Selalu saja terjadi “drama” saat mengajak anak belanja. Mulai dari si kecil berlari kesana kesini, merengek minta biskuit ini dan permen itu, hingga berakhir dengan tangisan anak di supermarket. Duh! Sebagai orangtua seringkali tidak tega dan akhirnya menuruti semua permintaan anak.
Namun, jika hal ini dibiarkan, orangtua sendiri yang pusing. Pasalnya budget belanjaan akan membengkak, bahkan sering terpotong untuk membelikan apa yang dimau si kecil. Akhirnya,orangtua sering meninggalkan anak di rumah saat ingin pergi berbelanja.
Ya, ternyata “lapar mata” penyebab drama belanja ini tidak hanya dialami oleh orang dewasa saja. “Lapar mata” juga bisa terjadi pada anak-anak. Lalu sebenarnya apa sih “lapar mata” itu?
Susan Albers, Psy.D, penulis Eating Mindfully, menjelaskan bahwa lapar mata atau lapar emosional (Emotional Hunger) adalah keadaan dimana seseorang merasakan lapar secara tiba-tiba setelah melihat makanan yang menarik. Namun anehnya rasa lapar ini bukan dirasakan di perut, melainkan di hati.
Loh, kok lapar dari hati? Ya, ternyata makanan yang dikemas secara menarik, membuat orang ingin memakannya. Misalnya, makanan yang dikemas di dalam mainan tertentu atau permen aneka bentuk.
Nah, seseorang yang merasakan “lapar mata” sebenarnya hanya menginginkan jenis makanan tertentu. Selain itu, rasa lapar ini tidak mampu dipenuhi dengan makanan lain. Lalu, apa bisa diatasi?
Jangan khawatir, Parents tetap bisa mengajak anak belanja tanpa takut anak “lapar mata”. Kira-kira bagaimana caranya ya?
Buat Kesepakatan
Sebaiknya buat kesepakatan dahulu dengan si kecil sebelum belanja. Anak perlu tahu mana sikap yang boleh ditunjukkan dan mana yang tidak boleh ditunjukkan saat di ruang publik. Misalnya, parents memperbolehkan anak untuk berteriak dan berlari-lari saat di taman bermain. Tapi, katakan pada si kecil untuk tidak melakukan hal yang sama di supermarket.
Beberapa hal berikut bisa menjadi contoh kesepakatan dengan anak sebelum berbelanja
- Ajarkan pada anak untuk menggunakan suara pelan saat berada di supermarket.
- Ingatkan anak untuk tidak berlarian dan selalu dekat dengan Parents
- Jelaskan padanya pula untuk tidak mengambil berbagai barang dari rak tanpa izin dari Ayah atau Ibu.
Poin lain tentunya bisa ditambahkan sendiri. Jangan lupa untuk memberi penghargaan saat anak mematuhi setiap kesepakatan yang telah dibuat bersama
Pastikan Anak Siap Diajak Berbelanja
Sebelum mengajak anak berbelanja, sebaiknya pastikan dahulu keadaan anak. Misalnya, pastikan dia sudah kenyang atau belum. Perut anak yang sudah kenyang saat berbelanja, akan membuatnya tidak ingin banyak meminta camilan (jajan) saat di supermarket.
Beri Anak Kesibukan
Berilah anak kesibukan untuk mengalihkan perhatian anak dari “lapar mata” saat di supermarket. Misalnya, beri anak tugas untuk memasukkan barang belanjaan Parents ke trolley belanja. Atau tugaskan anak mengecek tanggal kadaluarsa suatu barang. Dengan begitu anak merasa sibuk dan lupa keinginan untuk minta ini dan itu.
Izinkan Anak Memilih 1 Jenis Camilan
Alih-alih meminta semua camilan saat berbelanja, Parents bisa mengijinkan anak memilih hanya 1 camilan kesukaannya. Terkadang anak meminta semua camilan saat berbelanja bukan karena dia benar-benar menyukai camilan itu. Tapi seringkali hanya karena kemasannya yang unik dan lucu. Sehingga mudah menarik perhatian anak-anak. Misalnya, permen warna warni yang dikemas di dalam mainan peluit (whistle). Atau coklat yang didalamnya ada hadiah mainan. Dengan mengizinkan anak untuk memilih hanya satu camilan yang paling dia suka, Parents telah melatih anak menjauhi perilaku konsumtif.
Hindari Berlama-Lama Saat Belanja
Sebaiknya catat terlebih dahulu daftar barang yang ingin dibeli. Cara ini menghindarkan orangtua berlama-lama saat berbelanja. Dengan berlama-lama saat berbelanja, Parents membuka kesempatan bagi si kecil untuk menyusuri setiap lorong makanan, minuman, serta mainan. Tentu saja ini membuat si kecil jadi “lapar mata”. Sehingga menginginkan semua barang masuk ke trolley belanja.
Sebenarnya apa sih yang membuat seseorang merasa “lapar mata”?
Kondisi Emosional
Salah satu penyebab “lapar mata” adalah keadaan emosional seseorang yang tak menentu. Misalnya, saat seseorang merasa sedih, kecewa, takut, stres hingga bosan. Perasaan emosional ini membuat seseorang kadang ingin melampiaskannya dengan makan apa saja yang terlintas di benaknya.
Kelelahan dan Mengantuk
Dilansir dari kolom lifestyle di kompas.com, bahwa rasa mengantuk dan kelelahan memicu seseorang mengalami “lapar mata”. Hal ini dikarenakan rasa kantuk menyebabkan terganggunya hormon ghrelin yang ada di dalam pencernaan. Hormon ghrelin berfungsi sebagai pengontrol rasa lapar. Karen Ansel, RD, juru bicara American Dietetic Association menyatakan bahwa jika seseorang merasa mengantuk, maka hormon ghrelin akan diproduksi lebih banyak. Inilah saat seseorang merasa mudah lapar.
Ansel menambahkan, kurang tidur juga menyebabkan produksi hormon leptin sebagai hormon pengontrol nafsu makan berkurang drastis. Sehingga hormon leptin tidak bisa memberikan sinyal rasa kenyang pada otak. Inilah mengapa meski sudah makan, seseorang merasa masih kelaparan.
“Lapar mata” saat berbelanja memang bisa dialami oleh setiap orang tak terkecuali si kecil. Pastikan Parents mengajak si kecil berbelanja hanya saat dia merasa siap. Hindari mengajak si kecil berbelanja saat dia merasa lapar atau mengantuk.
“Lapar mata” pada anak tentunya bisa dihindari dengan menerapkan beberapa langkah pencegahan sebelum dan saat berbelanja. Parents bisa menggunakan langkah di atas untuk mencegah “lapar mata” pada anak saat berbelanja. Selamat berbelanja tanpa drama!
Baca Juga :
- Malas Ajak Anak Saat Belanja? Baca Ini Supaya Tidak Menyesal
- Lima “Drama” Anak Saat Hari Pertama Masuk Sekolah
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini