Helicopter Parenting & Efek Jangka Panjangnya

Sebagai orang tua, kita selalu ingin memastikan kondisi anak sehat dan baik. Kita punya naluri yang kuat untuk menjaga dan mengawasi anak kita supaya tidak ada hal buruk yang menimpanya. Apa pun akan kita lakukan agar sang anak selalu dalam kondisi baik dan terhindar dari hal-hal negatif. Akan tetapi, jika hal ini dilakukan secara berlebihan, hal tidak baik itu pun akan datang dari dalam diri kita. Perilaku berlebihan dalam menjaga anak ini diistilahkan sebagai Helicopter Parenting.

Menurut Ann Dunnewold Ph. D., Helicopter Parenting adalah usaha berlebihan yang dilakukan orang tua untuk anaknya. Usaha ini cenderung ingin terlibat dalam semua kehidupan si anak. Akibatnya, orang tua cenderung melakukan overcontrolling, overprotecting, serta overperfecting. Contoh yang nyata perilaku Helicopter parenting adalah melarang anak bermain bersama teman-temannya, memilihkan ekskul untuk anak, bahkan mainan apa pun orang tua yang mengontrolnya. Tak hanya pada anak kecil, Helicopter Parenting ini juga bisa berlanjut hingga anak-anak beranjak dewasa.

Orang tua yang terlalu mendominasi kehidupan anaknya tentu akan berdampak buruk pada kehidupan si anak itu sendiri. Awalnya, kita mungkin berpikir “ini adalah hal paling baik bagi si anak”. Akan tetapi, realita berbicara sebaliknya. Helicopter Parenting malah memberikan efek negatif yang akan berpengaruh pada kehidupan anak di masa mendatang. Berikut ini adalah beberapa dampak dari Helicopter Parenting.

1. Anak kurang percaya diri

Karena anak tidak pernah belajar untuk memutuskan pilihannya sendiri, anak jadi terlalu bergantung pada orang tuanya. Akibatnya, anak kurang percaya diri dalam mengambil keputusan. Anak cenderung kurang percaya diri dalam segala hal.

2. Kurang Terampil

Anak yang terbiasa dibereskan mainannya, diikatkan tali sepatunya, diantar ke sekolah, dan lain-lain yang sebenarnya ia mampu melakukannya sendiri, ia akan tumbuh menjadi anak yang kurang terampil dan manja.

apa itu helicopter parenting

3. Tak Mampu Menghadapi Kegagalan

Karena selama ini semua kekurangan dan kesalahan anak selalu dibereskan orang tua, anak jadi kurang siap dalam menghadapi masalah. Ia akan cenderung takut menghadapi kegagalan.

4. Depresi

Karena terlalu didominasi oleh kemauan orang tua, anak-anak merasa ia tak punya kuasa untuk menentukan pilihannya sendiri. Hal ini tentu bisa membuatnya menjadi depresi.

5. Pembangkang

Orang tua yang terlalu protektif justru dapat membuat anak menjadi pembangkang. Terlalu banyak dilarang atau terlalu banyak disuruh tidak akan membuat anak jadi penurut, justru sebaliknya.

Sebagai orang tua, sangat wajar rasanya jika kita selalu ingin mengarahkan anak ke sesuatu yang baik. Akan tetapi, ingat satu hal, bahwa anak punya hak untuk menentukan pilihannya. Berilah kebebasan anak untuk memilih ekskul yang ia sukai. Tak perlu terlalu menuntut. Anda hanya perlu menjadi pengawas untuk anak-anak. Jika anak memilih pilihan yang negatif, kita perlu mengingatkannya dengan cara sehalus mungkin. Berikan pemahaman supaya anak mengerti bahwa pilihannya adalah pilihan yang buruk.

Baca Juga:

  1. Sesuaikan Pola Asuh jadi Digital Parenting Yuk!
  2. Mindful Parenting itu Apa Sih?
Bagaimana Menurut Anda?
+1
4
+1
1
+1
0

Tag: ,

Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket