“Yah, Nenek kenapa sudah nggak pernah datang ke rumah lagi?
DEG. Bayu, ayah dari Gina (3 tahun) terkejut dan sedikit sedih ketika harus menjawab pertanyaan ini. Pasalnya, nenek yang dimaksud oleh Gina adalah ibu dari Bayu yang baru meninggal 1 minggu lalu.
Gina memang menghadiri pemakaman neneknya, tetapi ia belum paham dan keluarga tidak sempat menjelaskan dengan baik, hanya mengatakan “Nenek pergi ke surga.”
Bayu khawatir, menjelaskan soal kematian akan melukai perasaan anaknya. Tapi, apakah benar tabu bagi orangtua untuk menjelaskan soal kematian kepada anak?
Kematian adalah hal yang sulit bagi semua orang khususnya anak-anak. Anak masih sangat awam dan lugu. Mereka bahkan belum paham tentang konsep kehidupan dan banyak yang belum memahami tentang kematian. Lalu bagaimana menjelaskannya kepada anak-anak?
Ashleigh Schopen, spesialis anak dari RS anak di Philadelphia, dilansir dari parents.com, mengatakan bahwa, anak perlu disiapkan untuk memahami tentang kematian sejak dini. Bahkan sebelum mereka mengalami dalam kehidupannya.
Bagaimana menjelaskan tentang kematian pada anak?
Angkat Topik Kematian dari Siklus di Alam
Parents bisa mulai menjelaskan tentang konsep kematian pada anak dari siklus di alam. Misalnya, tentang tanaman dan hewan. Tunjukkan pada anak saat tanaman seperti buah yang dulu terlihat segar, namun sekarang mulai membusuk. Atau tunjukkan pada anak saat ada capung atau serangga lain yang mati di beranda rumah.
Cara seperti ini adalah cara terbaik untuk memunculkan topik tentang kematian pada anak, saran dari Juddith Simon Prager, Ph.D, seorang ahli pengobatan alternatif (homeopathy) dan rekan penulis buku Verbal First Aid. Prager juga menyarankan, bahwa topic tentang kematian bisa diawali dari hal-hal sederhana. Misalnya, gelembung sabun yang pada akhirnya juga akan hilang.
Semakin sering orangtua menjelaskan tentang konsep kematian pada anak, semakin mudah anak memahami dan menerima saat kematian menghampiri salah satu anggota keluarga.
Kabarkan Berita Kematian secara Langsung
Saat anak menghadapi kematian dalam hidupnya. Misalnya kematian salah satu hewan peliharaan, atau bahkan kematian salah satu anggota keluarga. Kabarkan berita kematian itu secara langsung. Kabarkan berita tersebut dengan jelas.
Misalnya, saat nenek meninggal. Parents bisa mengajak anak ke tempat tenang kemudian katakan padanya, “Nak, nenek hari ini meninggal”. Lanjutkan dengan, “Saat seseorang meninggal, tubuh mereka berhenti bekerja, mereka tidak bisa makan, berjalan dan bermain lagi”. “ Kamu tidak bisa melihat kakek lagi.”
Setelah mengatakan hal tersebut, mungkin anak akan merespon dengan, “Memangnya tubuh kakek tidak bisa diperbaiki ya mah?” Parents bisa menjawabnya dengan, “Saat tubuh seseorang berhenti bekerja, maka tidak bisa dimulai lagi”, ini adalah saran Jill Macfarlane, direktur program The Sharing Place, sebuah organisasi yang membantu anak-anak mengatasi kematian orang-orang yang dicintai.
Namun, kadang anak-anak tidak banyak merespon saat Parents memberitakan tentang kematian anggota keluarga. Mungkin juga anak-anak tidak menangis walaupun melihat orang lain menangis. Eileen Kennedy-Moore, Ph.D, penasihat parenting, menjelaskan bahwa anak-anak kadang tidak banyak merespon karena tingkat emosi mereka berbeda dengan orang dewasa. Sehingga Parents tidak perlu khawatir jika anak justru tidak banyak merespon.
Hindari Eufimisme
Hindari menjelaskan kematian dengan eufimisme. Kebanyakan Parents menjelaskan kepada anak tentang kematian sebagai seseorang yang pergi ke surga, karena Tuhan sayang pada orang tersebut. Atau Parents menjelaskannya dengan, “Sekarang kakek sedang tidur panjang”. Penjelasan seperti ini justru akan membuat anak-anak menjadi lebih bingung.
Jangan Biarkan Anak Menyalahkan Dirinya
Pastikan anak tidak berpikir bahwa kematian seseorang adalah salahnya. Anak-anak pra-sekolah kadang menganggap segala sesuatu yang berdampak serius itu karena salahnya. Parents harus meyakinkan mereka bahwa kematian bukanlah salahnya.
Barbara Coloroso, penulis buku “Parenting Through Crisis: Helping Kids in Time Loss”, menjelaskan bahwa, kadang anak-anak menyalahkan diri mereka sendiri. Mungkin anak-anak telah berpikir sesuatu yang buruk tentang kakek atau nenek, dan karena dia berpikir demikian kakek meninggal.
Jelaskan pada anak-anak bahwa saat seseorang meninggal, tidak ada hal yang bisa dilakukan. Bahkan orang dewasa pun tidak bisa melakukan apapun untuk membuat yang meninggal kembali.
Beri Perhatian Lebih
Beberapa hari setelah kematian salah satu anggota keluarga, atau hewan piliharaan kesayangan, usahakan untuk selalu dekat dengan anak. Khususnya pada aktivitas sehari-hari anak. Misalnya, usahakan untuk mengantarnya berangkat sekolah. Mintalah bantuan pada saudara untuk mengantar sekolah saat Parents berhalangan.
Kemungkinan anak-anak masih menanyakan tentang apa yang sedang terjadi pada kakek, nenek atau hewan kesayangannya. Pertanyaan tersebut bisa berulang-ulang.
Perilaku seperti ini bukan karena anak-anak ingin penjelasan yang lebih mendalam. Mereka hanya membutuhkan penjelasan yang konsisten. Yaitu penjelasan yang sama sakitnya saat Parents menjelaskan pada awal kematian. Hal ini membantu anak-anak memahami tentang kematian itu sendiri.
Jujur tentang Kesedihan
Hal yang sulit setelah menjelaskan kepada anak tentang kematian salah satu anggota keluarga adalah menghadapi pertanyaan-pertanyaan mereka. Untuk saat ini, mungkin Parents merasa sangat sedih. Karena perasaan kehilangan yang Parents rasakan juga belum pulih.
Dr. Kennedy menjelaskan bahwa, orangtua tidak perlu menutupi kesedihan dari anak-anak dan bersikap seolah-olah baik-baik saja. Sebaliknya tunjukkan kesedihan yang parents alami. Tunjukkan saat Parents menangis dan katakan mengapa anda menangis. Katakan juga bagaimana caranya agar tidak sedih lagi. Misalnya, “Mama sedih kehilangan kakek, dan mama butuh pelukkan”.
Hadapi Pemakaman
Apakah anak boleh ikut ke pemakaman? Jawabannya adalah boleh. Schopen menjelaskan bahwa, orangtua boleh membawa anak-anak ke pemakaman hanya jika mereka benar-benar ingin ikut.
Namun siapkan anak-anak menghadapinya. Jelaskan pada mereka bagaimana pemakaman itu. Apa saja yang akan dilihat anak. Mintalah bantuan saudara untuk mengawasi anak saat di pemakaman. Jika diperlukan, jauhkan anak saat upacara pemakaman berlangsung. Hal ini hanya agar orangtua khusuk berdoa.
Tujuan membawa anak ke pemakaman salah satunya adalah agar Parents tegar menghadapi kehilangan anggota keluarga, terutama bila itu orangtua Parents sendiri. Dengan membawa anak saat pemakaman, Parents akan merasakan dua hal sekaligus yaitu kesedihan dan kebahagiaan. Hal ini akan membantu Parents menghadapi pemakaman.
Masa Penyembuhan
Setelah proses panjang menghadapi kematian salah satu anggota keluarga. Saat nya masa penyembuhan.
Bantu anak untuk tetap mengingat orang yang telah meninggalkannya. Dr. Kennedy-Moore menyarankan untuk menggambar seseorang yang telah pergi. Atau letakkan foto mereka di meja. Sehingga saat orangtua dan anak siap, bisa melihat foto anggota keluarga yang telah meninggal.
Bangkit dari kesedihan memang butuh proses cukup lama. Namun, kita bisa menghadapinya bersama dengan anak.
Tidak mudah memang menjelaskan konsep kematian kepada anak. Butuh proses dan waktu yang tidak sebentar.
Oleh karena itu, sebaiknya Parents mulai menjelaskan konsep kematian sejak dini. Hal ini mencegah timbulnya kebingungan atau ketakutan dan trauma saat kematian benar-benar terjadi dalam kehidupan anak. Persiapan dari awal akan lebih bijak dilakukan.
Baca Juga:
- Bicara Sejak Dini dengan Anak Tentang Bahaya Rokok
- Anak Sering Melukai Diri Sendiri? Pelajari Penanganannya
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini