“Dony, kamu kok bandel banget sih, sudah Papa bilangin nggak boleh lari-lari di sini!”
“Ya ampun, Mita! Mainan diberantakin terus, makin nakal ya!”
——————————————————————————————————–
Banyak anak-anak yang disebut nakal bahkan oleh kedua orang tuanya sendiri. Padahal anak hanya sedang aktif dan berkembang. Tapi mengapa sih anak sering melakukan hal-hal yang dilarang? Misalnya anak tidak boleh mengambil makanan yang sudah jatuh, tapi tetap saja dilakukan.
Tunggu dulu, fakta berikut justru akan membuat Anda semakin sayang dengan anak-anak dan tidak lagi menyebut mereka nakal atau bandel.
1. Anak Belum Mampu Mengontrol Dirinya
“Jangan ambil biskuit itu,ya Dek. Kotor sudah jatuh di lantai.” Tapi anak justru mengambil biskuit kotornya. Pernahkah Parents mengalami situasi tersebut? Ya, sering kali situasi ini terjadi di rumah. Namun, ketahuilah satu hal, ini bukan karena anak tidak peduli dengan kata-kata orang lain, bukan juga karena anak tersebut nakal.
Beberapa survey menunjukkan bahwa kebanyakan orang tua menganggap anak mereka dapat melakukan hal-hal tertentu pada usia dini. Misalnya orang tua menganggap bahwa anak usia 3 tahun sudah bisa mengendalikan diri untuk menolak keinginan melakukan sesuatu yang dilarang.
Padahal, penelitian menunjukkan bahwa, beberapa bagian otak yang bertugas untuk mengendalikan diri pada anak belum matang. Inilah mengapa anak justru sering melakukan hal-hal yang dilarang oleh orang lain.
Anak-anak usia dini (0-8 tahun), belum punya pengendalian diri yang ketat. Mereka masih berkembang dan mengikuti rasa ingin tahunya.
2. Kebutuhan Fisik Anak-Anak Mempengaruhi Suasana Hati
Pernah bertanya-tanya mengapa anak rewel atau sering marah? Ini bisa terjadi karena faktor fisik anak yang kelelahan, lapar atau haus. Kelelahan juga bisa terjadi karena kurang tidur atau tidur tidak nyaman. Akibatnya anak cenderung rewel dan pemarah.
Tak hanya itu, kemampuan anak untuk mengelola emosi dan perilaku juga berkurang drastis karena hal lain seperti lapar dan haus. Oleh karena itu alih-alih menganggap anak sebagai anak nakal, pahami dulu apa saja yang membuat perubahan perilaku anak ke arah negatif ya, Parents. Sebaiknya ajak anak untuk tidur atau berilah makanan kecil jika dia terlihat lapar. Hal ini agar emosi anak bisa kembali stabil.
3. Anak-anak Belum Mampu Menyembunyikan Emosi
Pernah melihat anak merengek bahkan saat ada tamu di rumah? Duh, pastinya membuat Parents menjadi malu ya. Namun hal ini bukan karena anak nakal.
Anak bisa rewel di mana saja, karena anak belum mampu menyembunyikan emosinya. Tidak seperti orang dewasa yang mampu menyembunyikan emosi di saat tertentu.
Alih-alih melabel sebagai anak nakal, saat anak mulai rewel seperti berteriak atau tantrum, segera alihkan perhatiannya. Beberapa mainan kesukaan, aktivitas favorit seperti bernyanyi, mungkin bisa menjadi langkah bagus agar tantrumnya mereda.
4. Anak Punya Inisiatif Sendiri
Pernah berdebat dengan anak tentang apa yang harus ia kenakan sebelum pergi? Beberapa Ibu mungkin meminta anak untuk menggunakan jaket agar tidak kedinginan. Namun anak-anak, terlebih yang sudah berusia pra-sekolah, (3-4 tahun) sering tak selalu menuruti. Hal ini karena anak sudah memiliki keinginan (inisiatif) tertentu untuk dirinya sendiri.
Inisiatif yang mulai dimiliki oleh anak adalah salah satu perkembangan yang wajar. Namun, perlu diingat sebagai orang tua, wajib mengarahkan anak dengan cara yang lembut. Bukan justru menganggap anak sebagai anak nakal karena tidak menuruti nasehat orang tua
5. Anak-Anak Memiliki Kebutuhan Bermain
Ya, anak memang senang sekali bermain. Bahkan bermain bisa menjadi kebutuhan pokok nya sehari-hari. Itulah mengapa kadang anak bermain hal-hal yang dilarang oleh orang tua. Misalnya bermain dengan bahan makanan, memainkan sendok atau peralatan dapur, dll.
Sebenarnya keinginan mereka hanya bermain, walaupun mainan yang dilakukan tidak bisa diterima oleh orang dewasa. Tapi bagi anak-anak, mereka bisa bermain dengan apa saja, dan ini sebenarnya wajar dan tanda perkembangan yang baik.
6. Anak-Anak Memahami Emosi dan Peniru Ulung
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa anak adalah analis emosi terbaik. Anak mampu memahami emosi dari Parents. Tak hanya itu, anak juga peniru yang baik. Itulah mengapa orang tua diwajibkan menjadi contoh yang baik bagi anak-anak. Jangan-jangan, anak yang suka berteriak dan marah-marah terjadi karena sering melihat orang tuanya melakukan hal yang sama sehari-hari.
7. Anak Merespon Hal yang Tidak Konsisten
Pernahkah bertanya pada anak ingin makan apa malam nanti? Kemudian anak menjawab ingin makan pasta untuk makan malam. Tapi saat makan malam tiba Anda justru memasak sup sayuran dan berkata hanya ini yang sempat Anda masak?
Situasi tidak konsisten ini tentu saja menimbulkan kemarahan pada anak. Anak mungkin merasa bahwa orang tua tidak menepati janji. Hal-hal yang tidak konsisten ini bisa memicu perilaku negatif pada anak.
Ketika orang tua tidak konsisten terhadap hal-hal tertentu, secara alami akan memicu anak mengalami frustasi. Anak jadi mudah merengek, tantrum bahkan berteriak. Namun mereka bukanlah anak nakal.
Jadi bagaimana? Apakah Parents mulai memahami tentang anak? Sebaiknya jangan cepat menyangka bahwa anak Parents nakal atau label negatif lainnya. Karena sesungguhnya perilaku pada anak adalah hal yang wajar dan merupakan salah satu ciri perkembangan yang baik pada anak.
Beberapa anak mungkin mengalami perubahan perilaku pada saat memasuki usia 2 tahun. Misalnya, anak jadi lebih sering menangis, tantrum, atau berteriak. Perubahan perilaku pada anak bisa saja dipengaruhi oleh fase “Terrible Two”. Kenali dulu fase “Terrible Two” ini yuk, sebelum menganggap anak sebagai anak nakal.
Baca Juga Yuk Artikel Lain :
- Anak Membentak & Tantrum, Bagian Dari Fase “Terrible Two?”
- Saat Anak Dilanda Badai Emosi Negatif
- Belajar Sabar Yuk, Nak!
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini