Anda telah menutup stopkontak, menyingkirkan cairan-cairan beracun, dan mengunci kotak yang berisi obat-obatan. Anda mencoba melakukan semua yang Anda bisa untuk menjaga agar rumah agar aman dari berbagai hal yang dapat mencelakakan anak.
Tetapi apakah sudah semua jenis keamanan kita perhatikan?
Umumnya, fokus orang tua adalah keamanan secara fisik, karena lebih mudah untuk dipahami dan diperiksa. Namun, sebenarnya ada keamanan emosional (emotional safety) yang sama pentingnya, tapi sering terlupakan oleh orang tua.
Konsep emotional safety atau rasa aman emosional seperti memelihara tanaman. Tanaman tumbuh subur ketika kondisi yang tepat terpenuhi. Jika tanaman terlihat layu, kita akan secara intuitif mencari tahu apa penyebabnya, dan membuat kondisi yang sesuai agar tanaman bisa tumbuh dengan baik.
Kita akan bertanya pada diri sendiri apa yang mungkin mereka butuhkan untuk berkembang. Apakah mereka membutuhkan lebih banyak air atau mungkin matahari?
Hal yang sama dengan anak, hanya saja pertumbuhan anak tentu lebih rumit. Tetapi kita bisa mencoba memahami, tentang peran emosi dan perasaan serta pengaruhnya untuk perkembangan anak.
Berkenaan dengan anak Anda, keamanan emosional berarti dia merasa cukup aman untuk menjadi rentan. Menurut psikolog Don Catherall, individu dalam hubungan yang aman secara emosional lebih cenderung puas dibandingkan dengan mereka yang berada dalam hubungan yang tidak aman secara emosional.
Konsep keamanan emosional terkait dengan penelitian Stephen Porges dan Don Catherall. Studi Porges telah menunjukkan bahwa kita semua memiliki kebutuhan alamiah untuk rasa aman yang terhubung ke dalam diri kita dan bahwa ketika kita merasa tidak aman secara emosional, sistem saraf kita masuk ke sistem pertahanan.
Tidak adanya emotional safety dapat menyebabkan ketidakseimbangan neurologis dan perilaku sosial, emosional dan komunikasi yang kurang.
Catherall menyarankan bahwa perlu ada ‘keterikatan’ dan ‘penghargaan’ sebelum rasa aman emosional dapat berkembang.
Dalam hubungan orangtua-anak, anak Anda akan merasa aman secara emosional jika dia merasa bahwa dia dihargai bahkan ketika ia merasakan satu emosi negatif. Seorang anak yang merasa aman tahu bahwa dia dapat mengekspresikan emosinya karena dia tidak akan dihakimi karena memiliki emosi tersebut.
Berikut adalah beberapa panduan untuk membuat rumah Anda menjadi tempat yang lebih aman secara emosional bagi anak-anak dan anggota keluarga yang lain.
1. Biarkan anak Anda tahu bahwa dia berharga apa adanya
Penulis William Martin pernah berkata, “Anda tidak harus membuat anak-anak Anda menjadi orang yang luar biasa. Anda hanya perlu mengingatkan mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang luar biasa. Jika Anda melakukan ini secara konsisten sejak mereka lahir, mereka akan dengan mudah mempercayainya.”
Mencintai anak Anda apa adanya berarti menciptakan rasa aman.
- Biarkan anak Anda tahu bahwa dia sangat berarti bagi Anda.
- Beri dia banyak kesempatan untuk merasa ‘okay’ tentang dirinya sendiri.
- Biarkan dia tahu bahwa dia bisa mengandalkan Anda, orang tuanya.
2. Validasi emosinya
Emotional safety datang dari dalam diri seseorang. Bisa dimulai dengan mengajarkan pada anak untuk mengenali emosi dan cara mengatasinya. Caranya bisa lewat kejadian sehari-hari.
“Mama paham, kamu sedih karena bonekamu rusak. Mama juga akan sedih kok kalau mengalami itu.”
Ketika Anda memberi tahu anak bahwa Anda memahami yang ia rasakan, Anda tidak hanya membantunya memberi nama pada emosinya, namun juga membantunya memahami emosi tersebut dengan lebih baik.
Ketika Anda menunjukkan kepada anak-anak bahwa emosi mereka “bukan masalah besar”, dan sebaiknya diabaikan, Anda mencegah mereka belajar bagaimana menangani emosi mereka dengan cara yang tepat. Mengabaikan emosi anak-anak membuat mereka lebih sulit untuk menangani emosi itu, yang lebih buruk lagi, hal itu dapat menyebabkan mereka merasa malu atau takut.
3. Mulailah dengan menangani kebutuhan emosional Anda sendiri
Untuk meningkatkan emotional safety anak, Anda harus belajar menangani emosi Anda sendiri terlebih dahulu.
Dapatkah Anda mengidentifikasi emosi Anda dengan jelas? Bagaimana Anda mengelola pemicu emosional Anda?
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dibesarkan oleh orang tua kerap mengalami kecemasan dapat mempengaruhi perilaku anak-anak. Dengan menyadari emosi Anda dan bagaimana emosi tersebut diekspresikan dan mengelolanya, Anda dapat menghindari tanpa sadar mewariskannya kepada anak Anda.
Cara berikut dapat dicoba oleh orang tua misalnya, jangan menyembunyikan emosi Anda dari anak, tetapi ingatlah bahwa dia memperhatikan bagaimana Anda bereaksi terhadap emosi tersebut.
Ketika Anda marah, katakan “Papa butuh 5 menit untuk menenangkan diri sebelum kita berbicara.” Ini menunjukkan kepada anak Anda bahwa semua orang mengalami kemarahan, tetapi ini adalah hal dapat dikendalikan.
4. Dengarkan dulu, baru bereaksi
Ada banyak hal yang ingin disampaikan anak-anak dalam perilaku mereka. Ingatlah bahwa sebagian besar perilaku anak-anak didorong oleh emosi. Sebelum Anda bereaksi, dengarkan yang tak terkatakan.
Ini bukan tentang menerima perilaku yang tidak pantas, melainkan, memahami bagaimana perasaan anak Anda tentang situasi tertentu. Tuluslah dengan cara berkomunikasi Anda. Ingatlah bahwa suara adalah alat yang ampuh—nada suara Anda menentukan.
5. Luangkan lebih banyak waktu untuk interaksi
Menghabiskan waktu bersama anak Anda memperkuat ikatan orang tua-anak, tetapi itu tidak berarti Anda harus menghabiskan SEMUA waktu Anda bersamanya. Penelitian mengatakan kualitas mengalahkan kuantitas. Semakin banyak Anda berinteraksi dengan anak, semakin Anda memperkuat perasaan amannya.
6. Batasan fisik dan emosional dihargai
Sentuhan seperti pelukan juga dapat membantu memperkuat ikatan Anda. Bukti menunjukkan bahwa sentuhan dapat menyembuhkan. David Linden, ahli saraf dan penulis buku “Touch: The Science of Hand, Heart, and Mind“, menunjukkan bahwa tidak ada pengganti untuk sentuhan.
Menurutnya, bentuk sentuhan yang tepat memperdalam ikatan dengan membantu membangun kepercayaan.
Namun, jika anak tak ingin dipeluk, jangan memaksakan hal ini, karena akan membuat anak merasa tidak dihargai dan batasannya dilanggar. Ini malah akan melukai kepercayaan anak. Ini adalah petunjuk yang harus dipahami dan dilakukan bersama oleh orang tua dan anak-anak.
Hubungan yang aman secara emosional dibangun di atas kepercayaan dan penerimaan orang lain. Sebab, semua orang di keluarga Anda, termasuk orang tua dan anak-anak, berhak merasa aman secara emosional.
Baca Juga:
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini