Saat Kita Jauh…

19 Juni 2018

Dalam keluarga, terkadang kita harus dihadapkan pada kondisi yang mana sulit untuk memilih, misalnya soal lokasi pekerjaan.

Seperti yang keluarga kami alami. Tulang punggung keluarga kami, yaitu Papa dari Ken, anak saya semata wayang, harus bekerja di luar kota. Tentu saja sudah banyak yang menyarankan suami untuk pindah kerja atau saya dan anak pindah untuk mengikuti suami. Tidak sedikit juga yang memberikan nasihat berbau ancaman, seperti “keluarga itu harus jadi satu, kalau jauhan, nanti suami bisa begini begitu; nanti anakmu bisa begini begitu; nanti kamu begini begitu”.

Namun, tentu saja membuat keputusan untuk kami tidak semudah mengikuti apa kata orang. Dalam perjalanan karier suami dan bisnis yang kami geluti yang membuat kami harus terpisah, tidak hanya terkandung masa depan anak kami. Tetapi di situ juga ada passion, cita cita, nasib orang lain, dan tujuan jangka panjang dan luas lainnya.

Intinya kami tidak hidup untuk diri kami sendiri, ada banyak hal tersangkut dalam hal yang kami lakukan tiap hari. Apakah anak lalu menjadi tidak penting? Tentu penting. Apakah keutuhan keluarga di nomor sekiankan? Tentu tidak. Apakah pekerjaan dan bisnis lalu menjadi nomor satu di atas segalanya? Tidak bisa dibilang begitu juga. Apa tidak pernah merasa galau? Tentu pernah.

Suatu ketika, anak saya (8 tahun 11 bulan) berkeliling kompleks rumah dengan sepeda motor dibonceng papanya. Lalu mereka pun mengobrol.

Papa : “Ken, pengen gak sih ditemenin papi setiap hari?”

Ken : “Ya pengin. Kalau kita ketemu setiap hari, kita bisa ngobrol some private things.”

P : “Sekarang pun bisa dong”

K : “Yaa.. gak enak, rasanya kayak gak biasa gitu lho.. kalau cerita sama mami kan lebih terbiasa karena ketemu setiap hari.”

P : (sedih)

Di situlah si papa galau. Katanya, “Aku kok sedih dia bilang gitu. I’m afraid to miss the moments.” oooohh….

Meski waktu bersama kami tergolong singkat dibandingkan dengan waktu ketidakbersamaan kami, namun kami; saya, suami dan anak, selalu menggunakan waktu bersama tersebut untuk banyak berbincang dan ngobrol tentang apa saja.

Pernah suatu ketika ada rencana dari kantor si papa untuk memintanya sekolah lagi, yang tentunya akan menyebabkan waktu bertemu yang sudah singkat terpotong lagi untuk sekian waktu lamanya. Ketika didiskusikan dengan Ken, dia tidak bisa menerima, “it’s not fair. Aku mau sama papi, untuk apa papi sekolah lagi. Not fair!!”. Dan diapun marah, merasa papanya gak sayang sama dia dan lebih mementingkan pekerjaannya.

saat kita jauh

Setelah marahnya reda, saya ajak dia ngobrol sambil makan malam. Saya bercerita “Kita ini keluarga lho Ken. Keluarga itu saling support. Kita masing masing punya cita cita. Papi punya cita cita, mami punya cita cita, Ken juga punya cita cita. Cita cita siapa yang paling penting hayoo? Cita cita semua. Semua penting, we are equal. Saat ini mungkin giliran papi. Kita dukung papi kejar cita citanya. Nanti suatu saat pasti tiba giliran Ken, dan papi mami pasti akan dukung, akan support. Papi mami akan berusaha supaya Ken juga bisa kejar cita cita seperti Papi. We promise you that”. Dan berikutnya ketika dia ketemu papinya, dia bilang, “Good luck for your school, papi”. ooohhhh…

Menurut saya, dalam keluarga kita tidak perlu terlalu memaksakan diri untuk menciptakan tampilan “keluarga ideal”. Menurut saya keluarga ideal adalah keluarga yang berkomunikasi. Masing masing anggota keluarga merasa setara, masing masing merasa mendapat dukungan, masing masing memahami cita cita dan keinginan pribadi, dan seperti kata Lilo and Stitch – karakter Disney yang imut itu –  “a family means nobody is left behind”.

Dan buat saya pribadi, anak saya belajar banyak dengan kondisi seperti ini. Dia belajar menghargai waktu bersama, dia belajar arti rindu, dia belajar arti tanggung jawab, dan dia belajar arti keluarga itu sendiri.

Jadi, menurut saya lagi, buat yang terpaksa harus berjauhan, tidak perlu kita merasa bersalah. Our family is always in our heart. Ganbatte !!

Bagaimana Menurut Anda?
+1
0
+1
0
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket