Anak Membentak & Tantrum, Bagian dari Fase “Terrible Two”?

Pertanyaan :

Ibu Fita Pujiati

Halo SOP,

Saya ingin bertanya, bagaimana cara mendidik anak agar tidak berfikir “negatif” tiap kali berinteraksi?

Anak saya berumur 2 tahun, tiap kali berinteraksi dengan teman sebaya, anak cenderung tidak mau kalah, dan maunya menang sendiri. Sering kali, cara bicara anak dengan nada seru.  Mungkin karena efek bermain dengan teman sebayanya yang juga memiliki sikap sama, yaitu tidak mau kalah.

Tak hanya itu, anak juga sering membentak, menyerang lawan bicara dengan “omongan” dan suka marah-marah. Anak saya juga histeris dan tidak suka jika ada orang baru.

Bagaimana caranya agar anak saya lebih bisa membuka diri (open mind) untuk teman-teman dan orang lain? Apakah perilaku ini bisa dibawa sampai dewasa nanti? Mohon pencerahannya SOP.

Terima kasih.

Jawaban Ahli :

Halo Parents, terima kasih sudah sharing dengan kami.

Terkait pertanyaan Ibu Fita, tentang perubahan perilaku pada anak berusia 2 tahun, berikut jawaban dari saya :

Memasuki usia 2 tahun, pada umumnya terjadi perubahan yang sangat drastis pada anak yang mungkin cukup mengejutkan atau membuat orangtua menjadi kewalahan. Anak yang sebelumnya sangat penurut dan mudah diatur, menjadi anak yang tidak mau diarahkan dan ingin melakukan segala hal sesuai keinginannya sendiri.

Tak heran, banyak yang menyebut fase ini dengan istilah “terrible two”, karena pada usia ini anak masih sangat berpusat pada dirinya (egosentrik), keras kepala, serta belum mampu mengelolah emosinya dengan baik.

Kabar baiknya, sebenarnya pada usia ini anak sedang belajar menjadi manusia mandiri. Ia ingin menunjukkan eksistensi dirinya, bahwa ia merupakan individu yang memiliki ide, perasaan, dan keinginan yang mungkin berbeda dengan orang lain.

Pada fase ini pula, terjadi pertumbuhan serabut otak yang sangat drastis, sehingga anak menjadi lebih ingin mengeksplorasi dan mencoba-coba. Dengan kemampuan mengelola diri dan emosi yang belum matang pada usia ini, serta kemampuan untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan secara verbal yang masih terbatas,  perilaku yang menantang seperti memukul teman, berteriak, berbohong, tidak mau berbagi, merebut mainan, menangis dan merengek menjadi tantangan yang harus dihadapi hampir setiap hari.

Dalam menghadapi perilaku-perilaku tersebut, dibutuhkan orang tua dan pengasuh yang stabil secara emosional, mengayomi, hangat, fleksibel, dan konsisten. Apabila tantangan ini dapat dilalui dengan baik, pada umumnya anak sudah mulai dapat mengendalikan diri dan emosi pada usia 4-5 tahun.

Berikut hal yang diperhatikan untuk membantu anak dalam proses belajar menjadi “mandiri”:

1. Perilaku merupakan cara anak mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhannya, sehingga orang tua sebaiknya belajar menangkap makna atau sinyal yang ingin disampaikan oleh anak. Contohnya : Anak menangis dapat dilakukan untuk menunjukkan anak merasa terlalu lelah, sedih atau sebagai strategi agar keinginannya dipenuhi.

Dengan memahami makna dibalik perilaku anak, orangtua dapat merespon dengan lebih bijaksana. Contoh reaksi yang dapat dilakukan apabila perilaku muncul karena:

  • Frustrasi : tanggap membantu anak dalam mencari solusi terhadap masalahnya.
  • Memaksakan kehendak : tetap konsisten terhadap aturan dan konsekuensi, tetap tenang, jangan terbawa emosi (marah dengan membentak/memukul ).  
  • Mencari perhatian : abaikan perilaku selama tidak berbahaya, fokus pada perilaku yang diharapkan dan berikan pujian/ apresiasi pada perilaku tersebut.

2. Sesuaikan ekspektasi orangtua dengan kemampuan anak pada usia ini. Hindari terlalu banyak larangan atau aturan, berikan kesempatan eksplorasi, asalkan tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain, serta tidak merusak barang.

3. Orang tua juga perlu konsisten dalam penerapan aturan dan konsekuensi. Penerapan aturan yang tidak konsisten hanya akan sia-sia, bahkan akan memperparah perilaku.

Berikan contoh dan arahan yang spesifik,misalnya :
  • Ketika anak meminta sesuatu dengan nada memerintah / merengek, jangan segera memenuhinya, mintalah anak untuk meminta dengan baik (beri contoh). Apabila anak tetap merengek atau marah, orangtua sebaiknya tetap konsisten dan sampaikan “Ibu nggak mengerti kalau (nama anak) bicara sambil merengek atau marah, coba ngomong pelan-pelan supaya ibu ngerti”.
  • Saat anak merebut mainan teman, segera ingatkan “(nama teman) lagi main sama mobilan itu, (nama anak) tunggu ya, kita main yang lain dulu yuk sambil nunggu”.
  • Mendengarkan secara aktif untuk mencari win-win solution.
  • Keterampilan-keterampilan sosial seperti meminta maaf, menunggu, antri, dll, dapat juga dikenalkan dan diajarkan melalui kegiatan membacakan buku atau bermain dengan tema tersebut.

Demikian solusi yang bisa saya berikan, Semoga bisa membantu.

Paskalia Marlina Lumban Batu, S.Psi,M.Psi

Artikel Terkait :

  1. Kenalan Sama Fase “Terrible Two” Pada Anak Yuk!
  2. Saat Anak Dilanda “Badai” Emosi Negatif
Bagaimana Menurut Anda?
+1
1
+1
0
+1
0

Tag:

Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket