Menjadi Single Parent Tidak Selalu Buruk

27 Juli 2018

Setiap anak berhak lahir dan hidup di tengah keluarga yang sempurna. Akan tetapi, bukan berarti single parent tidak bisa memberikan kehidupan yang sempurna untuk anak. Menjadi single parent pun bisa jadi pilihan terbaik, asal orangtua tahu cara mengasuh anak yang baik.

Ini adalah salah satu pertanyaan yang masuk ke direct massage kami.

Dear Ibu K, menjadi orangtua baru merupakan tantangan yang berat,  terlebih kondisi tersebut dibarengi dengan stressor lain yaitu perpisahan dengan pasangan.  Mengingat status perpisahan yang masih tergolong baru,  yaitu +/- 4 bulan lalu,  sangat wajar apabila banyak pemikiran dan kecemasan yang muncul berkaitan dengan dampak perpisahan ortu terhadap tumbuh kembang anak, terlebih secara psikologis.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak dari orangtua yang bercerai dapat tumbuh dan berkembang lebih baik dibanding anak yang hidup ditengah-tengah konfik pelik kedua orangtuanya,  asalkan anak tersebut memiliki kelekatan emosional yang sehat dengan salah satu orangtua.  Sekalipun apabila memungkinkan, dapat diusahakan kedua ortu memiliki kesempatan untuk dekat dan berinteraksi dengan anak tanpa menjelekkan satu sama lain yang akhirnya membuat anak bingung, merasa bersalah,  ataupun tidak nyaman.

Tidak ada patokan yang pasti cara ideal untuk menjelaskan tentang perceraian pada anak,  tergantung kondisi dan kemampuan pemahaman anak kelak.  Mengingat usia putra ibu masih 8 bulan, saat ini figur yang terpenting untuk mendukung tumbuh kembangnya adalah ibu. Oleh sebab itu, kestabilan secara emosional menjadi sangat krusial, sehingga apabila ibu merasa membutuhkan bantuan lbh lanjut,  dapat melakukan konsultasi psikologis.

Hal yang saat ini dapat ibu lakukan antara lain :

  1. Mencari support sosial baik dari orangtua Ibu, saudara ataupun teman yang secara terbuka mau menerima kondisi ibu dan anak saat ini.
  2. Bangun kelekatan emosional yang sehat dengan anak, dengan memberikan quality time dan terlibat sebagai pengasuh utama anak.
  3. Melibatkan kakek atau kakak atau adik laki-laki ibu sebagai figur laki-laki yang dekat dengan putra ibu, terlebih apabila sosok Ayah kandung anak benar-benar tidak dapat diharapkan untuk berkomunikasi dengan baik.
  4. Hindari menjelekkan atau menyalahkan ayah ataupun keluarga ayah di depan anak. Minta juga anggota keluarga untuk berbuat hal yang sama.
  5. Membekali diri dengan teknik relaksasi sedehana, ini sangat dibutuhkan saat ibu merasa cemas dan pikiran-pikiran negatif akan masa depan muncul dan berpotensi mengganggu keoptimalan ibu dalam mengasuh anak ataupun ketika melakukan kegiatan sehari-hari.
Paskalia Marlina Lumban Batu, M. Psi.

Founder and Child Psychologist Lembaga Psikologis Adamar

Bagaimana Menurut Anda?
+1
1
+1
0
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket