Setiap kata dan kalimat yang Anda sampaikan pada anak sebenarnya berdampak abadi pada perasaanya tentang Anda dan dirinya sendiri.
Maka wajar jika setiap kata-kata negatif yang Anda tujukan pada anak untuk mendisiplinkannya justru membuatnya merasa sakit hati, sedih, dan merasa tidak berguna.
Sebagai contoh, saat Anda melabeli anak dengan kata “nakal”, bisa-bisa ia menganggap dirinya memang nakal. Padahal, seringkali hal tersebut tidak benar.
Kebanyakan orangtua menganggap bahwa anak bisa melakukan segala sesuatu sendiri di usianya yang masih sangat dini. Akibatnya, saat anak tidak melakukan sesuai harapan, maka orangtua menganggap anak tersebut nakal dan tidak bisa diatur.
Untuk menghindari semua kondisi tersebut, sebaiknya hindari beberapa kalimat negatif saat Anda berusaha mendisiplinkan anak. Beberapa kalimat negatif yang sebaiknya Anda hindari adalah sebagai berikut:
Kalimat Negatif yang Sebaiknya Dihindari Saat Mendisiplinkan Anak
“Tingkahmu seperti Ibumu / Ayahmu!”
Kalimat negatif yang seharusnya dihindari saat mendisiplinkan anak adalah mengatakan bahwa tingkahnya sama seperti Ayah atau Ibunya. Meskipun beberapa orangtua menganggap perbandingan bisa membuat anak lebih disiplin, namun membandingkan anak dengan orang lain sebenarnya sama sekali tidak membantu.
Kalimat negatif ini justru akan membuat anak merasa sangat buruk karena ia merasa dirinya sama buruknya seperti orang lain. Sebaiknya hindari mengatakan kalimat negatif tersebut. Hormati setiap tingkah dan perilaku anak. Biarkan anak merasa menjadi dirinya sendiri dengan cara tidak membandingkan anak dengan orang lain.
“Kamu tuh pembuat masalah!”
Banyak orangtua di luar sana yang menganggap anaknya “pembuat masalah” setiap kali anak melakukan kesalahan atau berperilaku buruk. Padahal dengan mengatakan kalimat negatif tersebut, secara tidak langsung Anda membuat anak berpikir bahwa dirinya memang “pembuat masalah”. Hal ini justru membuat anak merasa dirinya tidak berguna dan merasa sangat buruk.
“Berhenti menangis, atau mau dicubit?”
Beberapa orangtua seringkali mendisiplinkan anak dengan cara mengancam. Salah satu cara mengancam anak adalah dengan mengatakan “Berhenti menangis atau mau dicubit?”.
Nah, kalimat negatif yang Anda tujukan pada anak ini mungkin saja langsung membuatnya berhenti menangis, tapi tidak membuatnya memahami kesalahan yang dilakukan. Akibatnya, keinginan Anda untuk mendisiplinkan anak akan sulit terwujud karena bisa saja anak mengulangi kesalahan yang sama.
“Apakah kamu sudah belajar dari kesalahan?”
Mengajarkan anak kedisiplinan seharusnya tentang mengajarkan anak untuk belajar dari kesalahan dan bukannya mempermalukan anak dengan bertanya “Apakah kamu sudah belajar dari kesalahan?”.
Bertanya apakah anak sudah belajar dari kesalahan menyiratkan bahwa konsekuensi yang Anda berikan sebelumnya dimaksudkan untuk menghukum anak, bukan untuk mengajarkan anak tentang kesalahannya.
Akan lebih baik jika Anda bertanya “Bisakah kamu tidak mengulanginya lagi lain kali?”. Pertanyaan ini untuk memastikan bahwa anak memahami dan bisa membuat pilihan yang lebih baik di masa depan.
“Tunggu sampai Ibu / Ayah pulang!”
Pernahkah Anda mengatakan kalimat tersebut pada anak? Jika pernah, maka hindarilah kalimat negatif ini mulai dari sekarang.
Kalimat tersebut menyiratkan bahwa salah satu orangtua lebih bisa mendisiplinkan anak dari pada diri Anda sendiri. Kalimat tersebut juga menyiratkan bahwa Anda menggambarkan diri sendiri sebagai sosok orangtua yang tidak mampu mendisiplinkan anak. Akibatnya, setiap kali anak bersama dengan Anda, ia mulai melakukan perilaku negatif.
“Terima kasih sudah bisa makan sendiri. Kenapa kamu tidak melakukannya setiap hari?”
Sebaiknya hindari memuji anak sambil menyindir / mengkritik dengan tujuan mendisiplinkannya. Gunakan pujian sebagai cara Anda mengapresiasi perilaku positif yang dilakukan oleh anak secara tulus. Dengan begitu diharapkan anak-anak akan terus melakukan perilaku positif tersebut tanpa harus Anda perintah.
“Kamu membuatku marah sekarang!”
Banyak orangtua yang menyalahkan anak-anak karena emosi mereka sendiri. Tujuannya agar anak-anak merasa bersalah, sehingga tidak melakukan perilaku negatif lainnya yang membuat Anda merasa marah dan emosi. Sebaiknya, jangan membuat anak merasa bersalah karena kemarahan Anda, meskipun kemarahan yang Anda rasakan karena perilaku negatif anak.
“Berhenti berdebat dengan orangtua!”
Sebaiknya tidak perlu mengatakan kalimat negatif ini pada anak karena semakin Anda mengatakannya semakin banyak perdebatan yang akan terjadi.
Alih-alih mengatakan kalimat tersebut, sebaiknya cukup acuhkan saja perilaku anak dan gunakan sikap diam Anda sebagai konsekuensi untuk anak agar tidak melakukan perilaku negatif lainnya.
“Aku tidak akan mengatakan padamu lagi!”
Melelahkan memang terus menerus mengatakan instruksi yang sama pada anak, sedangkan mereka tidak pernah mendengarkannya.
Namun, akan lebih buruk lagi jika Anda mengatakan tidak akan mengulangi instruksi yang sama pada anak. Anak mungkin saja akan terus melakukan perilaku negatif yang membuat Anda semakin sulit mendisiplinkannya.
Untuk mengatasi situasi seperti ini maka, gunakan kalimat instruksi disertai kata “Jika…”. Sebagai contoh katakan pada anak “Jangan terus bermain game, jika kamu tidak mau nilaimu jelek semester ini.”
Mengajarkan anak kedisiplinan memang tidak mudah. Butuh waktu, kesabaran dan usaha keras agar Anda bisa mendisiplinkan anak. Sebaiknya, hindari kalimat negatif di atas saat mendisiplinkan anak agar proses usaha untuk mendisiplinkan anak bisa berjalan dengan lancar.
Baca juga:
- Time In, Solusi Lain Disiplinkan Anak
- Memberi Konsekuensi Pada Anak Tapi Tidak Efektif? Coba Cara Ini!
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini