Memahami Pro dan Kontra Time-Out

Pernah menonton program televisi tentang pola asuh anak, misalnya “Nanny 911”, yang pernah tayang di televisi beberapa tahun lalu?

Jika pernah, pasti Parents sering mendengar istilah “Time-Out”. Nah, pada acara tersebut, jika nanny (pengasuh) mengatakan “Time-Out”, maka nanny biasanya mengajak anak ke suatu tempat terpisah dari orang lain.

Misalnya di kamar, di sudut ruangan atau di tempat lain yang disepakati bersama orang tua. Kemudian nanny meminta anak tersebut memikirkan kesalahannya untuk sementara waktu. Lalu apa sih Time-Out itu?

Time-Out adalah bentuk pemisahan sementara seseorang dari lingkungannya. Hal ini disebabkan karena perilaku mereka tidak bisa diterima oleh lingkungannya. Nah, Time-Out ini sering digunakan oleh orang tua untuk mendidik anak saat anak melakukan kesalahan atau saat anak dianggap nakal.

Alasan klise penggunaan Time-Out ini adalah agar orang tua tidak perlu meluapkan emosi dengan cara memukul anak. Itulah mengapa orang tua sering menggunakan metode ini sebagai salah satu cara mendisiplinkan anak.

Namun, banyak juga orang tua dan pakar parenting yang ragu dengan metode Time-Out ini. Benarkah Time-Out efektif untuk mendisiplinkan anak? Apa saja sih alasan mereka yang ragu terhadap metode Time-Out ini?

Alasan Tidak Setuju dengan Time Out :

  • Time-Out = Meninggalkan Anak Saat Mereka Paling Butuh Pendampingan Orang Tua

Salah satu alasan penggunaan Time-Out adalah agar tercipta ruang antara anak dan orang tua saat terjadi perselisihan. Sehingga orang tua terhindar dari memukul anak saat emosi. Namun, ternyata Time-Out juga bisa menjadi penghalang bagi anak saat anak benar-benar butuh perhatian orang tua. Sebenarnya, saat anak merasa marah, saat itulah mereka menginginkan kehadiran orang tua. Saat inilah anak justru ingin didengarkan.

  • Time-Out = Hukuman Bagi Anak

Banyak anak yang justru menganggap Time-Out adalah hukuman. Walaupun memang tidak melibatkan hukuman fisik maupun hukuman verbal, namun meminta anak untuk duduk atau berdiri di sudut ruangan sama juga dengan memberi hukuman dengan cara berbeda. Anak tetap merasa sedih dan merasa lebih buruk. Hal ini justru akan mengikis hubungan orang tua dengan anak.

  • Time-Out Menyebabkan Anak Memiliki Kecemasan Mendalam

Alfie Kohn, penulis buku perkembangan moral dan psikologis anak menyebutkan bahwa penggunaan metode Time-Out membuat anak justru memiliki kecemasan yang mendalam. Bagaimana tidak, Time-Out justru menjadi cara untuk mengisolasi anak.

Sebagai orang dewasa, mari kita bayangkan bersama bagaimana perasaan Anda saat ada seseorang yang menyuruh Anda untuk mengisolasi diri sendiri karena suatu perbuatan. Jika memang Anda membayangkan perasaan kesal dan khawatir, maka anak juga merasakan hal yang sama.

  • Time-Out Membuat Anak Berpikir Ia Adalah Orang yang Buruk

Memberikan time out pada anak berarti orang tua mengkonfirmasi bahwa anak adalah orang yang buruk. Padahal jauh sebelum orang tua melakukan Time-Out, anak bisa saja sudah merasa diri mereka buruk.

Salah satu Institusi Nasional Kesehatan Jiwa melakukan penelitian pada tahun 1982 mengenai efektifitas metode Time-Out pada anak. Sejak penelitian itu dilakukan, peneliti menemukan bahwa, penggunaan metode Time-Out justru membuat anak semakin berperilaku negatif.

  • Time-Out Tidak Membantu Anak Belajar Mengatur Emosi

Cara cepat untuk membantu anak menenangkan diri adalah dengan “menyediakan lingkungan penahanan emosi” bagi anak dan memberi anak pesan bahwa emosinya bisa diterima dan dikendalikan.

“Lingkungan penahanan emosi” bisa dibentuk dengan cara selalu dekat dengan anak walaupun saat itu anak sedang meluapkan badai emosi negatifnya. Katakan pada anak, bahwa Anda ada untuk mereka, dan bahwa mereka aman di dekat Anda.

Saat anak merasa kesal dan jengkel saat itulah anak merasa tidak aman. Dengan berada di dekat anak saat anak emosi, orang tua justru menyediakan ruang aman bagi anak. Anak pun akan merasa aman dan perlahan bisa tenang.

Nah, selain alasan tidak setuju dengan Time-Out, ada juga lho orang tua yang setuju dengan Time-Out. Lalu apa saja ya kira-kira alasan mereka setuju dengan Time-Out?

Alasan Setuju Dengan Time Out :

  • Time-Out Lebih Baik daripada Memukul

Banyak orang tua yang memilih time out karena lebih baik dilakukan daripada memukul. Alasan ini memang benar, Parents. Saat Anda dan anak sama-sama merasa emosi, Time-Out ini berfungsi untuk menyediakan ruang bagi Anda dan anak untuk sama-sama tenang. Sehingga tidak saling menyakiti secara fisik maupun verbal.

  • Time-Out Mengajarkan Anak Keterampilan Hidup

Time-Out mengajarkan anak beberapa keterampilan hidup misalnya mengambil waktu dan berusaha untuk tenang sampai anak bisa berpikir jernih untuk mengambil keputusan. Time-Out bisa menjadi salah satu cara mengajarkan anak untuk memiliki sikap tersebut hingga dewasa nanti.  

  • Time-Out Memungkinkan Anak dan Orang Tua untuk Tenang

Time-Out dipercaya untuk membuat anak dan orang tua tenang. Hal ini karena anak dan orang tua mengambil waktu untuk berpikir sejenak dan menarik diri dari situasi yang membuat mereka sama-sama emosi.

Selain itu, Time-Out juga berfungsi sebagai sarana belajar untuk memecahkan masalah. Hal ini karena setelah proses Time-Out selesai, orang tua dan anak akan saling berbicara dengan kepala dingin untuk mencari solusi dari masalah yang dihadapi bersama.

Nah, ditengah pro dan kontra Time-Out, sebagai orang tua, manakah yang Anda pilih? Tetap menjalankan metode Time-Out dengan segala konsekuensinya ataukah memilih untuk menghentikan Time-Out pada anak?

Apapun pilihan Anda bukan menjadi masalah. Asalkan saat Anda memilih Time-Out, haruslah dilakukan dengan cara yang tepat. Pahami langkah Time-Out positif pada anak terlebih dahulu. Perkaya literasi tentang Time-Out positif pada anak. Jika Anda merasa ragu untuk melakukan Time-Out pada anak, sebaiknya segera cari solusi lain untuk mendisiplinkan anak.

Nah, bagaimana penerapan Time-Out secara efektif? Yuk, kita belajar bersama melalui workshop berikut ini. Klik poster untuk pendaftaran:

 

Artikel Terkait :

  1. Anak Berbuat Salah? Ini yang Harus Parents Lakukan
  2. Satu Cara Sederhana untuk Berhenti Berteriak pada Anak
Bagaimana Menurut Anda?
+1
0
+1
0
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket