Sepanjang hidup, kemungkinan besar kita diminta untuk mendengarkan, bergantung, atau menerima nasihat dari orang tua. Bahkan ketika kita mungkin pernah mengalami saat-saat ketika tidak ingin mendengarkan apa yang mereka katakan.
Tetapi apa yang terjadi ketika kita semakin dewasa dan orang tua kita bertambah usia? Ketika memasuki usia senja, banyak anak mengeluhkan betapa susah “memberi tahu” orang tuanya. Seakan-akan mereka jadi lebih keras kepala.
Ini adalah problem umum yang kerap dihadapi oleh anak yang juga menjadi caregiver atau perawat bagi orang tuanya. Memang tidak semua orang lanjut usia akan bergantung pada orang lain, namun banyak pula orang tua yang berusia lanjut dengan masalah kesehatan maupun mental yang membuatnya perlu dukungan dan bantuan dari orang lain, dan sering kali anak adalah caregiver utama mereka.
Perdebatan kecil tentang tidak diperbolehkan mengemudi terlalu jauh, hingga penolakan orang tua untuk memakai alat bantu jalan seperti tongkat dan minum obat adalah perdebatan yang kerap muncul dalam hari-hari anak yang merawat lansia. Mengapa mereka jadi lebih keras kepala setelah di usia lansia ?
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Journals of Gerontology: Series B dan dipimpin oleh Allison Heid, seorang ahli gerontologi yang bekerja dengan Rowan University dan Penn State University, ada perbedaan antara apa yang orang tua dan anak-anak mereka lihat sebagai keras kepala. Lebih dari 77% anak-anak dan 66% orang tua mengklaim bahwa perilaku orang tua kadang menunjukkan sikap keras kepala. Studi ini menunjukkan bahwa salah satu akar penyebab pertengkaran orang tua dan anak yang terkadang ada adalah ketidaksesuaian tujuan.
Tujuan anak-anaknya mungkin untuk menjaga orang tua mereka tetap aman dengan memberikan batasan mobilitas atau meminta perubahan dalam gaya hidup hingga pola makan orang tua. Dalam studi tersebut, Dr. Heid menjelaskan bahwa tujuan orang tua mungkin untuk tetap mandiri dan mempertahankan otonomi mereka. Mereka mungkin melakukannya dengan menolak bantuan, tetap bepergian sendiri atau menolak mengubah gaya hidup mereka. Perbedaan inilah yang membuat pertengkaran kerap terjadi.
Namun sebenarnya, ada sisi lain dari penolakan dan sikap keras kepala orang tua. Penelitian ini menunjukkan bahwa ketekunan seperti itu sebenarnya bisa jadi cerminan kekuatan dan keuletan dari orang tua saat mereka bekerja dan menghadapi tantangan.
Sikap keras kepada dari orang tua yang dihadapi anak-anaknya juga dipengaruhi oleh tingkat kedekatan mereka. Misalnya, ketika orang tua dan anak-anak memiliki hubungan yang tidak begitu baik atau bahkan buruk, maka akan lebih sulit untuk mencapai tujuan yang sama. Kualitas hubungan juga dapat berperan dalam menentukan bagaimana anak-anak dewasa menghindari atau menghadapi konflik.
Sikap keras kepala juga umumnya diikuti oleh perilaku lain seperti:
- Kemarahan atau perasaan permusuhan
- Perilaku atau bahasa yang kasar
- Penolakan total terhadap obat-obatan, atau bantuan
- Perilaku mencari perhatian
- Masalah kebersihan (enggan mandi, buang air di sembarang tempat, dll)
Jadi, apa yang bisa dilakukan untuk menghadapi perilaku orang tua yang lebih keras kepala ?
Para profesional dalam perawatan dan kesehatan bagi lansia merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk membantu caragiver menghadapi situasi ini:
1.Pahami mereka
Menjadi tua secara fisik dan mental adalah proses yang sulit bagi hampir semua orang. Banyak orang dewasa yang lebih tua hidup dengan demensia atau masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan dan depresi. Anak-anak perlu belajar cara memberi tahu orang tua yang sudah lanjut usia bahwa mereka membutuhkan bantuan dengan pendekatan yang lebih sabar dan bijaksana. Pahami beberapa hal seperti berikut:
- Apakah mereka bertindak seperti ini karena kebiasaan?
- Apakah mereka khawatir kehilangan kebebasan mereka?
- Apakah mereka menderita depresi atau kecemasan?
- Apakah mereka bingung ataukah menderita demensia?
- Apa saja hal yang mungkin mereka takuti?
Mengidentifikasi akar penyebab perilaku menolak atau keras kepada orang tua dapat membantu Anda mengidentifikasi cara terbaik untuk membuat perubahan positif.
2.Terima situasinya
Anak sering berargumen bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk kebaikan orang tua. Namun, kenyataannya orang tua kita , sekalipun mereka sudah menua, juga berhak membuat keputusan sendiri, sekalipun kadang itu bukan yang terbaik.
Berusahalah untuk menerima kenyataan ini, karena ini akan memperbaiki hubungan Anda dengan orang tua dan menurunkan tingkat stres kedua belah pihak.
Baca Juga :
1. Siaga Masalah Kejiwaan Pada Lansia
2. Ingin Cegah Kakek & Nenek dari Alzheimer? Yuk, Ajak Mereka Merawat Cucu!
3. Pola Asuh Kakek-Nenek Beri Pengaruh Negatif Nih, Apa yang Perlu Dilakukan Ortu?
3.Simpan energi Anda
Ada banyak hal yang ingin anak-anak ubah dari orang tuanya, mengomel tentang kebiasaan orang tua, memaksa minum obat, dan banyak hal lain yang sebenarnya hanya menyebabkan kelelahan dan tensi yang meninggi. Fokuslah pada satu atau dua hal yang paling penting bagi orang tua Anda. Dan utamakan hal-hal yang membuat Anda berdua bahagia.
4.Mulailah dengan Saling Percaya
“Kualitas hubungan selama hidup keluarga dapat mempengaruhi respons orang tua terhadap nasehat anak yang sudah dewasa.” Ini pendapat dari Matt Estrade, konsultan dari Care Partner Mentoring, LLC . Jika relasi Anda dengan orang tua sudah terdapat rasa saling percaya , ada kemungkinan lebih besar bahwa orang tua Anda yang sudah lanjut usia akan mendengarkan alasan Anda. Jadi, mulailah dengan mendapatkan rasa saling percaya dari orang tua, dan sebaliknya mulai mempercayai orang tua Anda.
5.Temukan Pilihan Bersama
Sikap keras kepala atau keras hati bisa menjadi satu coping mechanism untuk menolak perubahan yang tidak dapat mereka kendalikan.
Orang tua mungkin kerap beralasan bahwa akan melakukan hal-hal sesuai dengan “cara” mereka. Namun sebenarnya mungkin mereka tidak tahu bahwa ada pilihan lain.
Cobalah tawarkan untuk menemukan pilihan-pilihan lain yang mereka bisa sepakati. Menunjukkan bahwa ada cara lain akan jadi satu informasi baru bagi mereka, dan bersama Anda bisa menemukan cara yang disepakati.
Orang tua yang selama ini menganggap dirinya sosok yang lebih “kuat” dari anak-anaknya , maka untuk membuat mereka mau menerima bantuan atau saran dari anak–bahkan ketika mereka membutuhkannya– akan jadi hal yang membutuhkan usaha lebih. Selain faktor kedekatan dengan anak, faktor seperti psikologis orang tua dan penyakit lainnya juga perlu dipahami oleh anak.
Maka, saat Anda mendekati subjek sensitif dan melakukan diskusi penting ini dengan orang tua Anda, penting untuk memberitahu mereka bahwa menerima bantuan tidak berarti mereka kehilangan kendali atas hidup mereka sendiri, dan bukan berarti jadi beban anak. Dengan empati, rasa hormat, dan kepercayaan, mereka mungkin lebih terbuka untuk mendengarkan saran Anda dan menerima bantuan anak-anaknya.
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini