Ady (35) dan Sindy (30), memilih tidur terpisah atau biasa disebut dengan pisang ranjang karena permasalahan yang sedang mereka hadapi. Sudah hampir 2 bulan sejak terakhir kali mereka berdua berseteru, dan pisah ranjang dianggap sebagai solusi permasalahan keduanya.
Alasan keduanya mengambil keputusan pisah ranjang karena Sindy memergoki Ady telah berselingkuh dengan rekan kerjanya melalui private massage (PM) di sosial media Ady. Kejadian ini pun bukan yang pertama kali, tapi sudah yang ketiga kalinya.
Sebagai seorang istri, Sindy sebenarnya sudah tak tahan dengan perilaku suaminya tersebut. Namun apa daya, keputusan pisah ranjang ini dilakukan demi anak-anak, demi solusi permasalahan dan dianggap sebagai solusi terbaik selain perceraian.
Tapi, benarkah bisa demikian?
Bagaimana Pandangan Para Ahli tentang Pisah Ranjang?
Beberapa ahli memiliki pandangan yang berbeda terkait dengan pisah ranjang ini. Dilansir dari elitedaily.com, Susan Winter, pakar hubungan dari NYC mengatakan bahwa tidur terpisah dengan pasangan atau pisah ranjang masih diperbolehkan asal dengan alasan yang positif dan dilakukan dalam jangka waktu yang tidak lama.
Misalnya, saat istri harus bangun pagi-pagi sekali tapi kesulitan tidur satu ranjang dengan suami yang memiliki kebiasaan mendengkur. Maka, tidur terpisah bisa menjadi solusi terbaik malam itu. Tujuannya agar istri bisa tidur dengan nyenyak dan keduanya tidak harus terlibat konflik karena mempermasalahkan kebiasaan suami yang mendengkur.
Tapi, keputusan pisah ranjang ini tidak boleh dibiasakan. Fran Green, seorang ahli hubungan menambahkan bahwa kebiasaan tidur terpisah bisa berdampak buruk bagi hubungan pernikahan. Menurut Green, tidur bersama pasangan adalah momen paling bahagia yang seharusnya dimiliki pasangan. Tidur satu ranjang juga memiliki dampak baik bagi kesehatan suatu pernikahan.
Sejalan dengan Green, Elly Nagasaputra, MK.,CHt, seorang konselor pernikahan, dilansir dari Femina mengaku menentang keputusan pasangan untuk pisah ranjang.
Menurut pengalaman Elly sebagai seorang konselor pernikahan, keputusan pisah ranjang dianggap sebagai 2 mata pedang. Di satu sisi, pasangan mungkin merasa bisa berpikir jernih. Di sisi lain, pisah ranjang bisa digunakan sebagai kesempatan salah satu pasangan untuk tetap berselingkuh.
Meskipun banyak pasangan yang menganggap bahwa keputusan pisah ranjang adalah keputusan “terbaik” selain perceraian, sebaiknya pasangan tetap berkomunikasi dan terus memperhatikan satu sama lain.
Jadi, bukannya malah acuh tak acuh karena sibuk dengan rasa marah dan cemburu.
Kenapa Pasangan Memilih Pisah Ranjang?
Banyak sekali alasan pasangan memilih pisah ranjang. Menurut Elly ada dua alasan yang mendorong pasangan untuk pisah ranjang. Pertama, karena masalah “biasa” yang terus menerus terjadi tanpa adanya penyelesaian tuntas. Kedua, karena perselingkuhan. Kedua alasan ini ternyata cukup membuat pasangan merasa tidak lagi ingin tidur bersama dalam satu ranjang.
Permasalahan “biasa”, yang dimaksud Elly adalah permasalahan kecil yang terus dibiarkan dan akhirnya meledak disaat tertentu. Misalnya, masalah perbedaan pola asuh pada anak, konflik dengan mertua, urusan keuangan rumah tangga dan lain sebagainya.
Untuk alasan perselingkuhan, Elly menambahkan bahwa perselingkuhan yang terjadi bukanlah perselingkuhan yang pertama. Menurut pengalaman Elly, pasangan yang diselingkuhi akan lebih memaafkan pasangannya yang berselingkuh pada perselingkuhan pertama. Namun, jika perselingkuhan ini terus berlanjut, maka pihak yang diselingkuhi mulai mengambil keputusan pisah ranjang.
Bagaimana Sebaiknya?
Sebagai pasangan yang sudah menikah, konflik dalam rumah tangga seharusnya dihadapi dengan kepala tegak. Hindari menyelesaikannya dengan lari dari permasalahan atau dengan pisah ranjang. Beberapa cara yang bisa ditempuh dalam menghadapi konflik dalam rumah tangga yaitu:
- Pahami akar masalah
- Diskusikan dengan pasangan
- Konsultasikan dengan konselor pernikahan apabila sulit menemukan solusi
Pisah Ranjang Bukan Solusi yang Lebih Baik dari Perceraian
Perlu Anda pahami bahwa pisah ranjang bukanlah solusi yang lebih baik dari perceraian. Sayangnya, masih banyak pasangan yang berpendapat sebaliknya. Alasannya yang sering muncul adalah agar anak-anak tidak merasa sedih.
Tapi, pertanyaannya mau sampai kapan pisah ranjang? Bukankah konflik dalam pernikahan harus segera diselesaikan agar kedua belah pihak tidak merasa tertekan? Mari pahami bersama hal ini,dan berusaha mencari solusi yang lebih baik.
Baca juga:
- 4 Konflik Utama Keluarga Paling Sering Terjadi
- Jangan Lakukan Hal Ini Ketika Bertengkar Dengan Pasangan!
Gabung Member Premium
Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga
Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun
Gabung SekarangSudah Member Premium? Masuk Di Sini