Mencegah Anak Di Bawah Umur Menjadi Pelaku Kekerasan Seksual

20 Februari 2023

Wajar jika orang tua khawatir anaknya menjadi korban pelecehan seksual. Kasus-kasus pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak angkanya cukup tinggi di Indonesia. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat hampir 7.000 kasus kekerasan seksual anak terjadi sepanjang 2021. 

Namun ada temuan baru, bahwa ada pelaku kekerasan seksual terhadap anak juga masih dalam usia anak dan remaja. 

Ini jelas merupakan alarm darurat bagi dunia anak Indonesia. Karena mereka anak-anak Indonesia bukan hanya sebagai korban kekerasan seksual namun juga menjadi pelaku. 

Ada pendapat yang mengatakan anak-anak yang menjadi pelaku kekerasan seksual akan tumbuh menjadi pedofilia, yang sebenarnya pendapat ini belum terbukti. 

Elizabeth Letourneau dari Pusat Pencegahan Pelecehan Seksual Anak Moore di Sekolah Kesehatan Masyarakat Bloomberg, telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mempelajari kejahatan seksual terhadap anak-anak dan orang-orang yang melakukannya.

Ia menyatakan  “Alih-alih berfokus pada pencegahan, kita kerap memfokuskan hampir semua upaya untuk memberikan hukuman. Kita tahu bahwa memenjarakan atau menahan anak-anak, bahkan secara singkat, akan mengurangi kemungkinan mereka lulus dari sekolah dan meningkatkan kemungkinan mereka akan melakukan lebih banyak kejahatan.”

Dalam sebuah komentar tahun 2008 yang diterbitkan dalam jurnal Child Maltreatment, psikolog dan peneliti Mark Chaffin mencatat bahwa pelaku mungkin adalah anak laki-laki atau perempuan yang “mengulang” pelecehan seksual yang mereka alami sendiri, atau anak-anak impulsif yang bertindak tanpa berpikir tanpa memahami hukum atau konsekuensi dari tindakan mereka. Beberapa anak berperilaku demikian karena gangguan mental; beberapa memuaskan keingintahuan mereka dengan bereksperimen tanpa pemahaman yang matang tentang bahaya yang mungkin mereka lakukan.

Apakah tindakan kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak ini bisa dicegah?

Dalam hal perilaku seksual yang menyimpang, orang tua harus memperhatikan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak mereka membutuhkan bantuan.

  1. Minat seksual di usia muda

Ketertarikan seksual yang berlebih pada remaja yang jauh lebih muda atau bahkan anak-anak usia dini adalah tanda bahaya, kata William Ballantyne, seorang psikolog berbasis di Vermont yang berspesialisasi dalam evaluasi dan perawatan remaja dengan masalah perilaku seksual.

Yang perlu diperhatikan di sini bukanlah ketertarikan lawan jenis seperti yang terjadi pada anak remaja biasa. Yang perlu menjadi perhatian adalah misalnya anak berusia 16 tahun yang menunjukkan ketertarikan pada anak berusia 8 tahun.

“Itu adalah sinyal red flag,” kata Ballantyne. “Untuk satu hal, jika ada tindak lanjut, itu jelas ilegal. Jika kita berbicara tentang anak berusia 16 tahun dan 12 tahun, itu rentang usia yang sangat memprihatinkan.

Remaja mungkin bereksperimen dengan teman sebayanya, sama seperti anak kecil mungkin “bermain dokter” dengan teman sebayanya. Namun, anak-anak yang kecil tidak dapat benar-benar memberikan persetujuan ketika diminta oleh anak lainnya lebih besar—mereka bukan teman sebaya. “Anak berusia 8 tahun bukanlah teman sebaya anak remaja yang berusia 15 atau 16 tahun,” kata Shari Nacson, seorang pekerja sosial di Ohio. “Itu bukan konsensual, mereka bukan sebaya, dan ada perbedaan power.”

  1. Perbedaan kognitif

Jika seorang anak dalam interaksi seksual mengalami gangguan mental atau cacat, atau sangat rentan karena alasan tertentu, orang tua harus turun tangan.

  1. Kerahasiaan yang berlebihan

Menyimpan rahasia adalah bagian dari perkembangan remaja, jadi ini akan jadi tugas yang rumit. Ketika anak terlalu banyak “berahasia” dan ada insting dari orang tua bahwa anak remaja Anda bertingkah di luar karakternya atau tampak tidak sehat—ini mungkin menandakan adanya masalah. “Itu tidak berarti bahwa orang tua harus mengorek-ngorek laci anak remaja mereka,” kata Nacson. “Artinya, orang tua perlu berbicara tentang yang ia rahasiakan itu.”

  1. Kecanduan pornografi

Rasa rasa ingin tahu tentang seksualitas adalah hal yang normal pada anak-anak dan remaja. Namun gencaran budaya pornografi di berbagai media, terutama sosial media dapat menyebabkan anak atau remaja terlalu fokus pada pokok bahasan itu. Perlu juga diperhatikan ketika anak-anak bahkan di usia pra-remaja mengkonsumsi, terpapar atau bahkan kecanduan materi pornografi. 

pelaku kekerasan seksual

Langkah awal apa yang bisa dilakukan oleh orang tua?

Setiap kasus dan anak berbeda, namun ada hal-hal tertentu yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah kejahatan seksual yang dilakukan anak atau remaja.

Dengan melakukan langkah-langkah ini selama masa kanak-kanak dan remaja, orang tua dapat membantu anak mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang bahagia, sehat, dan bertanggung jawab. 

  1. Komunikasi adalah Kunci

Hubungan yang terbuka dan jujur dengan anak Anda akan menjadi kunci penting. Mungkin sulit untuk berbicara dengan anak Anda tentang topik-topik seperti penyalahgunaan narkoba, pornografi atau kejahatan seksual , tetapi ini adalah salah satu tahap paling penting. Karena ketika orang tua tidak membicarakan masalah ini dengan anak, ia akan mendapat input dari internet, sosial media ataupun lingkungan pertemannya. 

Orang tua perlu memastikan bahwa anak memahami hal-hal yang berpotensi menjadi kejahatan ataupun tindakan yang melawan hukum  serta konsekuensinya. 

  1. Terlibat dalam Kehidupan Mereka

Terlibat dalam kehidupan anak Anda bisa jadi hal yang menantang bagi orang tua, terutama saat mereka remaja. Namun, penting bagi orang tua untuk tetap punya quality time bersama anak, sambil tetap menghormati privasi mereka. .

Hal-hal seperti mendiskusikan tugas sekolah mereka, nonton bioskop, atau sekadar makan atau nonton tv bersama bisa membuat koneksi dengan remaja kita jadi lebih baik. 

Obrolan ringan di sela-sela nonton film bisa menjadi pembuka percakapan tentang isu yang lebih serius seperti kekerasan seksual. Dukung anak untuk membicarakan dengan orang tua jika ia menemui masalah. 

  1. Perhatikan

Awasi tanda-tanda red flag seperti yang telah disebutkan di atas dan ikutilah isu,tren,simbol atau istilah yang berkembang di kalangan remaja . Juga tetap perhatikan kesehatan mental dan emosional anak Anda, karena tekanan internal dapat secara signifikan berperan pada perubahan perilaku anak remaja. Pelajari cara menemukan potensi tanda bahaya ini pada anak, dan jangan ragu untuk mencari bantuan professional jika Anda mengenali salah satu “red flag”

  1. Dorong Partisipasi dalam Hobi dan Aktivitas yang Aman

Anak punya hobi atau minat di hal selain akademik seperti sepakbola, menggambar komik, atau merakit mainan sendiri? Alih-alih dihentikan, dukunglah minat dan bakat mereka dengan membantu anak terlibat dalam aktivitas yang sesuai. Keterlibatan dalam klub setelah sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu anak Anda merasa lebih didukung, terlibat, dan diterima sekaligus menjaga mereka dari aktivitas yang negatif. Anak-anak yang merasa menjadi bagian dari suatu komunitas dan secara aktif terlibat dalam hobi yang mereka sukai jauh lebih kecil kemungkinannya untuk terpapar aktivitas kriminal.

  1. Jadilah Orang Tua, Bukan Teman

Meskipun penting bagi anak Anda untuk memiliki hubungan yang dekat dan terbuka dengan Anda, pastikan Anda bisa mengambil posisi menjadi orang tuanya bukan sebagai teman. Jika anak Anda mendapat masalah di rumah, sekolah, kegiatan atau acara ekstrakurikuler, atau rumah teman, jangan takut untuk bersikap tegas terhadap mereka. 

Tetapkan aturan dan konsekuensinya jika anak tidak memenuhinya. Disiplin yang tepat dapat membantu remaja memahami bahwa kesempatan untuk berbuat negatif dan melanggar aturan selalu ada, tetapi dia bisa belajar untuk mengendalikan dirinya sendiri. 

Kapan orang tua perlu mencari bantuan?

Bisa dipahami jika orang tua akan merasa khawatir bahkan takut, jika menemukan perilaku dari anak yang terlihat seperti “red flag”,  atau ketika orang tua memiliki firasat bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Namun, itu bukan hal yang bisa diabaikan begitu saja. Bukan hanya untuk kepentingan anak mereka sendiri, tetapi juga melindungi anak-anak lain.

Dikutip dari yourteenmag.com. Shari Nacson,seorang pekerja sosial di Ohio memberikan saran untuk memulai percakapan dengan psikolog tentang kekhawatiran orang tua yang terkait perilaku anak. Orang tua bisa mengatakan; “Ini yang saya perhatikan. Saya tidak tahu apakah saya harus khawatir atau tidak..”, dan biarkan psikolog yang memutuskan apakah perilaku anak perlu dievaluasi lebih lanjut atau langkah apa yang bisa diambil oleh orang tua untuk menyikapinya. 

Penting untuk diingat bahwa ketika anak-anak atau remaja melakukan kekerasan seksual, bisa jadi mereka juga pernah menjadi korban atau saksi. Bisa berupa pelecehan atau sesuatu yang mereka lihat yang membuat mereka overwhelmed atau terganggu . Kebanyakan anak tidak tiba-tiba bertindak seksual. Ini juga sesuatu untuk didiskusikan dengan dokter anak atau psikolog.

Kabar baiknya adalah bahwa dengan intervensi dini, anak atau remaja tersebut memiliki kemungkinan besar untuk mengoreksi diri, menurut Ballantyne. Jika anak-anak tidak belajar mengatur impuls mereka, mereka tumbuh menjadi orang dewasa tanpa kontrol impuls.

Tetap diam atau mempermalukan anak remaja Anda tidak akan membuat masalahnya hilang, dan kemungkinan bisa memperburuknya. Carilah bantuan dari profesional sedini mungkin. Kita bisa menyelamatkan jiwa dan masa depan bukan hanya anak kita , namun juga anak-anak lain. 

 

Bagaimana Menurut Anda?
+1
3
+1
1
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket