Respon pertama yang orang tua lakukan saat mendengar anak menangis adalah menghampiri anak. Respon ini sangat wajar bagi kita sebagai orang tua. Namun, tahukah Anda bahwa saat anak menangis atau merengek, kita tak perlu buru-buru merespon mereka? Loh, kenapa begitu?
Bagi sebagian besar orang tua, hal ini terkesan terkesan “aneh”. Tapi, inilah yang diungkapkan oleh para ahli. Menurut penelitian, jika orang tua merespons setiap rengekan demi rengekan, maka hal tersebut tidak akan baik bagi anak maupun bagi kita sebagai orang tua. “Ketika Anda mengaktifkan sistem empati emosional secara berlebihan, hal itu dapat menyebabkan terjadinya sesuatu yang kami sebut ’empati berlebihan’,”. Dr. Rilling menjelaskan demikian. Saat itulah Anda mengambil alih kesusahan yang anak-anak Anda hadapi. Kemudian Anda sendiri akan menjadi stres dan cemas, dan itu dapat mengganggu kemampuan Anda untuk memberikan perhatian yang penuh kasih.
Jadi, apakah hanya orang tua yang merespon tangisan atau rengekan anak? Bagaimana dengan orang dewasa lain di sekitar anak? Apa yang akan mereka lakukan sebagai respon terhadap situasi yang sedang terjadi?
Christine Parsons, Ph.D., seorang fisiolog dan profesor di Universitas Aarhus di Denmark, menyebutkan bahwa orang dewasa lain juga memiliki respon fisik sama seperti yang orang tua alami ketika mereka mendengar suara tangisan anak-anak. Bahkan, hampir semua orang dewasa, sekalipun yang belum memiliki anak. Penelitian menunjukkan bahwa menangis dapat menstimulasi berbagai respons fisiologis pada orang dewasa, termasuk peningkatan denyut jantung dan perubahan kecil pada tekanan darah.
Parsons menjelaskan bahwa otak akan secara instan merespons tangisan. Hal ini terjadi “sangat cepat”. Dan respon tersebut tidak terjadi pada pikiran sadar. Ia juga mencatat bahwa tangisan bayi dengan durasi waktu yang cukup lama akan menimbulkan efek mengganggu.
Bagaimanapun juga, orang dewasa lain dianjurkan untuk tidak terlalu terburu-buru dalam merespon ketika berada di sekitar anak yang sedang menangis atau merengek.
Lalu apa yang perlu kita lakukan sebagai orang tua atau orang dewasa?
Menurut Crystal Clark, M.D., seorang psikiater dan profesor di Fakultas Kedokteran Northwestern Feinberg Chicago, ada beberapa cara untuk menghadapi situasi ini.
Pertama, pahami bahwa tidak setiap tangisan mereka membutuhkan perhatian penuh dari Anda. Ditambah lagi anak-anak juga perlu belajar menenangkan diri. Jadi saat ini nama permainannya adalah “menetapkan batas” – dengan anak-anak Anda dan atasan Anda.
Sebisa mungkin, beri tahu anak-anak dan atasan pada jam berapa Anda akan tersedia untuk mereka, dan bahwa Anda akan membutuhkan sedikit waktu yang fleksibel. Berikan sinyal visual pada anak saat Anda sedang bekerja, seperti bendera atau tanda lain. Hal sederhana ini dapat membantu mereka mengenali kapan boleh menyela Anda ataupun tidak.
Kedua, pastikan untuk menanyakan kepada anak Anda tentang perasaan mereka. Andalah yang paling mengenal anak Anda: Jika kekesalan mereka parah, cobalah untuk meluangkan waktu sebentar pada hari kerja Anda untuk menenangkan mereka.
Ketiga, jika Anda merasa tubuh mulai bereaksi – jantungnya berdebar kencang, maka istirahatlah, demikian saran dari Dr. Clark. Anda harus selaras dengan tubuh Anda dengan apa yang dibutuhkannya, apakah itu berjalan di sekitar komplek, menutup mata dan menarik napas dalam-dalam selama beberapa menit, atau menelepon teman. “Kita semua memiliki tenggat waktu, kita memiliki semua hal yang perlu dilakukan setiap hari, dan kita lupa bahwa kita harus menjaga kesehatan mental kita sendiri,” katanya.
Sekali lagi, bagi sebagian besar orang tua, keputusan untuk tidak terlalu terburu-buru merespon anak saat merengek atau menangis merupakan hal yang sedikit aneh. Banyak dari kita yang tidak setuju dengan hal ini. Mengingat, respon tubuh dan otak yang cenderung ingin segera “menyelamatkan” anak membuat orang tua dan orang dewasa manapun tidak tega dengan tangisan dan rengekan tersebut.
Namun, jika Anda kembali mengingat bahwa “tidak semua rengekan dan tangisan” anak memang butuh perhatian penuh dari Anda, maka silahkan pikirkan kembali sudut pandang pengasuhan ini. Terlebih, jika Anda sedang mendorong anak untuk bisa menenangkan diri sendiri, maka sudut pandang pengasuhan ini bisa digunakan sebagai referensi.
“Semua bergantung pada keputusan Anda sebagai orang tua, karena Andalah yang paling mengerti anak-anak”.
Baca Juga:
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini