Saya sedang menunggu lampu lalu lintas untuk menyeberang jalan dengan Haruki, seorang teman di Jepang.
Suatu hari Minggu sore yang sepi di sebuah kota kecil di pinggiran kota Tokyo dan tidak ada kendaraan atau orang yang terlihat. Maka saya berpaling kepada Haruki dan berkata, “Hei, saya tahu ini masih lampu merah tapi bisakah kita menyeberang?”
Haruki menatap saya dan menggelengkan kepalanya. “Tidak, mari kita menunggu lampu hijau itu.”
Saya agak bingung – bagi saya tak akan ada bedanya apakah kita menunggu atau tidak.
“Tidak ada mobil, kenapa kita perlu menunggu?”
Haruki tersenyum, lalu mengajukan sebuah pertanyaan sebagai balasannya:
“Bagaimana jika seorang anak sedang melihat?”
~ anonim
Kadang kita merasa satu hal remeh dan berbuat melanggar aturan. Entah itu menyebrang jalan, membuang sampah tidak pada tempatnya, mengambil buah mangga dari pohon di rumah orang tanpa izin, dan banyak pelanggaran lain yang kita sebagai orang dewasa lakukan ,kita anggap remeh,padahal kita sering meminta anak-anak untuk tak melakukan hal itu.
Setiap kita adalah contoh bagi anak-anak. Hal besar maupun kecil. Penting maupun kita anggap tak penting. Menjadi contoh yang baik, bahkan saat kita rasa tak ada yang melihat, itulah dasar pendidikan karakter.
sumber cerita The Green Man:
http://acumeniow.blogspot.co.id/2017/10/2017-44-green-man.html?m=1
Tag: anak, care, characterbuilding, children, family, orangtua, parenthood, parenting, parents, pendidikankarakter, schoolofparenting, share
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini