Berhenti Berteriak Bukan Berarti Berhenti Mendisiplinkan Anak

Memukul atau menjewer anak, menurut penelitian, jelas tidak baik untuk mendisiplinkan anak-anak. Tapi bagaimana dengan berteriak? Setiap orang tua melakukannya di beberapa titik, namun seberapa buruk akibatnya ?

Sangat buruk, ternyata.

American Academy of Pediatrics mengatakan bahwa berteriak dapat meningkatkan hormon stres anak-anak dan menyebabkan perubahan struktur otak kecil mereka yang sebenarnya. Hal ini dapat menyebabkan lebih banyak jenis perilaku yang sebenarnya tidak diinginkan oleh orang tua. Selain itu, tidak ada orang tua yang suka berteriak.

Lalu bagaimana? Bagaimana Anda mencegah diri Anda untuk berteriak, terutama jika itu sudah menjadi kebiasaan? Dan apa yang dapat Anda lakukan agar anak-anak benar-benar mendengarkan?

Efek Berteriak

Jika Anda pernah dimarahi, Anda tahu bahwa suara keras tidak membuat pesan lebih jelas. Anak-anak Anda tidak berbeda. Berteriak akan membuat mereka mengabaikan dan disiplin akan lebih sulit, karena setiap kali Anda meninggikan suara, anak-anak kurang bisa memproses apa yang Anda bicarakan (minta).

Penelitian dari  National Institute of Health menunjukkan bahwa berteriak membuat anak lebih agresif, secara fisik dan verbal. Berteriak secara umum, dianggap sebagai satu ekspresi kemarahan. Kerap membuat anak-anak kaget, takut hingga trauma. 

Berteriak kepada anak juga terbukti memiliki efek jangka panjang, seperti kecemasan, self-esteem rendah, dan peningkatan agresi. Anak-anak yang punya masalah dengan kepercayaan diri dan kecemasan, lebih rentan menjadi korban bullying.

Apakah Anda Terlalu Sering Ingin Berteriak ?

Jika Anda merasa terlalu sering marah dan kerap ingin berteriak, atau Anda kesulitan mengendalikan amarah Anda, kemungkinan besar Anda mempunyai masalah dalam anger management atau pengendalian kemarahan.  Maka, langkah pertama adalah belajar mengelolanya.

Ini akan membantu Anda merasa lebih baik pada diri sendiri dan berkomunikasi dengan cara yang lebih tenang dan penuh kasih dengan anak-anak Anda.

Menurut American Association for Marriage and Family Therapy, beberapa tanda yang menunjukkan masalah anger management: 

  • Marah besar dan berkepanjangan karena masalah sepele.
  • Mengalami gejala yang berhubungan dengan stres seperti tekanan darah tinggi, sakit perut, atau kecemasan.
  • Merasa bersalah dan sedih setelah melampiaskan kemarahan, namun kemudian mengulang hal yang sama. 
  • Kerap terlibat konflik dengan bermacam- macam orang dengan beragam penyebab.  

Cara berhenti berteriak tapi tetap mendisiplinkan anak

Jadi bagaimana agar dapat berhenti berteriak kepada anak , tetapi juga tidak berhenti mendisiplinkannya ?

  1. Beri Diri Anda “Waktu Istirahat”

Sebelum Anda menjadi begitu marah, kehilangan kendali dan meninggikan suara Anda, cobalah untuk menjauh dari hal yang membuat Anda marah. Dengan cara ini Anda memberi diri kesempatan untuk berpikir ulang. Menarik napas dalam-dalam juga dapat membantu Anda menenangkan diri.

Cara ini mengajari juga anak-anak Anda tentang batasan dan mengelola emosi yang kuat dengan cara yang sehat.

2. Bicarakan tentang emosi

Kemarahan adalah perasaan normal yang bisa dipelajari jika dikelola dengan benar. Dengan mengakui semua emosi, baik itu gembira, sedih, marah, cemburu, dan frustasi, — anak-anak kita dapat belajar bahwa tidak ada yang salah dengan merasakan emosi-emosi tersebut. 

Bicarakan tentang perasaan Anda dan dorong anak Anda untuk melakukan hal yang sama. 

Ini akan membantu mereka mengembangkan sikap hormat terhadap diri sendiri dan orang lain dan membentuk hubungan yang sehat dalam hidup.

3. Tangani perilaku buruk dengan tenang, tapi tegas

Anak-anak terkadang berperilaku buruk. Ini adalah bagian dari tumbuh dewasa. Bicaralah dengan mereka dengan tegas, namun tetap penuh rasa hormat dan kasih sayang. 

Turunkan tubuh kita agar sejajar tingginya  dengan anak,  saat berbicara dengan mereka, alih-alih memandang mereka dari atas seperti raksasa . Dan dukunglah saat anak mencoba mencari pemecahan masalahnya sendiri.

4. Gunakan konsekuensi, Bukan Ancaman

Menurut Barbara Coloroso, penulis “Kids Are Worth It!“,  Menggunakan ancaman dan hukuman menciptakan lebih banyak perasaan marah, kebencian, dan konflik. Dalam jangka panjang, hal itu mencegah anak Anda mengembangkan disiplin batin.

Ancaman dan hukuman kerap kali membuat anak merasa malu dan tidak dihargai, ini juga membuat mereka merasa tidak aman. 

Di sisi lain, konsekuensi tetap dibutuhkan. Tetapi konsekuensi “alami” — seperti mengambil mainan setelah menjelaskan bahwa mainan itu untuk dimainkan, bukan untuk dipukul,– membantu anak-anak membuat pilihan yang lebih baik.

Apa yang harus dilakukan jika kita terlanjur sering berteriak ?

Seringkali,seberapapun bagusnya strategi parents untuk mencegah agar tidak berteriak kepada anak, akan ada saatnya kita kehilangan kontrol dan itu  SANGAT WAJAR.
Tidak apa-apa. Akuilah kesahan kita dan meminta maaf kepada anak sangat disarankan ketika menemui situasi ini. 

Parents juga perlu menjelaskan kepada anak apa yang membuat Anda kehilangan kontrol, agar anak memahami dan kelak ia akan belajar juga untuk melakukan hal yang sama jika ia berteriak untuk melampiaskan kemarahan. 

Mulailah dengan berbicara terus terang dengan anak-anak Anda tentang kesalahan berteriak dan mengapa menunjukkan kemarahan Anda seperti itu tidaklah sehat.

Jadikan rumah Anda lingkungan yang lebih tenang, dimana setiap anggota keluarga dapat berkomunikasi dengan rasa hormat dan mengakui perasaan satu sama lain tanpa menyalahkan, mempermalukan, atau menghakimi. 

Baca Juga:

  1. Hadapi Anak – Anak yang Hobi Berteriak
  2. Bukan Berteriak, Inilah 6 Cara Efektif Membangunkan Anak untuk Sekolah
Bagaimana Menurut Anda?
+1
14
+1
2
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket