Raga Bukan Angka

04 Juli 2022

Banyak orang masih menganggap raga (tubuh) itu sama dengan angka.

Bisa angka di timbangan, angka di ukuran celana atau baju, sampai angka warna bedak yang cocok di wajah. Bahkan ketika kita melakukan exercise, kita juga butuh angka untuk memvalidasi berapa kilometer tubuh kita kuat berlari atau berapa jam tubuh kita kuat diajak plank.

Buat generasi aku, angka di laporan hasil medical check-up juga penting untuk validasi tubuh. Tapi yang cukup relatable buat aku pribadi adalah ketika jatuh sakit, beberapa dari kita sering mencecar pak dokter, “berapa lama aku akan sembuh? 1 hari? 3 hari? 1 bulan? tolong ya Dok, kasi aku obat yang paling cepat bikin sembuh.”

Dan kemudian untuk yang penyakitnya ternyata sulit tertolong, pak dokter akan memberikan jawaban prediksi angka kemampuan tubuh kita untuk berada di dunia ini.

Minggu lalu, komunitas Asuh Diri berkumpul dalam sesi “Berkenalan dengan Tubuh”. Sesi ini diadakan dengan tujuan agar para peserta mulai mengenal tubuh masing-masing lebih dari sekedar angka-angka yang terpantul di cermin atau di laporan medis. Dalam sesi yang dibawakan oleh Aleima Sharuna tersebut, kita diperkenalkan dengan Bahasa Tubuh yang berbeda dengan bahasa yang kita dengar sehari-hari. Bahasa yang disampaikan oleh tubuh kita bisa berupa rasa, sensasi atau bahkan sakit. Hal ini aku alami juga dengan tubuhku beberapa waktu lalu: bahu yang sering tegang, pinggang yang meradang, kista yang hadir tanpa diundang dan tidur pulas yang semakin sulit datang. Ketika itu, aku sama sekali tidak tahu kalau tubuh sedang mengirimkan bahasanya untuk melindungi aku dari sesuatu yang lebih buruk yang bisa terjadi.

Awal mula aku mulai meniatkan diri untuk belajar mengenal tubuhku sendiri, ternyata ga segampang kenalan dengan gebetan (..ehh). Ketika aku mencoba berdiam diri dan merasakan sensasi yang muncul di tubuh, banyak sekali pikiran yang membuat benteng perlawanan “ah, ga kerasa apa-apa kok. Ga ada apa-apa. Sensasi kayak gimana ya?”. Bahkan ketika mencoba merasakan bagian yang sakit dan fokus memberikan nafas pada bagian tersebut, aku juga ga ngerti, “Gimana sih caranya? Nafas kan gitu aja jalannya ya? Emang bisa kita bawa kemana?”

Setelah aku menjadi semakin yakin, bahwa tubuhku ini sama sekali bukan mesin yang selalu bisa menuruti kemauanku ditambah dengan latihan berulang, aku jadi mulai dapat merasakan tubuhku. Merasakan denyutannya, merasakan aliran panasnya, dan merasakan memori-memori yang dimunculkan olehnya.

Menurut beberapa referensi yang aku baca, tubuh ini ternyata menyimpan semua memori yang pernah kita lewati sejak kita ada. Mungkin memori tersebut tidak muncul dalam kesadaran kita, namun penelitian bertahun-tahun berhasil membuktikan bahwa seluruh pengalaman hidup kita tersimpan sebagai memori di dalam tubuh. Tubuh sering memberikan tanda bahwa ada memori-memori yang perlu kita proses kembali. Peristiwa-peristiwa yang belum selesai di masa lalu, kemarahan yang terpendam, ketakutan yang disembunyikan, sampai kepahitan yang menyakitkan untuk diungkap, semuanya terekam oleh tubuh dan menunggu untuk diselesaikan.

Berdasarkan pengalamanku pernah membersamai orang tua dan melihat (dengan rasa tidak nyaman) para penghuni panti werdha, aku mengamati bahwa setelah raga menjadi renta dan tidak ada lagi kekuatan untuk menjalankan berbagai kesibukan, yang tinggal hanya tubuh yang bergulat dengan segala kepahitan memorinya. Memori yang terpancar dalam sorot mata yang kehilangan cahayanya, erangan bertubi karena berbagai rasa tubuh yang tidak nyaman, atau juga omelan beruntun yang tidak jelas kehendaknya.

Raga ini bukan sekedar angka.

Raga ini bukan sekedar apa yang terlihat di cermin atau di laporan medis.

Raga ini tidak hanya terdiri dari organ-organ dalam yang berputar bak mesin.

Raga ini adalah kita. Dan semua peristiwa yang pernah kita lalui yang terekam di dalam setiap sudutnya.

Raga ini ada untuk melindungi kita menjalani hidup di dunia ini, menumbuhkan sebuah generasi dan menemani kita ketika kita telah berada di ujung hidup. Menjadi sadar akan semua ini adalah langkah awal untuk kita berkenalan dengan raga kita lebih penuh lagi..

Temukan sesi inner work di Asuh Diri asuhdiri.com
Bagaimana Menurut Anda?
+1
44
+1
17
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket