“Nggak boleh, pokoknya ini boneka aku! Nggak boleh dipinjam!”
“Kan Kakak punya snack sendiri, ya nggak boleh minta punyaku!”
Sering mendengar kalimat-kalimat semacam ini? Apa ini pertanda anak kita pelit?
Kalau nanti anak jadi pelit, sangat susah berbagi, dan tidak peduli dengan orang lain, siapa orang yang paling bertanggung jawab?
Terlebih lagi, jika sifat pelit ini tidak hanya kepada orang lain saja, tetapi juga kepada saudara dekatnya ataupun pada orangtua. Bukankah Anda nanti yang akan menyesal?
Oleh karena itu, kala masih anak-anak, sudah tugas kita untuk mengajarinya berbagi.
Masih bingung bagaimana cara mengajarkan anak untuk mau berbagi?
Egois Dulu Sebelum Berbagi
Menjelang tahun kedua dan ketiga di kehidupan anak, kekuatan untuk memiliki sesuatu menjadi hal yang tak terpisahkan dari kesadaran anak. Anak-anak mulai belajar tentang keterpisahan dan identitas. Kata-kata seperti, “Ini Milikku,” atau “Aku mau melakukannya sendiri,” mungkin akan sering diucapkannya. Anak batita memiliki sifat keakuan yang sangat tinggi. Jadi wajar jika anak batita masih susah untuk diajak berbagi. Namun, seiring dengan perkembangannya, mereka juga harus diajari untuk mau berbagi, misalnya berbagi mainan atau berbagi makanan.
Kapan Waktu yang Tepat Mengajarkan Anak Berbagi?
Sangat susah mengajarkan anak berusia di bawah usia dua tahun untuk langsung mau berbagi. Pada usia ini, anak-anak memang sedang dalam fase bermain bersama dengan anak-anak lain, hanya saja mereka tidak benar-benar bermain bersama. Anak sangat peduli dengan benda atau mainan miliknya. Mereka belum berpikir tentang apa yang diinginkan atau dirasakan anak lain. Meskipun pada akhirnya mereka mau untuk berbagi, hal tersebut tidak terlepas dari pengkondisian dari orang dewasa. Dalam dirinya, belum ada kesadaran untuk mau berbagi.
Meski kesadaran anak tentang konsep berbagi belum tumbuh, orangtua harus mulai mengajarkannya. Usia 2 – 3 tahun menjadi usia yang tepat untuk mengajarkan anak berbagi dan bermurah hati. Agar mau berbagi, anak-anak harus punya sikap empati. Menumbuhkan empati bisa dimulai sedini mungkin. Dengan bimbingan serta contoh dari orangtua, anak usia 2 tahun –yang masih egois– bisa lambat laun menjadi murah hati ketika menginjak usia 3 – 4 tahun.
Bagaimana Cara Mengajarkan Konsep Berbagi Kepada Anak-Anak?
- Jangan Memaksa
Mengajarkan sesuatu yang baik memang lebih susah. Perlu kesabaran dan ketekunan. Pelajaran berbagi pun tidak bisa dilakukan dengan paksaan. Semakin dipaksa, anak akan merasa tidak nyaman. Ia pun tidak akan mengerti konsep berbagi dan empati yang sebenarnya. Misalnya, ada anak lain yang menangis karena ingin meminjam mainan dari anak Anda. Lalu, Anda memaksa anak untuk meminjamkan mainannya.
Meskipun pada akhirnya anak mau meminjamkannya, anak akan merasa bahwa barang miliknya telah direbut oleh orang lain. Perasaan tidak nyaman pun akan timbul setelahnya.
Lalu, bagaimana solusinya? Jelaskan alasan mengapa anak harus berbagi. Ajari anak pentingnya memahami perasaan orang lain. Jadilah teladan yang bisa mendorong anak untuk berbagi. Di satu sisi, Anda memang harus menghormati sifat anak yang posesif, tetapi tidak lupa untuk terus konsisten mengajarinya untuk berbagi.
- Menerapkan Pola Asuh yang Tepat
Anak akan mau memberi ketika ia diberi. Tak harus selalu memberi barang atau uang, kasih sayang dari orangtua pun bisa membuat si kecil menjadi seseorang yang murah hati. Menurut berbagai penelitian, anak yang menerima pola asuh berdasar ikatan batin antara orangtua-anak selama dua tahun pertama cenderung akan menjadi anak yang mudah berbagi di tahun-tahun ke depan. Alasannya adalah anak-anak telah banyak menerima kemurahan hati dari orangtuanya. Selanjutnya, mereka akan meniru orangtuanya untuk bersifat empati dan berbagi. Penerapan pola asuh yang tepat juga bisa membuat anak memiliki citra diri yang kuat.
- Berikan Contoh Berbagi
Anak yang sering melihat orang lain berbagi akan lebih mudah untuk berbagi. Untuk itu, jangan ragu untuk memberikan contoh pada anak. Misalnya, saat Anda meminjamkan sesuatu kepada teman, jangan ragu untuk menceritakan kepada anak betapa senangnya berbagi. Kalimat-kalimat seperti, “Ibu kemarin meminjamkan buku resep ibu ke Tante Rani, loh,” atau “Kakak mau kue punya Ibu?” cukup ampuh untuk menumbuhkan keinginan berbagi. Jika kebetulan Anda punya dua anak yang jaraknya berdekatan, usahakan untuk bersikap adil kepada mereka.
- Main Bersama
Momen bermain bersama ini menjadi momen yang tepat untuk mengajarkan berbagi. Ketika Anda sedang bermain bersama anak, cobalah untuk meminjam mainan kesukaannya. Biasanya, anak-anak lebih mudah berbagi dengan orangtua mereka.
Lalu, saat bermain bersama teman-temannya, mintalah anak untuk berbagi mainan kepada teman-temannya. Mulailah dengan meminjamkan mainan-mainan yang tidak begitu disukai anak. Hal kecil seperti ini penting untuk membentuk sikap murah hati pada anak.
- Makan Bersama saat Play Date
Daripada memberikan camilan dalam satu piring untuk setiap anak, lebih baik berikan camilan dalam satu wadah besar. Minta anak untuk berbagi kepada temannya. Jika ia tetap tidak mau berbagi makanan tersebut, berilah saran dengan lembut.
Bagi orang dewasa, mungkin berbagi adalah hal yang sangat mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, untuk anak-anak dengan sifat egosentris yang tinggi, berbagi bukan sebuah hal yang mudah. Bahkan, untuk meminjamkan mainan yang mereka tidak sukai pun, mereka tetap enggan melakukannya. Untuk itu, pelajaran berbagi dan bermurah hati harus diajarkan sedini mungkin kepada mereka. Tak hanya itu, menumbuhkan empati pada anak juga sangat penting loh Parents! Jangan sampai anak-anak tumbuh dewasa dengan sifat pelit dan sangat enggan berbagi.
Baca juga:
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini