Apakah Parents termasuk orangtua yang membelikan mainan boneka hanya untuk anak perempuan dan mobil-mobilan atau pesawat mainan untuk anak laki-laki?
Ya, selama ini ada stereotipe yang terbentuk dalam masyarakat, bahwa boneka adalah mainan khusus anak perempuan dan anak laki-laki tidak seharusnya main dengan boneka. Apa penyebabnya?
Stereotipe tentang pemilihan jenis mainan berdasar gender seperti itu terbentuk dari sudut pandang masyarakat yang mengkhawatirkan bahwa anak laki-laki yang main boneka akan tumbuh jadi “banci”, terlalu feminim, ataupun kekhawatiran lainnya yang terkait orientasi seksual anak nantinya.
Sebenarnya banyak psikolog anak yang menegaskan bahwa boneka bukan mainan khusus untuk anak perempuan. Boneka adalah mainan “lintas gender”. Masing-masing jenis mainan anak punya manfaat, dan menggolongkan mainan anak berdasarkan gender dapat membatasi anak dari manfaat yang sebenarnya dapat mereka peroleh dengan bebas.
Dr. Lauren Spinner psikolog perkembangan anak dari the University of Kent di Inggris mengungkapkan sebuah temuan studinya. Penelitiannya menyebut bahwa ketika mainan anak terlalu dibatasi, dunia anak-anak menjadi tidak hanya lebih terbagi, tetapi juga lebih terbatas.
Pandangan tradisional masyarakat menganggap mainan seperti balok-balok dan puzzle adalah mainan maskulin yang biasa untuk anak laki-laki. Padahal, jenis mainan tersebut mendorong keterampilan visual dan spasial, sementara mainan yang secara tradisi dianggap feminin seperti boneka, masak-masakan, sebenarnya mendorong ketrampilan sosial dan komunikasi.
Baca Juga:
Mengenalkan Konsep Gender pada Anak Usia Dini
Tahapan Perkembangan Seksual Anak
Jika anak-anak hanya bermain dengan satu jenis mainan saja, maka mereka kehilangan jenis keterampilan yang lain. Hal ini membatasi diri mereka sendiri dan ruang lingkup mereka di masa depan. Ketika anak-anak tumbuh besar, Dr. Spinner berkata, mereka cenderung menjadi lebih fleksibel tentang apa yang bisa dilakukan anak laki-laki dan perempuan.
Di antara usia 2 dan 3 tahun, anak-anak mengetahui apakah mereka laki-laki atau perempuan, hal ini berdasarkan teori Lawrence Kohlberg tentang perkembangan identitas gender. Di umur itu anak mengidentifikasi orang-orang di sekitar mereka sebagai laki-laki atau perempuan, lalu mengenali kebiasan-kebiasaan dan aturan yang berlaku untuk masing-masing gender.
Nah, jika anak masih berusia dibawah 3 tahun, mereka akan mencoba berbagai macam mainan yang menarik perhatiannya, termasuk boneka. Anak laki-laki pun bisa tertarik pada boneka karena bentuk dan teksturnya yang lembut serta memberikan rasa nyaman ketika dipeluk. Boneka pun punya manfaat yang lain termasuk untuk perkembangan imajinasi anak.
Pengalaman membuat perbedaan
Dr. Zimmerman, profesor psikologi di Shenandoah University Virginia menyebutkan bahwa gambar (gambar dari iklan ataupun tayangan tv, internet) dapat memperkuat stereotip dan membatasi pandangan anak-anak. Namun demikian, anak-anak secara aktif akan mencari petunjuk tentang apa arti identitas gender mereka; mainan dan permainan harusnya memberi anak-anak ruang, bukan mempersempit pilihan.
Hal yang terpenting adalah pesan yang diperoleh dari lingkungan anak-anak. Bagaimana kesempatan untuk bermain dengan mainan, dengan anak-anak lain dan dengan cara yang tidak terlalu ketat. Di sinilah peran orangtua sangat dibutuhkan.
Berikan bimbingan pada anak termasuk tentang permainan yang ia pilih, tanpa melarang dan membatasi anak terlalu ketat. Caranya? Orangtua bisa ikut bermain bersama anak, misalnya dengan bermain peran.
Jadi, apakah kita masih akan melarang anak laki-laki bermain dengan boneka, ataukah kita memberikannya kebebasan untuk memilih mainnya sendiri?
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini