Merasa berjiwa muda dan lebih nyaman bergaul dengan orang yang lebih muda mungkin bukan hal yang dirisaukan oleh banyak orang. Namun sebenarnya, ada perbedaan mencolok antara berjiwa muda dan menolak untuk tumbuh dewasa.
Menjadi seorang anak memang menyenangkan dan membuat hati bahagia. Di sisi lain, menolak untuk dewasa berarti menolak untuk memiliki tanggung jawab yang muncul seiring bertumbuhnya usia — atau sering disebut dengan Peter Pan Syndrome.
Bagaimana Gejala Peter Pan Syndrome pada Seseorang?
Seseorang yang mengalami Peter Pan Syndrome biasanya mengelak dari pekerjaan, bergantung pada orang lain dalam hal keuangan dan dukungan lainnya. Biasanya tidak menginginkan anak atau jika menginginkan anak, mereka akan mengabaikan anak dan berperilaku seperti remaja.
Seseorang yang mengalami Peter Pan Syndrome hanya suka bergaul dengan orang-orang yang lebih muda dan mengira diri sendiri masih “keren”. Banyak dari mereka berganti pasangan dan senang dengan pasangan yang lebih muda. Tak hanya itu, seseorang yang mengalami Peter Pan Syndrome cenderung berhenti dari pekerjaan atau tugas jika merasa kesulitan.
Apa Penyebab Peter Pan Syndrome?
Seseorang yang mengalami Peter Pan Syndrome diyakini tumbuh dalam pola asuh permisif parenting dan orang tua yang terlalu protektif. Mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa dunia adalah tempat yang penuh dengan kekhawatiran dan bahaya. Mereka juga tumbuh dengan sangat terlindungi dari dunia nyata sehingga terlalu takut untuk meninggalkan sarang.
Biasanya, orang tua dari seseorang yang mengalami Peter Pan Syndrome tidak mengajari anak-anak untuk tumbuh secara mandiri dalam hal finansial. Dalam banyak kasus, orang tua bahkan tidak ingin anak-anak menjadi mandirI — sehingga melakukan segala kemungkinan untuk membuat anak merasa hanya Ayah dan Ibu yang bisa melindungi dan menafkahi mereka.
Bagaimana Menghindarkan Anak Tumbuh dengan Peter Pan Syndrome?
Pola asuh yang tepat adalah kunci menghindarkan anak tumbuh dengan Peter Pan Syndrome. Dalam hal ini yaitu tidak terlalu terjun dalam masalah anak. Biarkan anak membuat kesalahan mereka sendiri, jatuh dan bangkit kembali. Dengan cara ini, mereka tidak akan takut mengambil resiko, memikul tanggung jawab atau mencoba hal-hal baru — karena mereka belajar resiliensi (ketahanan).
Tak hanya itu, ajari anak tentang kemandirian secara finansial dan cara menangani “tugas-tugas penting” saat mereka bertambah dewasa. Biarkan anak-anak bekerja untuk hal-hal yang mereka inginkan.
Terimalah anak Anda apa adanya, ketidaksempurnaan, kegagalan dan semuanya. HIndari memanjakan mereka, namun pada saat yang sama berhati-hatilah dalam kata-kata Anda. Penting bagi orang tua untuk mengidentifikasi anak-anak sebagai individu yang terpisah daripada sebagai bagian dari kita.
Baca Juga:
- Resiliensi : Ketahanan untuk Melewati Masa-Masa Sulit
- Kenalkan Anak dengan Kekecewaan, Bantu Dia Bertahan
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini