Jika ada yang bertanya pada Anda pelajaran apa yang paling sulit semasa sekolah dulu, kira-kira apa sih jawabannya? Mungkinkah bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Sosiologi atau justru Matematika?
Tentu, jawabannya akan berbeda-beda. Tapi rasa-rasanya, kita semua sependapat jika matematika adalah pelajaran yang cukup sulit dipahami oleh semua orang–dan wajar rasanya jika kita memaklumi saat anak mendapatkan nilai jelek untuk mata pelajaran ini.
Pertanyaannya kemudian, apakah orang tua harus selalu maklum dengan kondisi anak yang tidak mampu memahami matematika? Atau, sejauh mana “rasa maklum” tersebut? Bagaimana jika kesulitan yang dirasakan oleh anak berbeda dengan teman-teman sebayanya? Perlukah kita khawatir jika anak terus mengalami hambatan dalam memahami angka, hitungan dan operasi hitungan matematika?
“Apakah anakku Diskalkulia hanya karena dia tidak bisa matematika?”
Tidak selalu. Perlu dipahami bahwa kebanyakan anak mungkin mengalami kesulitan dalam memahami matematika, namun anak dengan diskalkulia akan berjuang lebih keras daripada rekan-rekan mereka dan akan berlanjut dari waktu ke waktu.
Apa Tanda Diskalkulia?
Sampai saat ini belum ada daftar yang pasti terkait tanda diskalkulia. Artinya, tanda setiap anak akan berbeda dan bisa berubah seiring pertumbuhan anak. Perlu dipahami juga bahwa tidak setiap anak menunjukkan dengan jelas tanda diskalkulia.
Beberapa daftar tanda berikut ini mungkin bisa menjadi acuan untuk orang tua:
Diskalkulia anak Pra-Sekolah:
- Mengalami kesulitan belajar berhitung
- Kesulitan untuk menghubungkan angka ke suatu objek. Seperti mengetahui bahwa “4” berlaku untuk kelompok hal tertentu (4 kue, 4 penggaris, 4 apel)
- Berjuang untuk mengenali pola dari yang kecil hingga terbesar atau dari tertinggi hingga terpendek
Diskalkulia anak SD / SMP:
- Sulit mempelajari dan mengingat fakta bilangan dasar. Contoh 7 + 3 = 10
- Masih menggunakan jari untuk menghitung daripada menggunakan strategi yang lebih maju
- Memiliki pemahaman yang buruk tentang tanda (x, +, -). Simbol-simbol matematika pun terasa sangat membingungkan
- Berjuang untuk memahami bahwa 4 + 2 itu sama dengan 5 + 1 atau sulit menyelesaikan 4 + 25 – 25 tanpa menghitung
- Mengalami masalah dengan nilai tempat, sering salah meletakkan angka di kolom.
- Mungkin tidak memahami bahasa matematika
- Kurang bisa memahami situasi yang membutuhkan pemahaman angka, seperti game yang melibatkan matematika
Diskalkulia anak SMA:
- Berjuang memahami informasi dari bagan atau grafik
- Sulit menemukan pendekatan berbeda untuk soal matematika yang sama seperti menjumlahkan panjang dan lebar persegi dan menyelesaikan keliling persegi
- Berjuang untuk memahami metode penalaran dan prosedur perhitungan multi-langkah
- Sulit mengukur item seperti bahan dalam resep sederhana atau cairan dalam botol.
Diskalkulia pada orang Dewasa:
- Sulit menghitung mundur
- Lamban dalam melakukan kalkulasi
- Keterampilan aritmatika lemah
- Sulit memahami nilai tempat
- Merasakan kecemasan yang tinggi terhadap matematika
Apa yang perlu dilakukan orang tua?
Rasa khawatir dan bingung pasti akan Anda rasakan sebagai orang tua. Satu-satunya hal yang bisa Anda lakukan sebagai orang tua setelah mengetahui anak mengalami beberapa tanda yang termasuk diskalkulia adalah menghubungi profesional seperti konselor pendidikan atau psikolog anak. Pasalnya, satu-satunya orang yang berhak mendiagnosis apakah anak Anda mengalami diskalkulia atau tidak hanyalah profesional.
Sebaiknya, catat semua tanda yang ditunjukkan oleh anak. Diskusikan juga tanda ini dengan pengajar di sekolah. Jangan lupa bawa catatan ini pada profesional saat Anda berkonsultasi terkait situasi ini.
Baca Juga:
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini