Shame Resilience, Cara Merespon Perasaan Malu

25 Februari 2022

Merasa ingin diterima adalah keinginan dasar dari manusia. Kita berevolusi untuk bertahan lebih baik di dalam kelompok dengan menyesuaikan diri, memiliki kepercayaan dan rasa hormat dari orang-orang di sekitar kita. Namun, dalam prosesnya, seringkali kita terganggu dengan apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita sendiri. Kita mungkin mendengar orang lain menghakimi dan mengintimidasi dengan kata-kata pedas mereka dan hal ini tidak dialami dalam satu malam, namun bisa bertahun-tahun sejak kita kecil.  

Bisa jadi, pengasuh Anda dulu melakukan kekerasan verbal yang membuat terintimidasi, atau perilaku bullying yang diterima saat duduk di bangku sekolah yang membuat Anda terus merasa terisolasi. Bahkan, bisa jadi Anda tidak menemukan penjelasan pasti mengapa merasa tidak aman dan layak untuk diterima di kelompok Anda. 

Brené Brown, seorang dosen, penulis dan peneliti mengkategorikan situasi ini ke dalam bentuk dari rasa malu (shame). Menurutnya, rasa malu menyebabkan orang merasa terjebak, tidak berdaya, dan terisolasi. Pemicu rasa malu sendiri dapat bervariasi, antara individu dan budaya — namun umumnya dipicu oleh :

  • Body image,
  • Motherhood,
  • Keluarga,
  • Parenting,
  • Pekerjaan, 
  • dsb..

Brené Brown, kemudian memperkenalkan Shame Resilience Theory (SRT). Ide utama di balik SRT adalah mempelajari strategi yang digunakan orang untuk menghindari perasaan terjebak, tidak berdaya, atau terisolasi dalam menghadapi perasaan malu.(Brown, 2006)

Dengan kata lain, aspek penting dari SRT adalah kemampuan untuk mengenali bahwa rasa malu perlu diakui dan dipahami sebelum dapat diatasi. Penelitian SRT menunjukkan bahwa rasa malu paling berbahaya ketika tidak diakui dan tidak dibicarakan.

Berdasarkan hal ini, SRT memberikan 4 langkah penting, yaitu :

  1. Mengenali kerentanan pribadi yang menyebabkan perasaan malu
  2. Mengenali faktor eksternal yang menyebabkan perasaan malu
  3. Terhubung dengan orang lain untuk menerima dan menawarkan empati
  4. Membahas dan mendekonstruksi perasaan malu itu sendiri

Shame Resilience Cara Merespon Perasaan Malu

Nah, setelah Anda mulai mengakui dan memahami perasaan malu itu sendiri, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk merespon perasaan malu itu sendiri. Diantaranya :

Jangan Terlalu Memperdulikan Perspektif Orang lain 

Sebaiknya jangan terlalu memperdulikan perspektif orang lain tentang Anda. terlebih jika, mereka tidak mengenal Anda dengan baik, karena boleh jadi perspektif mereka hanya apa yang mereka pikirkan sambil lalu. Jadi, mengapa Anda harus memikirkan sesuatu yang tidak serius seperti itu terlalu dalam?

Hindari terlalu Overthinking 

Manusia cenderung berpikir ke arah negatif atau hal-hal yang terburuk, padahal hal tersebut belum tentu terjadi. Atau, beberapa diantara Anda mungkin terlalu menggeneralisasi sesuatu hal ke arah negatif, padahal tidak semua hal bisa disimpulkan menjadi negatif. Maka dari itu, hindari terlalu overthinking terhadap suatu hal. 

Pahami bahwa tak ada yang sempurna

Ekspektasi berlebihan tentang kesempurnaan seringkali membuat kita terpaku untuk menjadi sempurna. Padahal, berusaha menjadi sempurna adalah pengejaran yang sia-sia sebab tak ada manusia yang sempurna. Jadi, alih-alih terus mendengarkan pendapat orang lain tentang kita, maka berusaha untuk fokus pada diri sendiri dan memahami tak ada yang sempurna akan membantu Anda mengatasi rasa malu itu sendiri. 

Pahami diri sendiri

Apa yang sebenarnya Anda sukai? Apa yang sebenarnya Anda inginkan? Karir atau hubungan seperti apa yang Anda pilih? Seharusnya menjadi keputusan Anda sendiri dan bukan berdasarkan pendapat atau pertimbangan orang lain. Jadi alih-alih menjadikan pendapat orang lain sebagai standar keputusan hidup Anda, mengapa tak fokus pada diri sendiri? Toh, Anda yang menjalaninya. 

Temukan circle Anda

Di luar sana, pasti akan selalu ada orang-orang yang mendukung Anda apa adanya. Jadi, alih-alih fokus dengan orang-orang yang hanya menilai kekurangan Anda, cobalah untuk menemukan circle (lingkaran) pertemanan yang lebih tepat untuk Anda. Sebuah lingkaran pertemanan yang akan mendukung dan tak akan membiarkan Anda sendirian melewati semua ini. 

Terima bantuan dari orang lain 

Kecemasan dan perasaan terintimidasi yang Anda terima dari orang lain, kadang mampu mengganggu kesehatan mental. Jadi, apa salahnya menerima bantuan dari orang lain, khususnya profesional di bidangnya seperti psikolog/psikiater. Mengizinkan profesional membantu Anda melewati masa terintimidasi ini akan membantu Anda mengelola kesehatan mental lebih baik. 

Perasaan malu bisa dirasakan oleh siapa saja dalam kesehariannya. Hal yang terpenting dalam merespon perasaan malu itu sendiri adalah berusaha mengakui dan memahami sumber dari perasaan malu itu sendiri. 

Bagaimana Menurut Anda?
+1
7
+1
2
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket