Wrong Side Of The Bed

11 Juli 2021

“Got up from the wrong side of the bed” adalah sebuah frasa untuk menggambarkan seseorang yang mengalami hari yang buruk. Frasa ini bermuasal dari zaman Romawi kuno. Saat itu masyarakat Romawi percaya bahwa bila mereka bangun tidur dari sisi yang salah atau turun dari tempat tidur dengan kaki yang salah, maka kesialan akan mengikuti mereka sepanjang hari.

Dari sebuah platform edukasi theschooloflife.com, saya membaca satu penelitian terkait hari-hari buruk yang dialami seseorang. Penelitian tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara hal-hal buruk yang dapat dialami oleh individu dengan cara pandang terhadap diri sendiri dan dunia sekitarnya.

Ternyata ada korelasi yang kuat antara bagaimana kita memandang dunia dan bagaimana dunia memperlakukan kita. Seseorang yang memiliki cara pandang bahwa dunia itu kejam, tidak adil, dan buruk akan cenderung mengalami hal-hal yang diyakini tersebut di hidupnya. Cara pandang itu seringkali bermula dari cara pandang yang cenderung negatif tentang dirinya sendiri, atau singkatnya kurang memiliki self-love.

Sebaliknya, seseorang dengan self-love akan bersikap lebih positif serta lebih mencintai diri dan dunia sekitar, sehingga hal-hal baik juga akan datang pada dirinya.

Salah satu bab di buku Re-Parenting Journey yang berjudul Cinta Sejati yang Terpendam, mengisahkan dan membahas tentang bagaimana seseorang dapat tumbuh tanpa self-love.

Banyak peristiwa yang terjadi dari sejak kita lahir dan bertumbuh tanpa kita sadari telah turut membentuk persepsi kita terhadap diri dan dunia sekitar kita. Seseorang dengan kebutuhan emosi yang tidak tercukupi ketika masa bertumbuh, seperti kebutuhan akan rasa aman, nyaman dan kasih sayang, cenderung memiliki persepsi yang negatif tentang diri dan sekitarnya. Dia akan cenderung sering merasa tidak aman, merasa diri selalu jadi beban atau korban, dan merasa tidak ada yang peduli. Seseorang dengan cara pandang negatif akhirnya juga memunculkan reaksi-reaksi negatif atas berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Mungkin bukan hanya mengomel atau marah-marah, namun dapat berupa tindakan-tindakan yang lebih merusak, baik ke diri sendiri maupun sekitarnya.

Self-love sendiri pada kenyataannya cukup sulit ditumbuhkan dengan cara memaksakan pemikiran positif ke dalam kepala. Berulang-ulang menyakinkan diri bahwa “aku adalah orang yang kuat. aku orang yang dicintai. orang-orang pasti menerima aku apa adanya”, semakin membawa kita pada penyangkalan bahwa sejujur-jujurnya kita ingin berteriak bahwa “aku si lemah. tidak ada yang cinta padaku. orang-orang menolak aku”.

Tapi mengapa seseorang kurang memiliki self-love? Atau bagaimana bisa seseorang tidak mencintai dirinya sendiri? Hal tersebut rasanya memang perlu ditelusuri ke akarnya. Yaitu ke kebutuhan emosi kita pada masa bertumbuh dulu. Mungkin kita perlu menilik ulang ke masa lalu dengan membawa pertanyaan-pertanyaan mendasar: Apakah dulu ketika masa saya bertumbuh saya cukup merasa aman? Aman dalam menyampaikan keinginan atau pendapat, aman untuk berbuat kesalahan, aman untuk mengekspresikan emosi? Apakah dulu ketika masa saya bertumbuh saya cukup merasa nyaman? Nyaman dalam pelukan orang tua ketika berbagai emosi negatif menyerang, nyaman dengan kehadiran orang tua tanpa harus merasa tertuntut?

Apakah dulu ketika masa saya bertumbuh saya cukup mendapat kasih sayang? Kasih sayang tanpa ada syarat-syarat khusus, seperti harus selalu menurut, mendapat nilai bagus, atau berperilaku sempurna?

Ketika semua cinta itu dulu belum cukup memenuhi diri kita, tidak ada salahnya kita mengasuh ulang diri kita kembali dan memenuhi yang belum terpenuhi untuk bekal menghadapi dunia yang lebih baik. Cukup banyak metode yang disampaikan dalam buku ReParenting Journey untuk mengasuh ulang dan kembali mengisi cinta diri.

Silakan pilih-pilih metode yang paling pas buat kamu yaa…

Ditulis oleh Lusy Sutedjo (Penulis Buku Re-Parenting Journey)
Temukan kisah-kisah serupa di Buku Re-Parenting Journey

Temukan sesi inner work di Asuh Diri asuhdiri.com

Bagaimana Menurut Anda?
+1
10
+1
1
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket