Kesedihan mendapat “stigma” yang buruk dalam masyarakat. Di banyak tempat dan media, Anda akan menemukan beragam pilihan untuk menghindari kesedihan dan menjadi “lebih bahagia.” Media sosial bisa jadi salah adalah penyebab utama. Instagram misalnya, seolah memfasilitasi kita untuk menunjukkan kepada dunia hanya hari-hari kita yang paling bahagia.
Anggapan yang ada, “kebahagiaan” yang nampak di media sosial dan dalam kehidupan sehari-hari, telah menjadi indikator kesuksesan, sementara kesedihan telah menjadi indikator kegagalan atau penyakit.
Lalu, pertanyaan selanjutnya: “Benarkah sedih itu tidak sehat? Haruskah kesedihan tidak ada dalam hari-hari kita, dan sesuatu yang harus dilenyapkan ketika kita merasakannya?”
Ini tentu hal yang keliru. Sedih, seperti halnya bahagia adalah emosi yang boleh kita rasakan, dan justru diperlukan untuk kesehatan mental kita.
Ada mitos-mitos yang kerap dipercaya terkait rasa sedih, berikut adalah penjelasan mengapa hal-hal tersebut sebenarnya hanya anggapan orang.
Mitos: Sedih = Depresi
Menyamakan kesedihan dengan depresi adalah salah satu kesalahan nomor satu yang banyak orang lakukan ketika menjelaskan tentang hal yang mereka rasakan.
Kebanyakan psikolog akan setuju bahwa menjadi sedih adalah indikator bahwa sesuatu yang menyakitkan telah terjadi dalam hidup Anda – biasanya berupa kehilangan atau luka emosional.
Jika Anda sudah menjalin hubungan selama bertahun-tahun dan tiba-tiba berakhir, tentu saja Anda akan merasa sedih dengan kehilangan itu. Atau saat seseorang meremehkan atau menolak Anda, masuk akal bahwa Anda akan merasa sedih dan terluka.
Kenyataanya, kesedihan adalah respons emosional yang sehat terhadap rasa sakit dan kehilangan, yang menandakan perlunya perhatian serta kasih sayang dari diri sendiri dan orang lain.
Sedangkan depresi adalah gangguan klinis, di mana seseorang tidak hanya sedih. Berbeda dengan kesedihan, orang yang berjuang dengan depresi memiliki konsep diri yang sangat buruk dan sering berpikir bahwa dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika mereka tidak ada. Depresi bukanlah kesedihan tetapi seringkali melibatkan banyak kesedihan yang belum diatasi atau diungkapkan.
Mitos: Menunjukkan kesedihan adalah tanda kelemahan
Kenyataanya, kesedihan adalah salah satu emosi terkuat kita, karena ketika diungkapkan, emosi itu akan “menarik” orang lain. Kesedihan adalah emosi yang paling sering dapat menimbulkan empati dan perhatian dari orang lain.
Bayi yang menangis — ia tidak memiliki cara lain untuk mengomunikasikan kebutuhannya selain dengan mengungkapkan kesedihan.
Baca Juga:
- Apa Sih Bedanya Sedih dan Depresi yang Dialami Oleh Anak?
- Cabin Fever Tidak Akan Menyerang, Ini Syaratnya!
- Depresi pada Orang Tua Akan Berdampak Buruk pada Anak
Banyak ahli yang berpendapat bahwa kita, manusia (homo sapiens) sebagai spesies — tanpa cakar atau racun atau pertahanan alami lainnya– telah bertahan dan berkembang karena kemampuan kita untuk membaca, merespons, dan mengelola emosi satu sama lain sebagai satu kelompok.
Mengkomunikasikan emosi kita satu sama lain untuk secara efisien mengelola emosi yang kuat sebagai kelompok adalah kekuatan terbesar kita sebagai satu spesies. Gagal mengungkapkan kesedihan membuat Anda kehilangan karunia evolusi ini.
Mitos: Jika Anda membiarkan diri Anda sedih, Anda akan terjebak dalam kesedihan selamanya.
Orang-orang percaya bahwa mereka dapat melawan emosi dan tidak menunjukkannya agar tidak terjebak dalam emosi tersebut. Kadang-kadang orang mengalami kesulitan memahami dan merespons kesedihan yang mereka rasakan secara efektif karena mereka percaya mitos di atas, bahwa sekali merasakan kesedihan anda akan terjebak selamanya.
Sebagai contoh, Bapak Arif, ia merasa tidak bisa merasakan bahagia atau apa pun setelah kelahiran anaknya. Bapak Arif sebenarnya merasa sedih dan bingung dengan cara menjadi ayah yang baik sambil menyeimbangkan tuntutan pekerjaan yang sangat sibuk.
Ia merasa bersalah memiliki perasaan-perasaan ini karena selama ini dia diajarkan untuk tidak seharusnya merasa sedih karena itu adalah tanda kelemahan dan hanya akan menyebabkan depresi.
Kenyataanya, ketika seseorang mengungkapkan kesedihannya dan menerima dukungan, maka perasaan itu akan berlalu. Kesedihan tidak lagi dibutuhkan. Semua emosi berlalu ketika kita menanggapinya dengan bertindak secara efektif. Rasa sedih pun begitu.
Lalu Bagaimana Jika Seseorang Menangis Tanpa Sebab?
Ketika tiba-tiba menangis, Anda mungkin akan bertanya-tanya, “Mengapa aku menangis tanpa alasan?” Anda mungkin penuh dengan emosi dan Anda sepertinya tidak bisa menjelaskan penyebabnya. Mungkin, Anda tidak ingin menangis atau merasa tidak merasakan tingkat emosi yang biasanya membuat Anda menangis, jadi apa penyebab kita bisa menangis tanpa sebab?
Mengapa Saya Menangis Tanpa Alasan?
Pertama, menangis itu wajar. Namun, jika Anda mendapati diri Anda mengalami tangisan yang tidak terduga untuk sesuatu yang tampaknya tanpa alasan, masuk akal jika Anda ingin tahu alasannya. Kemungkinan penyebab tangisan yang terkesan random atau tidak dapat dijelaskan adalah :
1. Depresi
Salah satu alasan paling umum seseorang menangis karena sesuatu yang tampaknya tidak beralasan adalah depresi. Orang yang mengalami depresi dapat memiliki perasaan putus asa dan kesedihan yang bertahan selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Depresi mungkin situasional dan sementara, spesifik untuk suatu kejadian atau skenario, dan mereka yang mengalami depresi klinis mungkin merasa mati rasa dan kosong secara emosional atau mengalami gejala berkelanjutan lainnya. Menangis berlebihan , adalah gejala depresi yang mungkin dan dapat dikenali.
2. Premenstrual Syndrome (PMS)
Banyak perempuan yang mengalami menstruasi mungkin mengalami peningkatan tangisan dan tanda-tanda stres lainnya sebelum memulai masa mensturasi mereka karena hormon yang berfluktuasi dengan cepat dan faktor lainnya. Ini sering merupakan gejala PMS. Gejala-gejala menstruasi ini mungkin nampak sangat parah bagi mereka yang hidup dengan gangguan disforik pramenstruasi (PMDD) yang didiagnosis atau tidak terdiagnosis. Jika Anda dapat mencatat dan mengenali siklus Anda, mungkin akan membantu karena Anda akan tahu apa yang bisa terjadi dari gejala PMS dan bagaimana hal itu bisa mempengaruhi Anda.
3. Burnout
Apakah Anda mengalami stres atau perasaan cemas yang intens? Jika ya, ini bisa berhubungan dengan tangisan tanpa sebab yang anda alami. Sementara stres dapat membahayakan tubuh dengan berbagai cara, penelitian menunjukkan menangis itu sehat dan dapat menjadi respons restoratif terhadap stres. Namun tetap saja, stres yang berkelanjutan bukanlah hal yang baik; penting untuk menemukan sumber stres Anda dan mengurangi atau menghilangkannya jika memungkinkan.
Pada situasi ini, menangis tidak lagi menjadi hal yang melegakan dan menyehatkan. Akan lebih baik untuk menemui seorang profesional medis yang dapat membantu mendiagnosis masalah dan menyarankan perawatan yang tepat.
Kesedihan, seperti semua emosi kita, adalah sehat dan dimaksudkan untuk membantu kita merespons diri sendiri, orang lain, dan dunia yang lebih luas di sekitar kita.
Jika Anda memang mengalami kesulitan untuk mengatasi rasa sedih, kesulitan memahami mengapa Anda sedih atau apa yang mungkin terjadi dalam hidup Anda, jangan ragu, berkonsultasilah dengan psikolog untuk mendapatkan bantuan yang tepat.
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini