Stop “Memaklumi” KDRT!

27 November 2018

KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga, apapun bentuknya memang bukan hal yang dibenarkan. KDRT sendiri bisa dialami oleh siapa saja, bisa laki-laki, perempuan, orang dewasa, bahkan remaja. Menurut the National Domestic Violence Hotline Statistics, setidaknya terdapat 1 dari 4 perempuan mengalami KDRT, 1 dari 7 laki-laki diatas usia 18 menjadi korban kekerasan fisik dan hampir 50% dari keduanya (laki-laki dan perempuan) mengalami bentuk kekerasan psikis.

Lalu apa sih KDRT itu? Apakah hanya berupa kekerasan fisik seperti pukulan atau tamparan? Hubungan seperti apa yang rentan mengalami KDRT?

KDRT bukan hanya berupa kekerasan fisik, melainkan segala bentuk perilaku yang digunakan seseorang untuk mengancam dan mengendalikan pasangan. KDRT bahkan bisa terjadi di dalam hubungan pacaran, seseorang yang hidup bersama, pasangan yang bertunangan, bahkan dalam sebuah pernikahan. KDRT dapat terjadi dalam segala bentuk.

Bentuk-Bentuk KDRT:

  • Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik seperti memukul, mendorong, menendang, menampar, menjambak, dan berbagai macam kekerasan fisik merupakan bentuk dari KDRT. Kekerasan fisik ini sering menimbulkan luka dan rasa sakit, bahkan juga bisa menyebabkan nyawa melayang.

  • Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual seperti memaksa pasangan untuk melakukan hubungan intim padahal salah satu pasangan tidak menginginkannya tergolong KDRT. Sekalipun pasangan tersebut sudah menikah.

  • Kekerasan Psikologi

Siapa bilang KDRT hanya berupa kekerasan fisik? KDRT juga bisa dalam bentuk kekerasan secara psikologi atau psikis, yaitu kekerasan yang mengancam kejiwaan seseorang. Kekerasan psikis misalnya perilaku mengintimidasi, mengisolasi seseorang dari teman, sahabat bahkan keluarga. Tak hanya itu, kekerasan psikis juga terjadi saat seseorang mengendalikan kemana orang lain pergi, membuat seseorang merasa bersalah atau gila, bahkan membuat permintaan yang tidak masuk akal.

  • Kekerasan Emotional

Kekerasan emosional juga termasuk ke dalam KDRT. Kekerasan emosional meliputi merongrong harga diri pasangan, mengkritik secara terus menerus, melakukan penghinaan, bahkan melakukan pemanggilan nama yang menjatuhkan harga diri.

  • Kekerasan Ekonomi

Ya, kekerasan ekonomi juga termasuk KDRT. Kekerasan ekonomi juga bisa termasuk membatasi akses seseorang untuk mendapatkan materi dari keluarga, mencegah seseorang untuk bekerja, atau memaksa seseorang untuk bekerja, menghancurkan semua properti seseorang, bahkan membuat keputusan keuangan secara sepihak.

  • Kekerasan dalam Bentuk Menelantarkan Keluarga

Banyak yang belum memahami bahwa menelantarkan keluarga seperti menelantarkan suami, istri bahkan anak-anak adalah bentuk dari KDRT. Misalnya tidak memberi nafkah pada anak dan istri, atau tidak mengurus kebutuhan anak seperti memberi ASI padahal memiliki produksi ASI yang lancar.

Kenapa Tidak Melawan?

Inilah “penyakit” serius dari para korban KDRT, yaitu tidak mau melawan. Alasannya takut jika pelaku akan semakin kasar jika korban mencoba melawan. Banyak ibu bahkan takut akan kehilangan anak-anak apabila melakukan perlawanan.

Tak hanya itu, kebanyakan korban KDRT bahkan menganggap bahwa pelaku melakukan KDRT karena kesalahan korban. Korban berpikir bahwa KDRT akan bisa dihindari jika korban bertindak berbeda. Lebih parahnya, beberapa korban perempuan seringkali tidak mengakui dan menyangkal bahwa ia mengalami KDRT.

Korban yang tidak melawan saat terjadi KDRT juga bisa disebabkan karena pemahaman dalam budaya dan agama. Misalnya bahwa istri seharusnya menurut pada suami, dan bahwa Tuhan sangat membenci adanya perceraian. Hal inilah yang terkadang membentengi seseorang untuk tetap bertahan dalam suatu hubungan yang tidak sehat, termasuk ketika mengalami kekerasan.

Apa Yang Dirasakan Korban KDRT?

Mungkin Anda penasaran, kira-kira apa sih yang dirasakan korban KDRT? Ya, hal pertama yang dirasakan oleh korban KDRT adalah perasaan tertekan. Korban KDRT akan merasa tertekan berada dalam suatu hubungan namun ada saja hal yang mendorong mereka untuk tetap bertahan. Misalnya karena anak-anak, ada juga yang merasa masih mencintai pelaku. Kebanyakan dari korban KDRT akan merasa terputus dengan lingkungan sosialnya. Mereka merasa sendirian dan tidak memiliki tempat untuk meminta bantuan.

Mengapa Laki-Laki Lebih Sering Melakukan KDRT?

Menurut penelitian KDRT memang lebih banyak dilakukan oleh kaum adam atau oleh laki-laki. Hal ini lagi-lagi karena pengaruh budaya. Banyak yang masih percaya bahwa kaum laki-laki seharusnya mendominasi perempuan. Faktor lain seperti penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan semakin memperparah KDRT.

Dimana Bisa Mendapatkan Bantuan?

√ Bagi Korban KDRT

  • Katakan Pada Orang Terdekat atau Terpercaya

Hal pertama yang harus dilakukan bagi korban adalah tetap yakin dan percaya bahwa akan selalu ada pihak yang menolong. Alih-alih untuk merasa takut, sebaiknya segera katakan kondisi Anda dan anak-anak kepada orang terdekat seperti keluarga, teman atau sahabat. Anda juga bisa segera melaporkan pada polisi, dokter kepercayaan, tokoh agama bahkan ketua RT atau RW setempat.

  • Buat Rencana Darurat

Jika Anda memang berniat untuk diam dalam situasi tersebut, maka buatlah rencana darurat untuk memastikan keselamatan Anda. Misalnya sembunyikan kunci kendaraan, dokumen penting, dan sejumlah uang di tempat aman. Juga pikirkan tempat yang aman untuk kabur dalam keadaan darurat.

  • Simpan Nomor Telepon Penting

Sebaiknya mulai simpan nomor penting sahabat, teman, keluarga atau pihak berwenang jika sewaktu waktu terjadi situasi yang membahayakan keselamatan Anda.

√ Bagi Pelaku KDRT

  • Pahami

Pahamilah bahwa tindakan KDRT adalah hal yang buruk. Akui juga bahwa tindakan KDRT yang Anda lakukan adalah kesalahan Anda sendiri bukan pasangan.

  • Percaya

Percaya pada diri sendiri bahwa Anda bisa mengubah perilaku tersebut. Yakinlah pada kemampuan diri Anda sendiri

  • Minta Bantuan

Berbicaralah pada orang yang bisa Anda percaya misalnya anggota keluarga tentang perilaku Anda selama ini. Segera hubungi lembaga-lembaga terkait KDRT yang dapat menangani situasi yang sedang Anda alami saat ini.

KDRT apapun bentuknya memang bukan tindakan yang dibenarkan menurut hukum maupun agama tertentu. Pastikan diri Anda menjalin suatu hubungan yang sehat tanpa adanya unsur kekerasan. Daftar di atas bisa menjadi bahan referensi jika pasangan melakukan suatu tindak kekerasan tertentu. Percayalah bahwa Anda tidak sendiri menghadapi ini. Lakukan sesuatu mulai sekarang sebelum segalanya terlambat.

Baca Juga :

  1. Jangan Pukul Anak, Ini Dia Dampak Buruknya
  2. Rumah Tangga dalam Masalah? Cara Ini Bisa Membantu Anda
Bagaimana Menurut Anda?
+1
1
+1
1
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket