Apakah anak Anda sering tantrum saat keinginannya terlambat dipenuhi?
Misalnya saja, saat ia ingin menonton video youtube, dan koneksinya tidak stabil, kemudian dia mulai marah-marah.
Atau, anak Anda termasuk tipe yang tenang dan tidak terlalu terpengaruh saat ada hal yang tidak sesuai dengan keinginannya?
Jika anak Anda termasuk tipe yang mudah terusik saat keinginannya terlambat dipenuhi, mungkin saja ia adalah seorang Instan Gratifier. Sedangkan jika anak Anda termasuk tipe yang tidak mudah terusik, mungkin saja ia seorang Patient Postponer. Apa sih bedanya?
Karakter Patient Postponer :
- Berorientasi pada tugas
- Seringkali membuat rencana ke depan dan menyelesaikan pekerjaan sebelum bersenang-senang
- Bukan seorang pembeli impulsif
- Selalu menabung untuk barang-barang yang diinginkan daripada membeli secara kredit
- Jarang merasa frustasi/marah ketika harus menunggu sesuatu atau saat rencana tidak berjalan dengan lancar
Karakter Instant Gratifier :
- Tidak berorientasi pada tugas
- Jarang membuat rencana kedepan dan sering menunda pekerjaan
- Sering menunda hal yang wajib demi melakukan hal yang disukai
- Seorang pembeli impulsif
- Tidak pernah menabung untuk hal yang diinginkan; sebaliknya, sering membeli secara kredit dan pembayarannya nanti.
- Sering frustasi/marah ketika harus menunggu sesuatu atau jika rencana tidak berjalan dengan lancar.
Kenapa anak bisa tumbuh menjadi seorang Instant Gratifier?
Dilansir dari psychologytoday, sebuah studi dilakukan pada 466 partisipan untuk mengetahui mengapa anak bisa tumbuh menjadi seorang Instant Gratifier. Hasilnya adalah bahwa seorang Instant Gratifier lekat dengan kebiasaan memanjakan anak atau disebut dengan childhood overindulgenced.
Jadi, secara garis besar, anak yang sering dimanja cenderung menjadi seorang Instant Gratifier. Sedangkan anak yang tidak dimanja cenderung tumbuh menjadi seorang Patients Postponer.
Mari kita pikirkan kembali, apakah kedua tipe ini mempengaruhi kehidupan anak kedepannya? Apakah interaksi orang tua, guru, atau anggota keluarga yang lain terhadap seorang Instan Gratifier mampu membuat perubahan? Atau, apakah kita bisa mengajarkan self-control pada anak dan merubah seorang Instant Gratifier menjadi Patient Postponer?
Baca Juga:
1. Biasa Memanjakan Anak, Pahami Dampak Buruknya!
2. Kuis : Benarkah Saya Memanjakan Anak?
Jawabannya adalah “Bisa”. Orang tua bisa mengajarkan self-control atau pengendalian diri untuk membantu seorang Instant Gratifier menjadi Patient Postponer. Beberapa tips berikut ini bisa Anda coba untuk membuat seorang Instant Gratifier menjadi Patient Postponer:
1. Berikan contoh perilaku pengendalian diri
2. Ajari anak untuk menetapkan tujuan dan mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Berikan pujian saat ia mampu mengendalikan diri dari sesuatu.
4. Ajak anak bermain permainan yang menggambarkan pengendalian diri. Misalnya puzzle, atau permainan lain yang melatih kesabaran.
5. Tahan dorongan untuk memanjakan anak. Misalnya memberi anak terlalu banyak, mengasuh anak berlebihan, hingga tidak memiliki aturan konsisten dalam kedisiplinan.
Menurut Walter Mischel, seorang psikolog yang mengenalkan Marshmallow Experiment, menyebutkan bahwa kemampuan pengendalian diri atau seorang Patient Postponer dapat terukur di awal kehidupan anak serta memiliki konsekuensi jangka panjang yang mendalam bagi kesehatan mental dan fisik selama rentang hidup. Jadi, penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak menjadi seorang Patient Postponer.
Untuk memahami hal ini lebih lanjut ikuti Kelas Online Membangun Karakter Anti Manja. Klik Poster untuk pendaftaran.
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini