Mengapa Kita Lebih Suka Mendengarkan Lagu Jadul?

12 Juni 2022

Punya playlist lagu kesukaan? Berapa banyak lagu dalam playlist tersebut yang berasal dari masa-masa remaja Anda? 

Mengapa konser-konser penyanyi lawas, masih tetap dipenuhi penonton padahal mereka sudah tidak lagi menghasilkan lagu baru? Apakah ini hanya masalah kesukaan dan kebiasaan dalam pilihan musik? Atau ada sebuah penjelasan ilmiah yang bisa membuat kita memahami lebih banyak tentang cara kerja otak kita yang ajaib ? 

Pada tahun 2018, ekonom Seth Stephens-Davidowitz menggunakan data dari layanan aplikasi musik Spotify untuk memastikan bahwa lagu-lagu lawas, yang dirilis puluhan tahun lalu paling populer di antara kelompok pendengar yang berusia awal remaja ketika lagu-lagu tersebut dirilis.

Lagu “Creep” dari Radiohead, misalnya, paling banyak didengarkan oleh kelompok pria yang berusia sekitar 14 tahun saat lagu tersebut pertama kali dirilis. Tapi lagu ini bahkan tidak termasuk dalam daftar 300 lagu teratas untuk mereka yang lahir 10 tahun lebih awal atau lebih lambat. Ini semua berkaitan dengan ‘benjolan kenangan’ (reminiscence bump). Apa ini sebenarnya ?

Mengenal ”‘Benjolan Kenangan”

Reminiscence bump atau benjolan kenangan adalah kecenderungan peningkatan atau penguatan tentang peristiwa yang terjadi  selama masa remaja dan dewasa awal seseorang.

Ini terjadi pada orang dewasa-tua (di atas empat puluh).

“Benjolan kenangan” ini diidentifikasi melalui studi memori otobiografi dan kurva pengambilan umur. 

mengapa suka lagu jadul

Bagi sebagian besar individu, benjolan ingatan ini berfokus pada ingatan masa remaja dan awal 20-an, sebagian besar disebabkan oleh intensitas emosional kelompok usia ini karena banyaknya perubahan yang terjadi saat rentang usia itu.

Dalam sebuah studi tahun 2008 dari University of Leeds, peneliti memori menegaskan bahwa tidak semua ingatan kita diciptakan “setara”. Psikolog telah menunjukkan bahwa kita cenderung mengingat lebih banyak peristiwa dari masa remaja dan awal masa dewasa kita, dan musik favorit kita juga cenderung berasal dari masa ini.

Selama tahun-tahun inilah kepribadian kita terbentuk, dan lagu-lagu yang mengiringi pengalaman remaja kita meninggalkan jejak emosional seumur hidup di otak. 

Baca Juga :

1. Menyelami Seluk Beluk Memori

2. Ternyata Kita Punya 3 Otak, Bagaimana Bisa?

 

Penelitian di Universitas Cambridge pada tahun 2013 menegaskan bahwa kita kurang mementingkan musik seiring bertambahnya usia, dan bahwa musik yang kita cari cenderung kurang intens dan lebih ‘canggih’, seperti musik jazz dan klasik. Padahal, bisa saja jazz sebelumnya bukan jenis musik yang Anda sukai , tetapi penelitian oleh ahli neurofisiologi 

Prof Alice Mado Proverbio telah menunjukkan bahwa semakin banyak kita mendengarkan musik yang kompleks, semakin kita mulai menghargai dan menyukainya.

Musik atau lagu dari masa remaja kita juga kerap menjadi pelarian ketika kita sangat marah, kesal, atau mengalami emosi yang meluap. Ini karena selama masa puber remaja atau saat kita jatuh cinta dan patah hati , musik itulah yang “membantu” Anda melewati itu semua. Ketika kita mendengar lagu-lagu yang kita sukai di kemudian hari,  respons otak kita tidak akan sekuat saat remaja.   

Mengapa ada lagu dari masa lalu, yang sebenarnya tidak kita sukai,namun terus menerus kita ingat?

Ini menunjukkan bahwa lagu-lagu dari masa remaja kita sebenarnya mengikat erat kenangan, bahkan sekalipun secara pribadi itu bukan lagu yang kita sukai. Mungkin karena musik tersebut telah “mengiringi” berbagai hal dari masa remaja kita. Mungkin musik yang ada di acara perpisahan sekolah, soundtrack dari film populer yang kerap diputar di radio kala itu, lagu yang dulu kerap dinyanyikan teman-teman saat di kelas , dan banyak kenangan lain. 

Hal ini pula yang menyebabkan sebuah lagu bisa sangat “familiar” bukan hanya di telinga namun juga membawa ingatan “fotografis”. Neuroimaging telah menunjukkan bahwa lagu merangsang banyak area otak yang berbeda, dan memberi kita banyak dopamin. Lebih jauh lagi, mendengarkan lagu yang sama berulang-ulang—terutama selama peristiwa yang sangat berkesan atau periode pembentukan dalam hidup kita—dapat membuatnya melekat, terkadang seumur hidup. Kita sangat pandai mengenali musik yang pernah didengar sebelumnya, dan mengaitkannya dengan kenangan tertentu. Para ilmuwan bahkan telah menemukan bahwa bayi dapat melakukannya sejak lahir.

Bisakah kita “melatih” otak kita untuk menyukai musik baru?

Mendengarkan musik atau lagu baru seperti sebuah tantangan mengemudi tanpa peta di area baru . Kita dihadapkan dengan masukan yang asing, dengan tantangan yang terus-menerus membuka hal-hal baru. Ini bisa membuat otak kita kewalahan karena tidak bisa mengandalkan memori, peta yang sudah dikenal– yaitu lagu lawas yang ada di daftar playlist kita.

Tapi ini adalah tantangan tepat untuk melatih area frontal otak,yang akan aktif ketika kita dihadapkan pada pola-pola baru dan meminta kita memahaminya.

Apa Manfaat Mendengarkan Musik Baru?

Jika mendengarkan musik latar adalah hal yang cocok dalam hidup Anda, maka ketika Anda mencoba memulai satu kebiasaan baru, cobalah juga untuk mulai mendengar musik baru, ini akan menjadi elemen baru dari rutinitas harian.

Tapi yang perlu diingat, satu musik baru– terutama jika memiliki lirik– akan menuntut lebih banyak kapasitas kognitif. Ini akan memakan kekuatan pemrosesan dari lobus frontal di otak Anda. Jadi sebaiknya hindari musik baru yang menuntut kerja kognitif untuk mengiringi pekerjaan yang membutuhkan fokus seperti menulis atau mengemudi.

Mendengarkan jenis musik baru seiring bertambahnya usia memberi otak tantangan kognitif yang mengaktifkan banyak sistem saraf secara simultan. Manfaat mendengarkan musik mungkin tidak sebanyak yang kita dapatkan dari memainkan musik secara aktif, namun, mendengarkan musik baru mengaktifkan banyak area otak, dari pusat pemrosesan pendengaran awal hingga bagian terluar korteks kita.

Nostalgia yang dialami lewat mendengarkan musik adalah bagian penting dari kehidupan banyak orang, tidak ada salahnya untuk melakukan hal ini secara teratur. Musik pada volume yang aman belum dianggap memiliki efek samping bagi kesehatan pendengaran, jadi lanjutkan dan nikmati faktor perasaan nyaman yang ditimbulkan. Selamat bernostalgia.

Bagaimana Menurut Anda?
+1
1
+1
2
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket