Orang tua yang protektif atau melindungi anak memang baik. Sebagai orangtua, kita selalu ingin memastikan bahwa anak-anak tumbuh dengan baik dan tidak ada suatu kekurangan apapun. Akan tetapi, alih-alih ingin melindungi anaknya, beberapa orang tua justru bersikap terlalu protektif. Lebih buruk lagi, orangtua sering tidak sadar bahwa dirinya telah bersikap terlalu protektif kepada anak-anaknya. Alasan yang sering terlontar adalah karena mereka ingin melindungi anak-anak agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan,pergaulan yang salah, dll.
Benarkah tindakan over protective ini demi kebaikan anak? Atau mungkin dampaknya malah tidak sesuai harapan?
Pada kenyataannya, sikap melindungi yang berlebihan ini pun kemudian membawa serangkaian dampak buruk kepada anak. Bahkan, sikap over protective ini bisa menghancurkan masa depan mereka. Buah dari sikap orangtua yang over protective adalah anak jadi pribadi yang susah mengambil keputusan, kurang percaya diri, malas berkompetisi, dan mudah menyerah. Anak-anak yang diberi perlindungan secara berlebihan juga rentan menjadi korban bullying dari teman-temannya. Pelaku bullying biasanya menindas anak-anak yang tidak memiliki rasa percaya diri.
Untuk memastikan bahwa kita tidak berlaku berlebihan kepada anak, kita sebaiknya introspeksi diri. Bagaimana cara kita memperlakukan anak selama ini? Apakah kita memberikan cukup kebebasan?
Setidaknya, ada 5 tanda sikap melindungi berlebihan yang dilakukan oleh sebagian besar orangtua.
1. Selalu Memastikan Anak Ada dalam Pantauan
Orangtua yang over protective selalu ingin tahu apa yang dilakukan anaknya. Oleh karena itu, mereka selalu menempatkan anak-anak dalam jangkauan mereka. Bahkan, kasus yang paling ekstrim ada juga orangtua yang selalu mengawasi ke mana anak pergi dan tidak berhenti menelpon anak ketika anak keluar rumah. Mereka akan selalu cemas ketika anak tidak bersama mereka. Jika hal ini sering Anda lakukan, ini tanda bahwa Anda adalah orangtua yang over protective.
Ada satu hal yang harus Anda ingat. Bertanggung jawab kepada anak memang baik. Akan tetapi, kalau Anda selalu berusaha keras untuk mengetahui semua detail yang dilakukan anak setiap hari, itulah yang menjadi masalahnya.
2. Tidak Menghargai Privasi Anak
Meski Anda adalah orangtua mereka, bukan berarti Anda berhak memeriksa buku harian atau seluruh isi kamarnya tanpa sebab atau memaksa anak membuka pintu kamar padahal mereka sedang tidak ingin diganggu. Posisikanlah diri Anda sebagai mereka, pada saat seusianya, Anda tentu tidak ingin ada orang lain mengusik privasi Anda bukan? Maka, hargailah privasi anak Anda sebagaimana dulu Anda ingin dihargai. Jika Anda bersikeras ingin tahu segalanya dengan cara memaksa, bisa dipastikan Anda adalah orangtua yang terlalu protektif.
3. Tidak Percaya pada anak
Jika Anda berpikir bahwa semua keputusan ada di tangan Anda tanpa memberi kesempatan anak-anak untuk ikut andil, bisa jadi bahwa Anda adalah orangtua yang over protective. Hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan anak-anak harus didiskusikan dengan mereka. Biarkan anak memilih apa yang baik dan tidak baik untuknya. Jika memang Anda merasa keputusannya salah, berdiskusilah dengan terbuka. Buat dia mengerti bahwa keputusan yang mereka buat salah.
4. Selalu Siap Sedia Membantu Anak
Karena tidak ingin melihat anak stress, orangtua selalu siap sedia membantu anak, bahkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya bisa dikerjakan sendiri oleh anak. Misalnya, ketika mengerjakan tugas sekolah, malah orangtualah yang mengerjakan semua tugasnya. Saat buku anak ketinggalan di rumah, orangtua juga yang panik dan sesegera mungkin mengantarkannya. Sesekali, orangtua juga harus “tega” kepada anak agar mereka belajar untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
5. Menuntut Anak untuk selalu Sempurna
Orangtua yang cemas berlebihan ketika anak-anak gagal meraih sesuatu adalah tanda bahwa ia termasuk orangtua over protective. Ingat, setiap anak perlu merasakan kegagalan. Biarkan mereka mengalami kegagalan dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Hal ini penting untuk masa depannya nanti. Jika ia berhasil keluar dari rasa bersalah dan penyesalan atas kegagalan, ia akan melakukan hal yang lebih baik ke depannya.
Tidak ada yang salah dengan melindungi anak, bahkan ini adalah kewajiban orang tua. Akan tetapi, mari kita ingat,bahwa telur ayam yang terlalu keras digenggam pun akan pecah. Memberikan anak-anak privasi dan kebebasan akan membuat anak pun belajar untuk menghargai kebebasannya dan bertanggung jawab.
Baca juga:
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini