sendiri mewakili beberapa kemampuan, seperti:
- Mengidentifikasi emosi
- Mengevaluasi perasaan orang lain
- Mengontrol emosi diri sendiri
- Membayangkan bagaimana perasaan orang lain
- Menggunakan emosi untuk memfasilitasi emosi sosial yang berhubungan dengan orang lain.
Apa Kata Dunia tentang EQ?
Menurut laporan State of the Heart tahun 2016, dilansir dari todaysparent.com, menjelaskan bahwa skor kecerdasan emosional (EQ) di seluruh dunia justru menurun. Para ahli berasumsi bahwa penurunan EQ rata-rata seseorang di dunia disebabkan karena tingkat stres dan kecemasan yang meningkat, sehingga seseorang lebih sulit mengatasi permasalahan dalam kehidupannya.
Penyebab lain penurunan EQ juga disebabkan karena ketergantungan seseorang pada teknologi dan media sosial untuk berkomunikasi.
Artinya, sekarang ini seseorang lebih banyak berkomunikasi melalui layar smartphone dibandingkan bertatap muka langsung. Padahal EQ seseorang bisa dibangun dengan cara berkomunikasi secara langsung, sehingga seseorang bisa merasakan emosi orang lain, mengontrol emosi sendiri, mengevaluasi emosi orang lain, dsb.
Lalu, kira-kira mana sih yang lebih penting bagi anak, IQ atau EQ? Apakah dengan memiliki skor IQ yang tinggi, kelak anak-anak akan sukses dalam kehidupannya? Dan, mungkinkah EQ juga memiliki peran bagi perkembangan dan kesuksesan anak di masa mendatang?
Semua pertanyaan tersebut, tentu saja cukup menggelitik orang tua untuk mencari tahu lebih dalam. Pasalnya, selama ini kita hanya terfokus untuk mengetahui skor IQ anak. Sebagai orangtua pun, kita akan khawatir jika skor IQ anak ternyata termasuk lebih rendah daripada teman-temannya di sekolah.
Mana yang Lebih Penting, IQ atau EQ?
Beberapa orang berpendapat bahwa IQ merupakan penentu kesuksesan seorang anak. Bahkan, banyak yang beranggapan bahwa, anak yang memiliki skor IQ tinggi dianggap akan memiliki kehidupan yang berprestasi.
Namun, beberapa ahli mulai menyadari bahwa IQ bukanlah satu-satunya penentu kesuksesan seorang anak. Menurut para ahli banyak faktor lain yang turut serta menjadi penentu kesuksesan seorang anak.
IQ mungkin saja menjadi elemen penting dalam pencapaian anak di bidang akademik. Anak-anak dengan skor IQ tinggi biasanya memiliki sejumlah prestasi di sekolah. Tapi, hal yang sama tidak selalu terjadi di kehidupan sosialnya.
Konsep mengenai EQ sekarang ini lebih digalakan oleh sejumlah pihak dari bidang pendidikan hingga dunia kerja. Sejumlah perusahaan bahkan mulai melakukan pelatihan EQ sebagai satu bagian penting dari proses perekrutan pegawai.
Sebagai contoh, dilansir dari verywellmind.com, sebuah perusahaan asuransi menemukan fakta bahwa EQ berperan penting dalam kesuksesan penjualan. Agen penjualan dengan level EQ lebih rendah pada kemampuan emosional seperti empati, inisiatif dan kepercayaan diri hanya mampu menjual rata-rata $ 54.000. Sedangkan agen dengan level EQ lebih tinggi lebih banyak menjual rata-rata $ 114.000.
Kemampuan emosional yang dimiliki seorang agen asuransi dapat mempengaruhi pilihan yang dibuat konsumen ketika dihadapkan dengan keputusan pembelian. Menurut psikolog sekaligus pemenang Nobel, Daniel Kahneman, seseorang lebih suka berurusan dengan orang yang mereka percayai dan mereka suka daripada orang yang tidak dipercaya. Meskipun seseorang tersebut harus membayar lebih untuk produk dengan kualitas yang lebih rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa, bukan hanya IQ yang penting dalam kehidupan seorang anak. Namun, EQ nyatanya juga memiliki peran untuk membantu seorang anak menjadi sukses di kehidupannya kelak.
Apakah EQ Bisa Ditingkatkan?
Level EQ seorang anak nyatanya bisa ditingkatkan. Sebuah studi menemukan fakta bahwa dari 50% anak-anak yang mengikuti SEL (social and emotional learning), 40% anak-anak menunjukkan peningkatan level EQ mereka.
Apa yang Perlu Diperhatikan Orangtua?
Kesuksesan seorang anak di masa depan dipengaruhi banyak faktor. Baik IQ maupun EQ sangat berperan dalam kesuksesan seorang anak. Daripada hanya berfokus pada faktor-faktor mana saja yang penting bagi kesuksesan anak, lebih baik orangtua berfokus pada keseimbangan emosional dan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan anak di berbagai bidang.
Baca juga:
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini