Empathetic Listening Skill Wajib Bagi Ortu, Agar Anak Mendengarkan

05 September 2022

Mendengarkan dengan empati (Empathetic Listening) merupakan kemampuan yang sangat dibutuhkan oleh manusia, namun, tak satupun dari kita yang lahir dengan kemampuan ini dan langsung tahu bagaimana melakukannya.

Itulah mengapa tahapan bertumbuh dewasa butuh bertahun-tahun, karena begitu banyak yang harus dipelajari!

Mendengarkan dengan empati adalah cara yang ampuh untuk membangun kesadaran dan menumbuhkan kecerdasan emosional pada anak-anak.

Kesempatan untuk memiliki kemampuan mendengarkan dengan empati (empathetic listening) seringkali tersembunyi dalam berbagai emosi anak. Mulai dari amukan, penolakan, air mata, amarah, frustasi, kecemasan, kesedihan, kecemburuan, kebingungan. 

Betapapun menguras dan menjengkelkannya situasi ini, emosi tersebut kaya dengan pelajaran yang perlu dipelajari semua anak untuk menjadi orang dewasa yang sehat, mumpuni, dan berkembang. Seperti halnya banyak kehidupan lainnya, cara terbaik untuk belajar sering kali berada di tengah-tengah kekacauan.

Ketika anak Anda sedang sedih, marah, atau bingung, mendengarkan dengan empati dapat membantu Anda memahaminya dan membantu ia melewati perasaan tersebut. 

Situasi yang anak alami mungkin terdengar “remeh” bagi orang dewasa. Namun, ada hal yang jauh lebih penting daripada memahami situasinya, dan itu adalah memahami perasaan mereka. Inilah yang dimaksud mendengarkan dengan empati

Apa itu mendengarkan dengan empati (Empathetic Listening)?

Mendengarkan dengan empati berarti benar-benar mendengarkan apa yang anak Anda rasakan. Ketika Anda mendengarkan dengan penuh empati, hubungan antara Anda dan anak akan semakin dalam, begitu juga dengan kesadaran diri mereka yang mulai tumbuh.

Intinya adalah ketika anak merasa lebih dekat dengan Anda dan merasa lebih dipahami, kapasitas Anda untuk membimbing dan didengarkan oleh mereka akan jauh lebih besar. 

Saat mereka merasakan cinta, kehangatan, dan pengertian orang tua, emosi negatif yang ada dalam diri mereka akan mulai mereda. 

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua ?

Berikut adalah prinsip dasar untuk mendengarkan dengan empati. Tujuannya adalah untuk memahami apa yang anak Anda rasakan, tanpa menghakimi, tanpa niat untuk selalu memperbaiki situasi yang dihadapi atau kekeliruan yang ia lakukan. 

1. Terbuka terhadap semua informasi yang datang kepada Anda.

Mendengarkan dengan empati melibatkan pengumpulan informasi apa pun yang Anda butuhkan untuk disesuaikan dengan pengalaman anak Anda. 

Gunakan mata Anda untuk memperhatikan bahasa tubuh, gerak tubuh atau ekspresi wajah mereka, telinga Anda untuk mendengar kata-kata mereka; imajinasi Anda mencoba melihat sesuatu dari posisinya; dan hati Anda – Anda sudah memiliki hubungan yang dalam dengan anak dan Anda mengenal mereka lebih baik daripada siapa pun – gunakan hati Anda untuk merasakan apa yang mungkin mereka rasakan.

2. Refleksikan dengan lembut.

Setelah memiliki informasi, bagikan dengan anak Anda, dengan cara yang lembut dan tidak menghakimi. Yang dibutuhkan anak Anda lebih dari segalanya adalah merasa didengarkan. Ada kelegaan manis yang akan datang ketika mereka menyadari bahwa Anda ‘mendapatkannya’.

3. Tanggapi perasaan di balik kata-kata yang diucapkan anak

Tanggapi perasaan di balik perilaku tersebut. Ketika hal-hal emosional terjadi, tidak ada gunanya bersikap logis atau mencoba menjelaskan perasaan mereka yang tidak masuk akal. 

Gunakan pertanyaan yang bijaksana, terbuka, dan empatik untuk mengundang pemikiran dan pertimbangan yang lebih dalam: “Apa yang kamu rasakan saat itu terjadi?”

Ingatkan diri Anda bahwa mendengarkan dengan penuh empati dan penuh hormat adalah hadiah yang dapat Anda berikan, dan itu tidak berarti kita selalu setuju dengan yang anak lakukan. 

 

4. Memberi nama pada emosi yang mereka rasakan

Memberi nama pada emosi dapat menenangkan sistem saraf dan membantu anak-anak menemukan jalan kembali dari emosi yang menguasainya. 

Agar berfungsi dengan sehat, otak kanan yang berfungsi secara emosional dan otak kiri yang bertanggung jawab atas pemikiran logis perlu tetap terhubung dan bekerja sama. 

Otak kiri dominan dalam logika dan bahasa — sehingga memberi struktur logis dan makna pada pengalaman emosional otak kanan. Ketika ada gelombang pasang emosional, otak kanan ‘terputus’ dari kiri. Kondisi ini adalah saat segala sesuatunya terasa di luar kendali.

Namun, saat Anda menyebutkan apa yang mungkin anak alami, hal ini sama seperti ‘meminjamkan’ otak kiri Anda dengan memberikan kata-kata yang akan memberi struktur dan makna pada perasaan mereka.

“Mama tahu, kamu ingin terus bermain, kan?  Kamu belum siap berkemas. Kedengarannya membuat kamu frustasi. Mama juga akan frustasi jika harus berhenti melakukan sesuatu yang ingin terus Mama lakukan. “

Memberikan nama pada emosi yang terjadi pada anak seperti menyalakan lampu untuk mereka. Dengan begitu anak bisa mulai memahaminya, menahannya, dan mulai menghadapinya. Menyebutkan perasaan juga membantu anak menyadari bahwa mereka tidak sendiri dan bahwa ada perasaan yang dialami setiap orang dari waktu ke waktu.

Dengan menyebutkan perasaan yang mungkin mereka rasakan, Anda membantu memperluas kosakata emosional mereka. Anak mungkin ‘marah’ – atau mereka mungkin frustasi, kelelahan, cemburu, geram. Semakin banyak kesadaran yang mereka miliki tentang pengalaman emosional, semakin besar kapasitas yang mereka miliki untuk mengidentifikasi perasaan tersebut pada orang lain. Kesadaran emosional adalah detak jantung dari kecerdasan emosional dan ketika kesadaran emosional berkembang, kecerdasan juga akan berkembang.

Terkadang akan ada emosi campur aduk — dan Anda bisa memberitahu anak bahwa itu  tidak apa-apa.

Emosi yang berbeda dapat dirasakan di tempat yang sama pada waktu yang sama. Misalnya, seorang anak mungkin menjalani liburan yang luar biasa, tetapi tanpa salah satu orang tuanya. Mereka kemungkinan akan merasa sangat bersemangat, tetapi juga sedikit sedih, dan mungkin sedikit cemas atau bersalah karena meninggalkan orang tua satunya. 

Jika Anda dapat menyebutkan apa yang Anda lihat, rasakan, atau pikirkan, dan yakinkan mereka bahwa tidak masalah untuk merasakan perasaan yang berbeda pada saat yang sama – Anda akan memberi anak kehadiran yang kuat, dan penuh kasih yang dibutuhkan oleh mereka. 

Satu hal yang perlu diingat dalam membantu anak memberikan nama pada emosi adalah bahwa anak itu pintar. Saat Anda mencoba membaca emosi anak, mereka juga akan membaca tujuan Anda. Berhati-hatilah dengan informasi yang Anda kirimkan kepada mereka – suara Anda, postur tubuh Anda, kata-kata yang Anda gunakan, jarak antara Anda. Cobalah untuk memperlambat segalanya, posisikan diri Anda sehingga mata Anda sejajar dengan mata anak, dan bersamanya pada saat itu.

5. Anda tidak perlu memperbaiki apa pun.

Perasaan tidak selalu tampak masuk akal, tetapi selalu memiliki alasan yang kuat untuk membuat seseorang berada di sana. Anda tidak perlu memperdebatkan fakta atau menunjukkan alasan mengapa mereka ‘tidak seharusnya’ merasa seperti itu. Anda tidak perlu memperbaiki apa pun. Ketika anak merasa didengar dan dipahami, hubungan mereka dengan Anda akan semakin dalam, emosi anak yang besar perlahan akan kembali tenang, pengaruh Anda akan melebar dan ‘perbaikan’ akan terjadi dengan sendirinya.

Dan akhirnya …

Betapapun rumitnya tanggapan atau perilaku mereka, anak-anak tidak pernah melakukan apa pun untuk menjadi ‘anak yang buruk’. Perasaan (emosi) yang kuat memang sangat membebani, dan perlu waktu untuk mempelajari cara mengelolanya. Bahkan sebagai orang dewasa, akan ada hari-hari di mana emosi yang kuat menjadi pemenangnya.

Ketika Anda mendengarkan dengan penuh empati, anak akan merasa didengarkan dan dipahami. Mereka merasakan dukungan Anda dan ketika mereka memahami semua ini, mereka siap mendengarkan Anda dan terbuka untuk menerima nasehat Anda. Cara terbaik untuk didengar adalah dengan mendengarkan. Perasaan yang dirasakan oleh anak tidak harus masuk akal bagi Anda — tetapi jika Anda dapat membuat perasaan mereka menjadi masuk akal bagi Anda sebagai orang tua — inilah yang luar biasa bagi anak.

Baca Juga:

  1. Mudahnya Membuat Anak “Mendengarkan” Ortu
  2. Anak “Caper” : Memahami Perilaku Negative Attention
Bagaimana Menurut Anda?
+1
16
+1
8
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket